Medical Check Up dan Pap Smear Pertama (2)

Pap smear dilakukan untuk menganalisis kondisi kesehatan leher rahim. Pap smear bisa mendeteksi adanya kanker pada rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Keterangan lebih lengkap tentang pap smear bisa dibaca di artikel ini atau googling sendiri :D.

Waktu premarital check up saya pernah disarankan oleh dokter untuk melakukan pap smear 1x setahun setelah menikah. Kesempatan banget nih karena MCU yang saya lakukan sudah termasuk pap smear :D.

Baca juga: Medical Check Up dan Pap Smear Pertama (1)

Pertama Kali Pap Smear

Saat registrasi, petugas memberitahu bahwa saya bisa pap smear dengan syarat: sedang tidak haid, sudah bersih dari haid minimal 3 hari sebelumnya, dan terakhir berhubungan minimal 3 hari sebelumnya. Kalau ketiga syarat itu tidak terpenuhi, maka pap smear-nya menyusul. Setelah diingat-ingat, semua syarat terpenuhi, jadi alhamdulillah saya bisa langsung pap smear hari itu.

Pap smear dilakukan di klinik kebidanan. Di sana saya langsung lapor mau pap smear dan bidan yang jaga langsung mengambil sampel untuk pap smear saya. Untung perempuan. Sebelum ambil sampel, bidannya bilang keputihan saya banyak >.<. Setelah dibersihkan barulah sampelnya diambil. Prosesnya ga sakit, sampel saya diambil sedikit saja ternyata. Sampel langsung ditaruh di kaca preparat dan dimasukkan ke dalam plastik. Beres katanya. Uwow segitu saja ternyata prosesnya, cepet.

Hasil Pap Smear

Saya bolak-balik semua berkas di map hasil MCU saya, tapi saya tidak menemukan berkas yang berisi hasil pap smear. Akhirnya saya telepon RS Pertamina untuk menanyakan hasil pap smear-nya. Ternyata hasil pap smear itu terpisah dengan hasil MCU, mesti diambil di klinik kebidanan. Heuuu.

Mengingat lokasinya yang jauh dan saya cukup malas di udara yang panas mesti bela-belain ke sana, akhirnya saya baru kembali ke RS Pertamina tanggal 8 Oktober 2014 (3 minggu setelah pap smear). Telat banget sih kayaknya.

Di klinik kebidanan, saya menanyakan hasil pap smear saya ke bidan yang jaga. Hasil pap smear-nya ternyata cuma selembar kertas aja. Isinya penuh istilah-istilah medis yang tidak saya pahami. Di bagian kesimpulan tertulis “servisitas kronis non spesifik”. Huhu, makhluk apa pula itu. Ada kata-kata “kronis” kok asa serem.

Menurut bidannya, di saya ada radang. Katanya banyak juga perempuan yang mengalami radang, penyebabnya macam-macam, tapi saya ga perlu khawatir. Saya pun ditanya, apa mau konsultasi dengan dokter saja biar lebih jelas. Saya berpikir sejenak. Mumpung udah di sana juga, ya sudah langsung aja deh.

Saya pun menuju loket pendaftaran untuk mendapatkan nomor antrean. Saya langsung daftar aja tanpa mengecek siapa dokter yang akan saya temui. Begitu masuk ke ruangan dokter, ternyata dokternya dr. S yang pernah saya temui di Siloam Hospital waktu konsultasi dulu. Praktik di RS Pertamina juga rupanya. Tapi kayaknya sih dr. S tidak ingat dengan saya.

Baca juga: Kelanjutan Kisah Oligomenorrhea

Konsultasi Hasil Pap Smear

dr. S langsung aja to the point bilang ada 2 masalah dengan saya: keputihan dan radang, tanpa menjelaskan dengan lebih rinci penjelasan-penjelasan yang ada di hasil pap smear. Dan bodohnya saya ga kepikiran untuk nanya penyebabnya apa, efeknya apa, dll. Sering banget deh saya nge-blank di depan dokter, apalagi kalau tanpa persiapan gini dan ga ada bayangan sebelumnya mesti konsultasi.

Oia saya juga sempat ditanyai kapan hari pertama haid terakhir saya (HPHT). Nah di sini kerasa manfaatnya selalu mencatat jadwal haid.

