DIY by Reisha: Desain Undangan Pernikahan Hani & Aznil

Masih melanjutkan tulisan seputar wedding preparation edisi bantu-bantu persiapan pernikahan adik, kali ini tentang desain undangan pernikahannya. Dari sekian banyak hal yang mesti disiapkan untuk pernikahan, yang bisa saya bantu ga jauh-jauh dari laptop. Sama bantu pesenin souvenir dink. Sisanya tentulah mesti disiapkan di kampung halaman sana.

Dari lama adik saya udah meminta saya untuk membuatkan desain undangan pernikahannya. Warna sudah dia tentukan dari awal, yakni putih-gold. Akan tetapi konsep undangannya seperti apa belum tau. Pengennya tetap yang simpel dan murah, karena undangan mahal itu suatu kesia-siaan, ujung-ujungnya bakal dibuang juga, hehe.

Tadinya saya diminta menyelesaikan desain undangannya sekitar akhir November atau awal Desember 2017, tapi karena saat itu tanggal pernikahannya masih belum fix, saya pun rada malas untuk memulai. Begitu udah mau mulai membuat, waktu udah rada mepet, akhirnya adik saya bilang, pake desain undangan saya dulu aja ga apa-apa, paling ganti warna, nama, tanggal, dan timeline-nya aja.

Baca juga: Undangan Versi Cetak (1): Design

Tentunya gampang banget ya kalau saya tinggal edit desain undangan saya dulu, tapi saya ga tega juga, haha. Jadi saya putuskan untuk mengubah sedikit desainnya. Secara garis besar sih content-nya masih sama, cuma ganti layout dan font aja. Font ini juga rada lama milihnya sampai nemu yang sreg. Dan akhirnya untuk kalimat undangan tetap memakai font yang sama dengan punya saya dulu karena ga kunjung nemu font lain yang cocok menurut saya, haha.

Desain yang saya buat tetap untuk undangan berukuran A4 bolak-balik. Kalau dulu saya pilih dilipat ¼ di sisi kiri dan ¼ di sisi kanan, kali ini saya pilih lipat sekali di bagian tengah aja, biar percetakannya nanti lebih cepat juga beresin lipat-lipat undangannya.

Desain Undangan Hani

Desain undangan untuk resepsi di kediaman keluarga kami di Baso hasil akhirnya seperti berikut.

Halaman pertama alias halaman depan terutama digunakan untuk menempel nama orang yang diundang. Di bagian atas saya beri ornamen warna gold. Saya yang ga skill desain ini tentulah ga bisa bikin sendiri ornamen seperti itu, jadi saya cari di Freepik aja, hehe. Di Freepik banyak banget pilihan vector, biasanya berupa file EPS atau AI, jadi bisa kita edit di Adobe Illustrator. Ornamen yang saya pilih berasal dari sini. Di bawah kotak nama diisi dengan URL ke wedding website Aznil & Hani.

Baca juga: Wedding Website Aznil & Hani

Halaman kedua, yakni di bagian dalam sebelah kiri, berisi puisi, denah lokasi, timeline kedua mempelai, dan kalender. Puisi dan denah lokasi sama persis dengan punya saya dulu, cuma dipindahin posisinya ke situ. Kalender dulunya di undangan saya ditaruh di luar, tapi karena ga ada tempat lagi di luar jadi ditaruh di space kosong yang tersisa di bawah timeline, hehe.

Halaman ketiga, masih di bagian dalam, merupakan content utama undangan. Kalimat dan font-nya masih sama dengan undangan saya dulu, beda di format nama mempelai dan tanggal pernikahan aja, kekeke. Terima kasih buat Mak Uncu yang telah menyusun kalimat undangan anti mainstream ini. 😀

Halaman terakhir alias bagian belakang berisi nama keluarga kedua mempelai. Saya pribadi merasa daftar nama keluarga di sini terlalu banyak. Punya saya dulu yang ditulis ya nama anggota keluarga saya aja. Tapi karena permintaan kedua mempelainya seperti itu, saya nurut aja lah ya apa kata client, hihi.

Desain Undangan Aznil

Resepsi pernikahan adik saya juga berlangsung 2x, yang kedua di kediaman keluarga Aznil di Pariaman. Untuk undangan di Pariaman ini, tadinya Aznil mau cari desain sendiri, tapi setelah lihat desain untuk undangan di Baso, Aznil juga minta sekalian dibikinin aja. Eaaa.

Awalnya undangan untuk Aznil ini mau pakai warna putih-silver, biar beda dengan warna undangan Hani. Tapi karena hasil cetak undangan Hani ga sesuai ekspektasi, akhirnya Aznil tetap pilih warna putih-gold karena sebenarnya dia memang prefer putih-gold.

Trus Aznil minta ornamen di halaman depan diganti dengan rumah gadang. Wah, di Freepik mah ga ada vector rumah gadang, haha. Saya googling sih ada yang bikin vector rumah gadang, tapi saya ga tau cara edit warnanya, haha. Akhirnya cari gambar PNG seadanya aja di Google Image. Untungnya ada sih, hihi.

Ada beberapa detail lain juga yang diminta edit sama Aznil. Kecil-kecil aja sih. Dan hasil akhirnya seperti ini.

Mencetak Undangan

Adik saya sempat nanya gimana kalau cetak undangannya di tempat saya mencetak undangan saya dulu. Tapi saya bilang, mending cari percetakan di Padang atau Bukittinggi aja. Ga ada masalah sih dengan percetakan saya dulu, hasilnya juga memuaskan. Cuma kalau dihitung-hitung lagi, bisa-bisa biayanya jadi lebih mahal karena ada biaya untuk ongkos kirim ke Padang. Saya sih ga kuat ya bawa undangannya pas saya mudik. Dulu saya cetak undangan 750 lembar aja hasilnya 14 kg, kali ini katanya mau cetak 2.000 lembar, bakal berapa kg coba hasilnya, heuheu.

Baca juga: Undangan Versi Cetak (2): Printing

Adik saya akhirnya cetak undangannya di Padang. Dan ternyata hasilnya ga sesuai harapan. Padahal udah bawa sisa undangan saya dulu lho buat contoh. Ckckck. Kesalahan memang ada di kedua belah pihak sih. Diambil hikmahnya aja. Undangan Aznil dicetak di tempat berbeda, lebih baik sih hasilnya, tapi tetap ada beberapa detail yang kurang diperhatikan sama percetakannya, hmm. Sepertinya memang benar, dalam persiapan pernikahan tidak selalu semuanya lancar sesuai rencana. Kalau saya dulu yang paling bermasalah itu pakaian akad suami.

Baca juga: Pakaian Akad Nikah Evan

Karena hasil cetaknya kurang sesuai dengan ekspektasi, jadi saya malas untuk membahas lebih lanjut, haha.

Dari 2x pengalaman membuat desain undangan sendiri ini, ada dua hal yang bisa jadi pelajaran buat saya.

  • Desain undangan lebih baik dibuat menggunakan Corel karena sepertinya kebanyakan percetakan memakai Corel. Saya ga bisa pakai Corel, malas mempelajari juga, jadi saya bikin sebisanya saya aja pakai Photoshop, hihi.
  • Saat ke percetakan untuk mencetak undangan, komunikasikan dengan detail ekspektasi undangan kita seperti apa. Pastikan pemahaman percetakan sama dengan apa yang kita bayangkan. Kalau perlu minta percetakan untuk mencetak contoh dulu biar nanti bisa direvisi dulu mana yang kurang pas.

Tentunya ada kepuasan pribadi kalau bisa membuat desain undangan sendiri. Kita bisa customize undangan sesuai selera, bahkan bikin undangan yang jauh berbeda dari undangan kebanyakan. Jadi, ada yang berencana mendesain undangan pernikahannya sendiri juga? 😀

Salam,

Reisha Humaira

12 komentar pada “DIY by Reisha: Desain Undangan Pernikahan Hani & Aznil

  • 24 Februari 2018 pada 10:06
    Permalink

    Font yang dipakai untuk nama kedua mempelai cantik sekali mbak <3 suka dengan perpaduan warna gold-putihnya juga, memberi kesah mewah ^^

    Balas
    • 24 Februari 2018 pada 10:28
      Permalink

      Terima kasih mbak 🙂 Untuk nama itu saya pakai kombinasi 2 font lho 😀 Tulisan namanya pakai font Winter Calligraphy, sementara tanda love-nya pakai font Stea 😉

      Balas
    • 27 Februari 2018 pada 15:55
      Permalink

      Terima kasih mbak 🙂 Sementara gpp mbak, belum sempat diedit, hehe. Makasih udah ngingetin 😀

      Balas
    • 27 Februari 2018 pada 15:56
      Permalink

      Terima kasih mbak 🙂

      Balas
    • 27 Februari 2018 pada 15:57
      Permalink

      Terima kasih mbak 🙂

      Balas
  • 27 Februari 2018 pada 11:01
    Permalink

    Bagus,,wah luar biasa,,

    Enak yg jadi adiknya,,hehe

    Balas
    • 27 Februari 2018 pada 15:58
      Permalink

      Terima kasih mbak 🙂 Kami bersimbiosis mutualisme mbak, adik saya bantu jahitin baju saya, saya bantuin dia bikin desain undangannya, hihi.

      Balas
    • 5 Maret 2018 pada 17:39
      Permalink

      Terima kasih mbak

      Balas

Leave your comment