Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-8 (Trimester 3, 31W6D?)

Saat kontrol ke-7, dr. S bilang bahwa berikutnya kami harus melakukan pemeriksaan kandungan sekali 2 minggu. Dan setelah 2 minggu berada di kampung, akhirnya saya ke dokter lagi untuk memeriksakan kehamilan saya. Ini juga kali pertama saya kontrol kandungan di Bukittinggi.

Baca juga: Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-7 (Trimester 3, 29W2D)

Memilih Rumah Sakit dan Dokter Kandungan Lagi

Pindah kota, artinya saya mesti mencari rumah sakit dan dokter kandungan lagi. Untuk rumah sakit, seperti halnya saat di Balikpapan, kami memilih rumah sakit yang menjadi rekanan asuransi kami aja.

Baca juga: Diari Kehamilan Pertama: Tentang Memilih Rumah Sakit dan Dokter Kandungan

Cek website asuransinya, di Bukittinggi pilihannya antara RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi atau RS Madina. Kami pun memilih ke RSI Ibnu Sina saja, atau yang lebih sering disebut dengan Yarsi. Saat suami masih di kampung, kami sempat survei sedikit ke sana, terutama untuk memastikan apakah asuransi kami bisa dipakai serta menanyakan jadwal dokter kandungan di sana.

Untuk dokter kandungan, saya mencari dokter perempuan lagi. Buat lahiran nanti, saya pengen sama dokter perempuan aja. Risih aja rasanya nanti kalo kudu buka-bukaan area pribadi di depan dokter laki-laki. Di Yarsi ada 2 dokter Sp. OG perempuan (syukurlah, dulu katanya cuma ada 1). Ada dr. M yang lebih senior serta dr. D yang lebih muda.

Oia untuk fasilitas dan pelayanan rumah sakit dan dokter, karena saya pindah ke kota yang lebih kecil, saya turunkan ekspektasi saya. Ga berharap fasilitas yang wow kayak di kota besar. Toh di Balikpapan aja fasilitasnya saya rasa masih kalah jauh dibanding di Bandung, hehe.

Kontrol Ke-8, 29 April 2015

Untuk kontrol kandungan pertama di Bukittinggi, saya memilih ke dr. M. Istri mamak saya dulu pernah melahirkan sepupu saya dengan dr. M dan menurut mamak saya dr. M ini pro lahiran normal.

Kontrol kali ini saya ditemani mama dan adik saya. Kami sampai di Yarsi sekitar jam 11.00, lalu langsung antre untuk mendaftar. Setelah mendaftar, saya pun disuruh antre di poli kandungan dan kebidanan. Menunggu beberapa lama, akhirnya saya dipanggil. Tapi ternyata panggilan pertama ini untuk ke perawat/bidan yang jaga di luar ruangan dokter dulu, terutama untuk ukur tensi dan timbang berat badan. Karena saat itu saya pertama kali periksa di sana, saya pun ditanya-tanyai untuk melengkapi data riwayat kehamilan saya.

Perawat/bidan ini juga bertanya apakah saya ada keluhan. Kebetulan saat itu saya batuk pilek. Udah beberapa hari ga sembuh-sembuh, padahal saya udah usahain secara alami agar batuk pileknya hilang. Yang menyiksa banget sebenarnya batuknya, karena saat batuk perut pun kerasa sakit. Beres dengan perawat/bidan, saya disuruh menunggu lagi.

Panggilan kedua barulah saatnya ketemu dokter. Begitu masuk ke ruangan dokter, saya rada bingung karena di sana ga ada kursi lain selain yang diduduki dr. M. Di Balikpapan dulu, biasanya kalau ke dokter, saya duduk dulu di kursi di depan meja dokter, ngobrol-ngobrol dengan dokter, lalu setelahnya disuruh ke ranjang untuk USG. Akhirnya saya duduk aja di ranjang, dan ternyata dr. M langsung menyuruh untuk berbaring. Weleh, ga ditanya-tanyai dulu rupanya. Saya juga udah bawa buku KIA yang pink itu, kirain dr. M bakal lihat-lihat dulu catatan dari dokter sebelumnya, ternyata tidak. dr. M juga tampak lebih sibuk nulis-nulis ngisi beberapa kertas di mejanya.

Saat saya berbaring barulah dr. M nanya beberapa hal. Saya bilang aja ke dr. M bahwa sebelumnya saya di Balikpapan, tapi nanti berencana bakal lahiran di Bukittinggi, makanya saya mulai periksa di sana. dr. M sempat komen, “kok cepet amat pulang kampungnya?”. Krik krik…

dr. M awalnya meraba-raba perut saya, setelah itu baru melakukan USG. Ah iya, soal USG, pas saya masuk, saya benar-benar speechless pas lihat alat USG-nya. Jadul banget, sampai saya mikir “itu beneran alatnya bisa melakukan USG?”. Saya teringat komputer Pentium 2 saya dulu, dan rasanya alat USG ini masih lebih jadul dibanding komputer itu, haha.

image

Saat USG, dr. M cuma seinget saya cuma ngomong 3 kalimat: “Aktif ya anak ibu. Bagus otak anak ibu. Anak ibu laki-laki.” Trus udahan aja USG-nya. Makin speechless lah saya. Ga ada itu diukur-ukur janinnya, ga ada print out USG juga.

Mungkin karena saking speechless-nya ditambah dr. M yang saat itu menurut saya kurang komunikatif, saya jadi ga kepikiran untuk nanya apa-apa ke dr. M. Padahal sebelumnya saya udah siap-siap mau nanyain berat badan dan posisi janin, apakah ada lilitan tali pusar, HPL, dll. Saya jadi ga tau perkembangan janin sekarang gimana. Sudahlah. Buat saya saat itu yang penting saya bisa dapat obat yang aman untuk mengatasi batuk pilek saya.

Untuk batuk pilek, dr. M meresepkan 2 jenis obat. Dan dr. M menekankan bahwa saya minum obatnya seperlunya aja. Kalau rasanya udah ga perlu minum obat, jangan diminum lagi. Saya pun jadi tenang karena artinya dr. M hati-hati dalam ngasih obat.

Untuk suplemen, dr. M menambahkan satu suplemen saja berhubung saya masih punya sisa Folamil Genio dari Balikpapan. Saya tanya ke dr. M kapan saya mesti kembali untuk periksa, katanya 2 minggu lagi.

Beres dengan pemeriksaan yang cepet banget itu, saya pun mengantre di bagian farmasi untuk menebus obat dan suplemen. Dan saya ga nyangka butuh 1 jam lebih sampai saya dapat obatnya. Ampun dah. Kalo lama antre dokter saya bisa maklum. Ga paham kenapa bisa selama itu. Iya sih yang antre saat itu lumayan rame, tapi mestinya ga selama itu juga nunggunya -_-. Saya datang ke RS jam 11.00, baru beres jam 14.30. Errr.

Resume Kontrol Ke-8

Catatan kontrol dan USG:

  • Tanggal: 29 April 2015
  • Tempat: RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi (dr. A)
  • Tensi Ibu: 100/?
  • Berat Ibu: 64.5 kg (naik 1 kg dalam 2 minggu)
  • Hasil USG: tidak ada pengukuran terhadap janin -_- (makanya usia kandungan di judul pake tanda tanya 😛 )
  • Suplemen: Folamil Genio (masih pakai yang dari dr. S) & Elkana untuk 14 hari
  • Obat: Silex (1 botol) dan Rhinofed (10 tablet)

Biaya pemeriksaan kehamilan:

  • Di RSI Ibnu Sina ternyata saya juga tidak dapat print out billing-nya, jadi saya tidak bisa tulis detailnya di sini. Tapi saya sempat lihat catatan dari bidan, biaya konsultasi dengan dokter Rp60.000 dan biaya prosedur USG Rp30.000. Lalu dari apotek sempat dikasih kertas berisi biaya obatnya, tapi ga saya catat sebelum akhirnya kertasnya diserahkan ke bagian pendaftaran untuk tagihan asuransi saya. Tapi seingat saya totalnya sekitar 100 ribuan rupiah. Jauh lebih murah dibanding biaya periksa di Balikpapan.

Obat untuk batuk pilek akhirnya saya minum sekitar 2 hari aja. Saat saya berhenti minum obat, batuknya sebenarnya belum sembuh total. Tapi berhubung rasanya udah mendingan, saya stop aja minum obatnya. Ga mau lama-lama minum obat, hehe.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment