Wisata Jabar: Jalan-Jalan ke Purwakarta

Sabtu, 20 Mei 2017

Sudah bertahun-tahun tinggal di Bandung, saya tidak pernah terpikir untuk jalan-jalan ke Purwakarta, padahal lokasinya relatif dekat dari Bandung. Hingga suatu hari, seorang teman posting foto jalan-jalannya di Facebook, lalu tak lama kemudian juga ada teman lain yang posting foto Purwakarta di Instagram-nya, saya mulai penasaran. Saya mulai googling info tempat wisata di Purwakarta, ternyata lumayan juga ya. Wah perlu dicoba nih jalan-jalan ke sana.

Banyak tempat yang tampak menarik buat saya, tapi setelah cek lokasinya, ternyata jaraknya berjauhan, atau tidak kids friendly. Uh, jadi mesti dipilih-pilih lagi, karena kami berencana jalan-jalan sehari aja di sana. Akhirnya diputuskan kami akan ke tiga tempat aja: Waduk Jatiluhur, Kuburan Kereta, dan Taman Sri Baduga Situ Buleud.

d’Jatiluhur

Dari kecil saya sering dengar nama Waduk Jatiluhur, tapi cuma tau sebatas nama aja, lokasinya taunya di Pulau Jawa doank, haha. Ternyata di Purwakarta. Waduk Jatiluhur adalah waduk terbesar di Indonesia, jadi saya merasa ini harus masuk list tempat yang harus dikunjungi di Purwakarta. Hanya saja, karena waduknya besar, mesti dipilih juga kan ya mau lihat di sisi mananya.

Dari browsing ketemulah restoran yang instagramable, ada bangunan seperti kapal gitu di pinggir waduknya. Saya putuskan ke sana aja. Saya cari di Google Maps, ketemunya nama Jatiluhur Resto & Cafe, ya udah ikutin aja deh rute ke sana. Ada yang bilang juga namanya Restoran Jatiluhur atau Istora Resto, tapi saya ga nemu di Google Maps.

Di perjalanan saya baru ngeh kalau restoran itu masuk kawasan wisata Grama Tirta Jatiluhur karena kami melewati gerbangnya. Ini adalah kawasan wisata terpadu, jadi ada beberapa pilihan wisata di sana.

Gerbang masuk Grama Tirta Jatiluhur

Kami segera mencari restorannya, alhamdulillah ga nyasar. Di pinggir waduk ada tulisan d’Jatiluhur sebagai penanda.

d’Jatiluhur, ga tau ini sebenarnya nama apa

Kami sampai siang hari, berangkatnya emang ga pagi-pagi banget. Sampai di sana, perut udah kelaparan. Eh tau-tau restorannya abis dipakai acara, kayaknya acara perpisahan sekolah. Beberapa pegawainya lagi beres-beres. Duh, padahal lapar banget. Coba nanya ke pegawainya, alhamdulillah bisa pesan makanan, tapi emang meja kursinya belum selesai ditata lagi. No problemo, yang penting perut ini diisi. Dan alhamdulillah makanannya enak.

Saya ga tau kalau Purwakarta itu udaranya hangat, saya pikir sejuk seperti Bandung, hehe. Apalagi abis makan, makin terasa gerah. Bikin rada mager tapi ga mungkin duduk-duduk terus-terusan. Kami mulai muter-muter ke pinggir waduk. Kontur tempatnya ga rata, jadi kita mesti naik turun tangga.

Tangga menuju pinggir Waduk Jatiluhur

Rupanya di pinggir waduk ada playground, jadi lumayan lah Akas bisa main. Eh tau-tau Akasnya betah main, susah diajak beranjak. Walah.

Playground di pinggir waduk

Setelah bujuk-bujuk Akas, kami lanjut jalan. Tak jauh dari sana terlihat ada pohon dengan tangga di sekelilingnya.