Saya terakhir kali haid tanggal 5-10 September 2014, jadi HPHT saya saat itu adalah 5 September 2014. Hari itu sudah 8 Oktober 2014 dan saya belum haid lagi. Saya bilang ke dr. S bahwa haid saya memang tidak teratur dari dulu. dr. S nanya balik, ga teraturnya gimana. Saya bingung juga, ya emang ga teratur, siklusnya beda-beda. dr. S tiba-tiba jadi jutek dan bilang “ini kita ga bisa sembarangan ngasih obatnya, kalau ternyata hamil gimana”. Ya ampun, dulu kesannya buat saya agak jutek aja, sekarang jadi jutek banget, di situ saya merasa sedih *seriusan*. Akhirnya saya buka saja catatan jadwal haid saya di HP dan saya sebutin ke dr. S haid saya sebelumnya lagi kapan aja.

dr. S lalu memberi saya resep 2 jenis obat. Pertama, obat yang dimasukkan ke vagina untuk mengatasi keputihan. Kedua, antibiotik yang diminum untuk mengatasi radang. Saya sempat bingung dengan aturan penggunaan obatnya karena terasa ribet. Setelah diulangi lagi baru lumayan ngeh dan langsung saya catat saja di notes HP biar ga lupa.

Untuk keputihan, saya diberi Fladystin. Awalnya dr. S bilang “obatnya dimasukkan lewat bawah”. Saya ga familiar jadi saya tanya lagi maksudnya gimana. Ternyata maksudnya dimasukkan ke vagina. Bentuk obatnya seperti peluru, harus disimpan di dalam kulkas. Nanti bisa dimasukkan dengan jari saja sejauh mana jari saya bisa memasukkan. Ga kebayang rasanya, heuu. Obat ini dipakai malam hari sebelum tidur selama 10 hari, dan selama itu saya tidak boleh berhubungan. Kalau di tengah-tengah pemakaian ternyata saya haid, maka pemakaian obatnya dihentikan dulu, baru dilanjutkan lagi nanti setelah haid. Setelah obatnya habis, saya mesti kembali lagi untuk kontrol.

Untuk radang, saya diberi antibiotik Siclidon 100 (Doxycycline 100mg). Obat ini baru boleh saya minum kalau sudah haid. Sepertinya antibiotiknya bisa berpengaruh pada kehamilan makanya tadi dr. S mastiin soal jadwal haid saya dulu dan baru dibolehin minum kalau nanti memang sudah haid alias pasti tidak hamil.

Setelah 10 Hari

Beres konsultasi, malam harinya saya mulai menggunakan Fladystin. Ga nyaman ih pake obatnya, terutama karena pagi-pagi terasa berminyak banget >.<. Tapi ngefek sih, dari awal pake, keputihan langsung minggat. Selama 10 hari itu ternyata si tamu bulanan tetap tidak datang. 10 hari kemudian Fladystin pun habis, dan seperti yang disuruh dokter, tanggal 18 Oktober 2014 saya kembali lagi ke RS Pertamina untuk kontrol.

Saat konsultasi, saya lapor ke dr. S bahwa obat keputihannya sudah habis, sementara antibiotiknya belum saya minum karena saya masih belum haid juga. dr. S pun melakukan USG, dan dari USG hasilnya tidak hamil. Saya sendiri juga udah ga pernah lagi mencoba test pack sejak haid terakhir itu, karena saya udah males liat hasilnya yang negatif mulu. Ga merasa hamil juga.

dr. S akhirnya ngasih saya Norelut (Norethisterone 5mg), obat pemancing haid. Kalau ternyata haid sebelum obat ini habis, saya bisa berhenti meminumnya. Tapi kalau ternyata belum haid juga setelah obatnya sudah habis, maka saya mesti kembali lagi ke dr. S sekitar 2 minggu kemudian.

Saya juga bertanya kepada dr. S bagaimana dengan antibiotik yang diberikan sebelumnya. dr. S pun bilang saya bisa mulai minum obat tsersebut, dan yang namanya antibiotik mesti dihabiskan tentunya. Minumnya selama 2 minggu. dr. S pun mengkonfirmasi ulang, kalau saya belum haid juga setelah minum Norelut, saya mesti kembali lagi ke dr. S setelah antibiotiknya habis.

Obat oh obat. Baru kali itu saya pakai obat sampai berminggu-minggu seperti itu, huhu.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment

%d blogger menyukai ini: