Perjalanan Hamil dan Melahirkan Akas

Kehamilan pertama saya sungguh tak diduga. Saya tidak sadar kalau saya hamil, dan sudah pada fase malas pakai test pack lagi karena selama ini hasilnya selalu negatif. Telat haid ga bisa jadi pertanda hamil buat saya yang punya kondisi oligomenorrhea (siklus haid yang tidak normal di mana siklus haid lebih dari 35 hari). Kalau saya ga medcheck dan pap smear, mungkin saya baru tau saya hamil setelah beberapa bulan.

Trimester Pertama

Setelah dipastikan bahwa saya hamil, maka kami pun mulai memilih dan mencari rumah sakit dan dokter kandungan yang cocok.

Dan seperti ibu-ibu hamil lainnya, maka rutinitas bulanan kami sekarang bertambah dengan kontrol kandungan ke dokter.

Selama trimester pertama, saya tidak banyak keluhan. Mual muntah jarang, mualnya kalau perut kosong, jadi solusinya mesti sering makan. Nafsu makan saya juga jadi meningkat. Efeknya bikin BB saya naik dengan pesat, wew.

Trimester Kedua

Masuk trimester kedua, kami mulai memikirkan nanti mau lahiran di mana, karena kami merantau dan jauh dari keluarga. Dengan berbagai pertimbangan, kami memilih lahiran di Bukittinggi saja.

Kontrol kandungan masih rutin dilakukan tiap bulan. Kami juga berencana melakukan USG 4D tapi gagal karena si jabang bayi masih ngumpetin wajahnya.

Saya juga melakukan tes darah, TORCH, dan urine di trimester 2 ini. Mestinya sih dilakukan di awal kehamilan, tapi ga apa-apalah, hehe.

Kebetulan juga saat itu ada seminar interaktif yang diadakan oleh Prenagen untuk ibu hamil, jadi saya ikut. Lumayan buat nambah pengetahuan seputar kehamilan.

Di trimester kedua ini, makin berasa kalau memang hamil, karena perut makin membesar, hehe. Saya juga mulai merasakan gerakan-gerakan janin. Dan jenis kelamin bayi sudah kami ketahui sejak usia kehamilan 17 minggu.

Trimester Ketiga

Di trimester akhir ini, saya mulai rutin ikut yoga hamil dan senam hamil, sebagai salah satu ikhtiar agar persalinan nanti berjalan lancar. Yoga dan senam hamil ini saya ikuti selama di Balikpapan.

Karena akan melahirkan di Bukittinggi, maka di usia kehamilan 30 minggu pun saya pulang kampung.

Oia setelah nikah saya masih kerja secara remote alias dari rumah. Tapi setelah hamil besar ini saya pun memutuskan untuk resign karena nanti ingin fokus mengurus anak dulu.

Kontrol kandungan makin sering dilakukan di trimester akhir ini, apalagi menjelang persalinan.

Gerakan-gerakan janin juga makin sering dirasakan dan makin kuat.

Kami juga menyempatkan beberapa kali ambil foto hamil. Sengaja memilih berfoto saat perut sudah gede, hehe.

Trimester akhir, semuanya terkait dengan persiapan persalinan dan pasca melahirkan. Jalan kaki tiap pagi, belanja perlengkapan bayi dan ibu, menjadi gendut maksimal, heuheu.

Oia kalau ada yang butuh bacaan tentang kehamilan dan persalinan, monggo baca beberapa rekomendasi dari saya. Ga banyak sih, tapi lumayan lah, hehe.

Persalinan

Hari yang dinanti akhirnya tiba, saatnya si kecil hadir melihat dunia. Alhamdulillah persalinan berjalan lancar. Proses melahirkan Akas berjalan cepat, tenang, dan nyaman. Alhamdulillah.

“Seru, membumi, dan detail banget Reisha”, itu salah satu komen teman yang membaca perjalanan kehamilan saya ini. Langsung merasa wow, hehe. Dulu tujuan utama saya nulis ini semua sebagai catatan pribadi saya, agar kalau suatu saat nanti hamil lagi, saya tinggal baca-baca lagi. Kalau ga ditulis pasti banyak yang lupa. Dan dilihat-lihat lagi, ternyata memang detail ya, ga nyangka dulu nulis begitu, hihi.

Tapi satu kesalahan saya saat hamil pertama ini: saya tidak membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup tentang ASI, karena saya kira proses menyusui itu mudah dan bakal lancar secara natural. Saya salah besar. Saya jadi gagal memberikan ASI eksklusif kepada Akas dan mesti berjuang untuk relaktasi. Perjuangan menyusui Akas ini akan saya rangkum di tulisan berikutnya.

Salam,

Reisha Humaira

4 komentar pada “Perjalanan Hamil dan Melahirkan Akas

  • 25 November 2017 pada 11:33
    Permalink

    saya juga gagal laktasi, tapi sepenuhnya saya ingin selalu mendampingi anak saya dengan kasih sayang. Menemani makan dan memberikan perhatian. Kalau dulu tahu ada relaktasi, mungkin saya bisa melanjutkan ya

    Balas
    • 25 November 2017 pada 17:45
      Permalink

      Dari pengalaman itu jd belajar ya mbak kalau ASI bukan segalanya, hehe.

      Balas
  • 8 Desember 2017 pada 20:07
    Permalink

    Keren terangkum lengkap ya mbak.
    Gpp mbak, yang penting mbak dan anak sehat. Moga sukses relaktasi dan menyusuinya sampai 2 tahun yaaa 😀

    Balas
    • 8 Desember 2017 pada 20:10
      Permalink

      Alhamdulillah bisa nyusui sampai 2 tahun mbak. Berhasil lepas sufor di umur 9.5 bulan. Anak saya udah 2.5 tahun sekarang. Ini rekapan tulisan lama aja sih, hehe. Blog ini baru dibikin bulan lalu dan saya mau rekap2in tulisan lama

      Balas

Leave your comment