Naik tangga lagi menuju pohon itu

Dari atas pohon ini kita bisa lihat pemandangan waduk dari ketinggian. Berfoto di tangga ini juga lumayan instagramable.

Berfoto di tangga

Kami lanjut keliling dan foto-foto. Sayang sekali cuaca hari itu mendung, jadi view waduknya kurang oke. Kalau langit cerah, pasti view di bawah ini jauh lebih bagus.

Kalau cerah pasti lebih bagus

Daan, akhirnya ketemu juga bangunan yang seperti kapal itu. Ada beberapa orang yang mau berfoto di sana, jadi mesti antre. “Kapal”-nya sih ga utuh, cuma dibuat ujungnya aja, posisinya melayang. Untuk berfoto di sana, bagusan difoto dari sisi atas atau dari samping.

“Kapal” tampak atas
“Kapal” tampak samping

Puas foto-foto, kami segera shalat dan bebersih, sekalian suami mau istirahat bentar juga. Berikutnya kami melanjutkan perjalanan ke kuburan kereta.

Kuburan Kereta Api Stasiun Purwakarta

Namanya terkesan horor, kereta api dikubur? Tapi sesungguhnya ini adalah tumpukan gerbong-gerbong kereta yang sudah tua, rusak, atau tidak terpakai lagi. Tumpukan bangkai kereta ini terletak di dalam Stasiun Purwakarta.

Bagian depan Stasiun Purwakarta

Kami sempat bingung di mana ya spot yang bagus untuk berfoto dengan kuburan kereta ini. Paling bagus tentunya dari dalam stasiun, tapi kita ga boleh masuk ke sana kalau bukan penumpang kereta. Pun kalau udah beli tiket dan masuk stasiun, katanya di dalam ada petugas yang mengawasi supaya orang-orang ga nyeberang rel sembarangan untuk berfoto dengan tumpukan kereta. Bahaya. Sempat terpikir apa cari jalan menyeberangi rel lalu lihat kuburan kereta dari sisi seberang, tapi males duluan, karena belum tentu juga bisa. Jadi dinikmati aja deh lihat-lihat dari pintu stasiun.

Kaca di pintunya segini doank, jadi manfaatkanlah fitur zoom pada kamera

Setidaknya ada dua tumpuk gerbong kereta di sana. Yang menarik perhatian karena berwarna-warni, diletakkan persis di seberang bangunan stasiun. Yang berwarna putih dan kurang menarik, diletakkan di sebelah kanannya.

Kuburan kereta warna-warni vs. putih

Saya masih penasaran buat foto-foto kuburan kereta ini, jadi kami coba jalan ke samping stasiun untuk mencari celah. Di samping stasiun berderet sejumlah bangunan, ga nemu celah yang pas. Begitu jalan balik ke stasiun, kami lihat pagar bangunan persis di samping stasiun terbuka. Ada dua orang sedang ngobrol, kami tanya oleh ke situ bentar ga buat foto-foto, dan diizinkan! Yay lumayan lah bisa foto walau dibatasi pagar. Dari sini lebih jelas tumpukan gerbong putih sih. Di pagar itu ternyata ada pintu yang ga dikunci. Bisa aja sih masuk ke dalam stasiun kalau nekat, tapi kami ga senekat itu, hihi.

Tumpukan gerbong putih

Tak lama kemudian, petugas stasiun melihat kami dan langsung menyuruh kami keluar. Sebenarnya tidak ada yang boleh masuk ke sana. Walah. Ga apa-apa deh, yang penting udah foto-foto, haha.

Berhasil foto dengan kuburan kereta warna-warni

Hari semakin sore, kami segera beranjak karena mau ke Taman Sri Baduga Situ Buleud. Sesungguhnya pertunjukan air mancur di taman itulah yang menjadi penarik utama kami ke Purwakarta. Tapi ceritanya saya tulis terpisah aja yaa.

Berikut beberapa catatan saya dari pengalaman ke Purwakarta.

  • Kami ke Purwakarta di hari Sabtu dan Purwakarta ga seramai Bandung di hari libur. Jadi lumayan bisa jadi alternatif pilihan untuk liburan di akhir pekan kalau bosan dengan ramainya Bandung. Jalan tol ke sana lancar karena mobil-mobil mayoritas di arah sebaliknya.
  • Di Waduk Jatiluhur ada sejumlah opsi wisata, bisa googling sendiri infonya ya, hehe.
  • Kalau ga bawa kendaraan sendiri, kayaknya oke juga tuh ke Purwakarta pakai kereta. Lumayan nanti bisa berfoto dengan kuburan kereta dari dalam stasiun.

Saya teringat waktu kuliah dulu, saya pernah naik bus Primajasa dari Jakarta ke Bandung. Seperti biasa, di perjalanan saya tidur. Pas kebangun, tau-tau kiri kanan jalan itu hutan. Saya tau itu bukan view dari tol Cipularang. Saya agak panik saat itu posisi busnya di mana. Akhirnya nemu tulisan Purwakarta. Saya makin khawatir. Geografi saya payah, saya ga tau kalau Purwakarta dan Purwokerto itu berbeda, saya kira saya udah sampai di Jawa Tengah, haha #yakeleus. Saat itu saya belum punya smartphone, jadi ga bisa cek Google Maps.

Selain Purwakarta, daerah mana lagi ya yang bisa dijadikan opsi liburan, yang lokasinya masih relatif dekat dari Bandung? Ada rekomendasi?

Salam,

Reisha Humaira

8 komentar pada “Wisata Jabar: Jalan-Jalan ke Purwakarta

    • 6 Maret 2018 pada 10:07
      Permalink

      Iyaa 😀 Kalau suka hiking ada bukit yang viewnya bagus juga, lupa saya nama bukitnya. Pertunjukan air mancur di Taman Sri Baduga juga bagus, baru mau saya tulis tapi, hehe.

      Balas
  • 6 Maret 2018 pada 11:26
    Permalink

    akupun cuma tahu nama waduk jatiluhur dari pelajaran sekolah, tapi belum pernah ke sana.. ternyata restonya baguuuss ya..

    Balas
    • 7 Maret 2018 pada 16:04
      Permalink

      Wah sama, taunya dari pelajaran sekolah, atau berita di TV hihi. Kata temen saya sunset di Waduk Jatiluhur juga bagus.

      Balas
  • 8 Maret 2018 pada 01:20
    Permalink

    Saya pernah naik kereta yang dari Jakarta Kota dan transit di Purwakarta untuk menyambung kereta ke Cimahi. Nah, berhenti di sini kira-kira 10 menit gituuu dan sempat memotret kuburan kereta juga. Eh tapi, diusir sama satuan Polka. Wkwk.

    Karena udah keburu serem, akhirnya saya keliling Purwakarta jalan kaki sama suami. Ya begitulah kira-kira ceritanya. Tapi memang enak sih, jalan kaki di Purwakarta nggak begitu kena panas. Akhirnya karena kereta ke Cimahi juga datangnya lebih cepat daripada kedatangan kereta Jakarta Kota ke Pwk, saya pun naik omprengan bis dari Bekasi ke Purwakarta. XD

    Such a long journey, dalam sehari jalan kaki mengelilingi Purwakarta yang bersih banget kotanya. :’)

    Balas
    • 8 Maret 2018 pada 05:31
      Permalink

      Nah kan, di dalam stasiun pun diusir ya, wkwk. Emang harus kucing2an nih foto2 dg kuburan kereta 😆

      Balas
  • 11 Maret 2018 pada 03:46
    Permalink

    Waduk jatiluhur ini yg pernah menghias uang kertas jadul bukan sih?

    Balas
    • 11 Maret 2018 pada 10:28
      Permalink

      Wah saya ga ingat mbak, uang pecahan berapa ya?

      Balas

Leave your comment