Persiapan Pernikahan E♡R: Pakaian Seragam Keluarga

Momen pernikahan adalah waktunya untuk membuat pakaian seragam untuk keluarga besar. Karena rangkaian acara pernikahan saya itu minimal ada sekitar 4 hari, dan rasanya ga mungkin kalo beliin pakaian seragam berbeda untuk keempat hari tersebut, kami putuskan untuk bikin satu pakaian seragam saja. Dipakai di hari resepsi di Baso dan di Padang.

Kalau biasanya orang-orang dah ancang-ancang nikahannya pake tema warna apa, saya ga pernah mikirin warna, haha. Jadi untuk pakaian seragam, saya bebasin aja untuk keluarga mau pilih warna apa, toh nanti pengantin dan pelaminannya full pakai adat Minang. Yang jelas sebagian besar ibu-ibu di keluarga saya ga mau bikin pakaian seragam berupa kebaya ataupun baju dengan bahan tile, lace, brokat dan sejenisnya. Kebalikan banget dengan nikahan teman-teman yang biasa saya temui. 😛

Mencari Bahan Pakaian Seragam

Untuk beli bahan pakaian seragam ini sih saya ga perlu khawatir, karena ada mama yang ngerti bahan dan jago jahit, hoho. Lalu sesuai request Evan terkait panjapuik marapulai, maka bahan pakaian seragam untuk keluarga Evan juga dari pihak saya yang beliin.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Panjapuik Marapulai

Kami (saya, mama, dan beberapa anggota keluarga) mencari bahan untuk pakaian seragam ini saat libur Lebaran tahun 2013 di Pasar Aur Kuning Bukittinggi, sekitar pertengahan Agustus. Randomly masuk salah satu toko, kami melihat kain bahan taffeta dengan bordirannya terpajang di manekin toko. Langsung suka pada pandangan pertama. Akhirnya disepakati aja beli bahan taffeta, dibikin baju kurung. Simpel dan oke. Untuk para pria juga ada pasangan kainnya, dibikin kemeja. Tapi karena itu baru toko yang pertama dimasuki, kami tanya harga dulu, lalu kemudian coba lihat-lihat di toko lain. Udah muterin beberapa toko, ternyata ga nemu yang dirasa lebih oke daripada toko pertama tadi. Ujungnya balik lagi ke toko pertama, haha.

image

Setelah dilihat-lihat lebih lanjut, mama nyaranin ganti motif bordiran untuk roknya, soalnya kalau ngikut kayak di manekin, pilihan model roknya jadi terbatas. Dari proses tawar-menawar, didapatlah harga Rp150.000 untuk satu stel pakaian wanita (kain baju dan rok) dan harga Rp100.000 untuk satu stel pakaian pria (kain baju saja, celananya pakai celana masing-masing, kekeke).

Oia saat itu kami membeli pakaian seragam untuk keluarga inti (keluarga saya plus Evan berempat adik-kakak), keluarga dari pihak mama saya (adik-adik mama dan pasangannya serta sepupu-sepupu saya), dan keluarga dari pihak mama Evan (nenek, para om dan tante, serta beberapa orang yang dah dianggap seperti keluarga sendiri buat Evan). Yang untuk keluarga Evan, emang request Evan-nya begitu. Kenapa dari pihak ibu aja ya? Hehe. Mungkin karena sistem matrilineal, keluarga besar yang dekat itu ya yang dari pihak ibu. 😛

Jadi ada 3 “kelompok” keluarga, dan kami putuskan memilih warna yang berbeda untuk tiap “kelompok”. Pusing juga milih kombinasi warna yang oke dan bisa mengakomodir preferensi semua orang, hihi. Oya kainnya ga ready stock gitu, mesti dipesen dulu karena beli banyak. Dan akhirnya daftar pesanan kami saat itu adalah sbb:

  1. Untuk keluarga inti, warna hijau – merah bata. 4 laki-laki, 5 perempuan.
  2. Keluarga pihak mama Reisha, warna gold – merah marun. 12 laki-laki, 9 perempuan.
  3. Keluarga pihak mama Evan, warna pink – biru toska. 7 laki-laki, 8 perempuan.

Total untuk 45 orang, wow. Bahannya nanti bisa diambil sekitar akhir Agustus atau awal September.

Trus mama saya mutusin beli bahan berbeda untuk keluarga dari pihak papa saya. Nama bahan bajunya ga tau juga saya, tapi untuk roknya motif songket gitu. Belinya di toko lain. Kenapa ya dibedain? Saya juga ga tau, haha. Waktu itu beli untuk 13 perempuan, harganya Rp130.000 untuk satu stel (kain baju dan rok). Setelahnya ditambahin sama papa saya untuk yang laki-lakinya, tapi saya juga ga tau persisnya untuk berapa orang. Banyak pokoknya, belasan juga ada mungkin.

Beberapa hari setelah beres urusan bahan ini, Evan minta saya beliin juga bahan seragam untuk keluarga pihak papanya (nenek, para om dan tante; 3 laki-laki, 4 perempuan). Akhirnya milih kain taffeta itu juga biar sekalian pesen. Warnanya kami pilih ungu – silver.

Trus untuk jilbab bagi yang perempuan, kami beli jilbab paris biasa aja. Yang polos, warnanya disamain dengan warna rok. Semua dibeliin jilbabnya sekalian, daripada ntar pada beli jilbab sendiri-sendiri trus warnanya beda-beda.

Sayangnya dulu ga ingat sama sekali buat moto-moto si bahan, fufufu. Mari liat hasil akhir yang dah dijahit aja.

Final Look

Urusan jahit diserahkan kepada masing-masing yang mau bikin baju, modelnya juga dibebasin. Pakaian keluarga saya untuk yang perempuan mama saya yang jahitin. Modelnya sesuai rencana awal, baju kurung untuk yang perempuan, kemeja untuk yang laki-laki.

image

Adik-adik Evan jahit pakaian di Padang. Yang perempuan jahit model kebaya ternyata. Trus yang laki-laki bikin kemeja lengan panjang. Di keluarga saya semua laki-lakinya bikin kemeja lengan pendek. 😛

image

Keluarga pihak mama saya, mayoritas mama yang jahitin. Waaa sugoi lah mama jahitin buat belasan orang. Sisa-sisa kain dimanfaatkan mama saya untuk bikin baju buat sepupu-sepupu saya yang masih bocah, hoho.

image

Keluarga pihak mama Evan jahit pakaian di Padang. Modelnya macam-macam juga karena tiap keluarga sepertinya jahit di tukang jahit berbeda. Trus kan Evan minta ke saya cuma bahan untuk om dan tantenya, untuk sepupu-sepupunya ga usah katanya, ntar berat di saya. Tapi ternyata para om dan tante Evan beli kain sendiri untuk anak-anak mereka biar seragam juga.

image

Keluarga pihak papa saya ga semuanya datang ke nikahan saya di Baso. Yang ada baju seragamnya pada dipake di hari Jumat, pas baralek kampuang, bukan pas resepsi, jadi ga ada sesi foto yang oke nih. 😀

image

Keluarga pihak papa Evan banyakan merantau di luar Padang. Beberapa alhamdulillah datang di acara resepsi di Padang. Tapi yang pake seragam memang benar-benar yang dibeliin kain aja, hehe.

image

Dari sekian foto di atas, abaikan Evan dan saya dulu ya, haha. Ga ada foto yang masing-masing keluarganya aja soalnya. Baju seragam saya dan Evan yang warna hijau – merah bata juga ada sebenarnya, tapi belum pernah kami pakai foto bareng. 😛

Oya, bahan taffeta ini ga unik sih memang, banyak yang punya baju bahan tersebut. Jadi pas acara emang banyak juga tamu yang datang dengan baju berbahan yang sama. Tapi warnanya ga ada yang sama untungnya, hoho. Yang penting bordirannya juga ga ada yang nyamain dan kami semua sukaaa. 😀

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment