Perjalanan ASI Alin (3): Support System dan Balada Pumping
Di tulisan sebelumnya saya sudah menceritakan seputar ikhtiar saya untuk meningkatkan produksi ASI. Kali ini masih berhubungan dengan itu, plus drama terkait pumping yang justru membingungkan saya.
Daftar Isi Tulisan Ini
Mencari Support System ke Dokter Laktasi
Ini sudah saya bahas juga di tulisan sebelumnya. Intinya saya sudah mencoba konsultasi ke beberapa dokter laktasi, tapi rupanya saya tidak berjodoh ketemu dokter yang cocok yang saya harapkan bisa jadi penyemangat saya.
Sebenarnya di Jabodetabek ini masih banyak pilihan dokter laktasi yang bisa saya datangi. Tapi saya udah lelah duluan membayangkan effort tenaga, waktu, dan biayanya. Biaya mungkin bisa diusahakan, tapi tenaga dan waktu ini sulit. Hidup saya bukan cuma untuk urusin ASI, anak yang mesti saya urus bukan cuma Alin.
Sudah 4 atau 5 dokter kalau ga salah yang saya datangi, belum termasuk 2 dokter untuk akupunktur ASI ya. Jadi ya sudahlah, rasanya sudah cukup. Saya cari cara lain aja.
Mencari Support System dari Komunitas
Ada dua komunitas yang mestinya bisa saya manfaatkan karena saya sudah jadi anggotanya: AIMI dan ITB Motherhood. Namun saya urung bertanya ke keduanya karena udah ngebayangin duluan kalau jawabannya ya hal-hal yang udah saya tahu juga. Yeah saya udah mayan banyak tahu teorinya sejak zaman Akas dulu, tapi masalahnya praktiknya ini mesti gimana, aaaaa.
Saya merasa butuh hal yang baru, yang beda dari apa yang udah pernah saya lakukan.
Hingga suatu hari di IG saya muncul sebuah iklan. Yang biasanya muncul itu iklan ASI booster, kali ini beda. Dia ga jualan produk apapun, tapi menawarkan bergabung dengan grup di mana nanti bakal diajari ilmu beserta tips dan triknya.
Hmmm. Interesting. Berbayar tapi ga gitu mahal seingat saya. Akhirnya saya daftar.
Bimbingan untuk Ibu dengan ASI Sedikit
Komunitas ini ternyata menampung para ibu dengan segala permasalahan terkait ASI-nya. Di awal saya diminta mengisi data biar bisa dipetakan masalahnya tergolong yang mana. Sudah bisa ditebaklah ya masalah saya itu. Saya masuk ke kategori ASI-nya sedikit dan masih dibantu sufor atau botol dot.
Saya juga diberi link ke materi kelas. Komplit banget deh materinya. Walau sebagian besar udah saya tahu, tapi ternyata banyak juga hal yang baru saya ketahui, terutama terkait pumping. Penjelasan teknisnya lengkap, ditambah sharing dan tips dari yang udah pernah menjalani. Mantap.
Saya diberi diari untuk tracking kegiatan yang mesti dilakukan oleh ibu dengan ASI sedikit. Intinya adalah hal-hal berikut:
- Perbaiki perlekatan dan menyusui semaunya bayi.
- Stop penggunaan botol dot, ganti dengan media lain. Ini sih alhamdulillah mudah buat saya karena Alin ga pernah terpapar dot.
- Pompa ASI setelah menyusui dan di sela waktu tidur bayi. Targetnya 6x regular pumping per hari, ditambah 2x power pumping antara jam 00.00-06.00.
- Minum air minimal 3 L/hari.
- Skin to skin serta sounding/ngobrol dengan bayi.
Dari pengalaman yang udah melakukan, katanya kalau konsisten biasanya setelah 2 minggu bakal kelihatan hasilnya. Saya cukup yakin ini akan berhasil karena saya juga paham bahwa pumping itu membantu meningkatkan demand terhadap ASI, dan kalau demand udah nambah insya Allah supply-nya juga meningkat.
2 minggu bisa lah yaaa. Bisa?
Mencoba Mencapai Target Pumping yang Dianjurkan
Materi kelas sudah saya simak semuanya, diari sudah di-print, niat sudah ada. Saatnya praktik yaaa.
Kalau dihitung-hitung, target pumping-nya itu total 8x, berarti dalam 24 jam bisa dijadwalin pumping tiap 3 jam ya. Mirip-mirip dengan jadwal menyusui bayi aja sebenarnya, cuma kali ini saya mesti menyusui dilanjut pumping.
Oh ternyata praktiknya tidak semudah yang saya bayangkan, huhu. Di hari pertama aja ga tercapai tuh targetnya. Awal-awal pumping masih oke, tapi lama-lama badan saya cape sendiri, terutama malam hari.
Yah bayangin aja, regular pumping itu minimal 10-15 menit per payudara, jadi anggaplah total 30 menit. Kalaupun pakai double pump yang langsung nyedot kedua payudara, tetap aja disaranin minimal 30 menit karena katanya tenaga mesinnya kebagi ke dua pompa. Sementara power pumping itu total sekitar 1 jam.
Sebelum itu saya juga menyusui Alin, ini juga ga tentu durasinya. Menyusui buat saya juga ga sesimpel itu ya, karena saya menyusui dengan suplementasi sufor via NGT. Otomatis sebelum menyusui saya mesti siapin sufor dulu juga.
Anggaplah menyusuinya 30 menit, lanjut pumping 30 menit, berarti 2 jam kemudian saya udah mesti menyusui dan pumping lagi. Kalau malam hari jedanya cuma 1.5 jam. Belum termasuk aktivitas lainnya. Gimana saya istirahatnyaaaa? Huhu.
Mungkin faktor usia juga ngaruh, udah hampir 35 tahun saya saat itu. Badan ga bisa bohong, memang butuh istirahat. Daaan, entah ini untung atau apes, Alin itu tidurnya bisa lama, bahkan pernah bablas sampai 5 jam. Dan saya ikut ketiduran walau udah pasang alarm.
Di satu sisi saya senang karena badan saya bisa istirahat. Di sisi lain, saat terbangun saya merasa bersalah karena udah melewatkan jadwal pumping saya. Ok lah hari pertama gagal, besoknya bisa coba lagi. Nyatanya, besok dan besoknya begitu lagi.
Ga langsung menyerah donk tentunya. Tetap dicoba lagi. Eh lalu kepotong libur Lebaran, gpp nanti ulang dari awal lagi. Hingga paling banyak saya cuma mampu pumping 6x dalam sehari. Ga pernah tercapai tuh target 8x. Dan lama-lama saya jadi tidak nyaman dengan perasaan bersalah yang menghantui saya tiap abis ketiduran dan melewatkan jadwal pumping.
Udah cape fisik, apa harus cape mental juga?
Support Group yang Tidak Men-Support
Semua anggota dimasukkan ke dalam sebuah grup Telegram. Grupnya waktu itu terbilang pesat perkembangannya, dari ratusan lalu tiba-tiba udah beribu-ribu member aja. Ibu-ibu dengan masalah berbeda-beda tergabung jadi satu di grup ini.
Tidak ada orang yang saya kenal bergabung di grup ini. Di satu sisi jadi agak khawatir kalau kurang cocok, tapi di sisi lain saya merasa lebih tenang karena ga perlu merasa malu kalau ada orang yang saya kenal tahu kalau saya struggling lagi dengan masalah ASI ini.
Awal-awal saya lebih banyak menyimak, lalu mulai mencoba nimbrung menjawab, juga bertanya. Dan setelah beberapa waktu, ada beberapa hal yang mengganggu saya. Well, ini subjektif banget sih, tapi plis lah valid ya perasaan ini, haha.
Dua hal ini yang paling mengganggu sampai tetap teringat hingga sekarang.
Di grup itu, ibu-ibu yang ASI-nya sedikit ada, tapi yang hiperlaktasi juga ada. Ya, saya paham ibu-ibu yang hiperlaktasi itu juga ada masalahnya. Dan ada juga sebagian mereka itu dulunya ASI-nya juga sedikit, tapi karena rajin pumping, ASI-nya jadi melimpah ruah.
Buat sebagian orang, ini mungkin bisa jadi motivasi, yakin kalau ASI-nya juga bisa banyak. Tapi buat saya justru sebaliknya. Bayangin aja, saya pumping 30 menit cuma dapat SEPULUH mL. Lalu tiba-tiba di grup ada yang share hasil pumping-nya yang RATUSAN mL (bukan cuma 100-200 mL lho ini, tapi lebih) dan bilang “duh gimana ya ini masih banyak aja hasil pumping-nya”. Pengen ku lempar meja rasanya.
Saya kan struggling tuh ya gimana caranya biar bisa rutin pumping tapi cukup istirahatnya biar badannya ga gampang cape. Waktu itu saya masih cuti melahirkan, kalau udah masuk kerja lagi, makin ga kebayang gimana caranya kan. Nanya lah saya di grup, gimana nih caranya dari pengalaman yang udah menjalani.
Dan respon yang saya terima pertama adalah “Hah? Cukup istirahat? Apa itu? Mana ada istirahat yang cukup, tapi demi anak sih apapun kita lakukan yaa.” Well, saya paham ini konteksnya bercanda, tapi sungguh ini jawaban yang tidak menyenangkan buat saya saat itu.
Saya paham lah kalau punya bayi ya jangan ngarep bisa tidur cukup 7-8 jam kayak saat ga punya bayi. Yaa barangkali aja kan ada yang punya tips gimana cara tidurnya biar tetap berkualitas walau sebentar. Atau disaranin konsumsi vitamin apa kek untuk daya tahan tubuh. Ada sih yang share soal vitamin setelahnya, tapi saya udah keburu ilfil sama respon awal tadi.
Dilema Pumping vs. Kenaikan Berat Badan Bayi
Di samping per-pumping-an, saya juga dipusingkan dengan kenaikan berat badan Alin. Iya betul Alin udah dibantu dengan sufor, tapi saya pun berusaha untuk kasih sufor seminimal mungkin, dengan harapan asupannya tetap mayoritas dari ASI.
Dipikir-pikir, yaa mungkin ini juga salahnya saya. Andai saya kasih sufor lebih banyak, kenaikan berat badannya bisa lebih bagus, dan berkurang kan beban pikiran jadinya.
Saya menjalani per-pumping-an ini masih di antara masa-masa saya ke dokter laktasi. Terakhir saya ke dokter laktasi itu karena Alin perlu insisi tongue tie dan lip tie. Selain tindakan, saya juga konsul donk ya terkait pumping.
Dokter laktasi ini justru menyarankan agar saya ga usah pumping dulu, fokus ke direct breastfeeding (DBF) aja. Biar cukup juga istirahatnya. Saya tetap disarankan lanjut suplementasi.
Awalnya saya ragu donk, tetap pumping atau ga nih? Saya tanya deh via japri ke admin grup. Sama adminnya dibilang untuk tetap pumping. Dan saya pun memilih tetap lanjut pumping.
Kebetulan waktu itu mesti kontrol tiap minggu. Hasilnya? Seminggu kemudian berat Alin cuma naik 50 gr, masih kurang banget ini dari target. Di sini saya mulai meragukan apa memang worth tuh effort pumping saya? Udahlah cape, hasilnya cuma dikit ga naik-naik, berat badan Alin juga naiknya dikit.
Abis itu saya coba eksperimen. Oke lah ikutin saran dokter, ga usah pumping dulu. Tapi saat rada lowong ujung-ujungnya saya tetap pumping sih, tapi paling cuma 1-2x dalam sehari. Pokoke ga usah pusing dan cape perkara pumping. Hasilnya? Seminggu kemudian berat Alin naik 330 gr. Hepi banget donk.
Oke lah ini baru 1x perbandingan aja, kali aja kebetulan?
Minggu berikutnya saya coba rutin pumping lagi, seminggu kemudian berat Alin cuma naik 80 gr. Huft. Minggu keempat saya coba kurangin pumping lagi, pumping sesempatnya aja. Hasilnya berat Alin naik 220 gr. Dalam 4 minggu itu dosis sufornya sama deh seingat saya, atau malah dikurangi sedikit dibanding yang awal. Pokoke saat beratnya naik lebih banyak itu, ga ada penambahan dosis sufor.
Jadi, Tetap Lanjut Pumping Atau Tidak?
Saya coba konsul lagi ke admin grup karena saya jadi bingung sekali dengan kondisi saya. Ini gimana ceritanya kok saat saya mencoba rutin pumping, berat bayi cuma naik sedikit, sementara saat saya tidak rutin pumping, beratnya malah naik banyak?
Udah jelasin panjang lebar, udah ditanya-tanya balik juga sama adminnya, entah adminnya paham apa masalah saya atau tidak, yang jelas ujung-ujungnya adminnya ini tetap menyuruh saya untuk melanjutkan pumping. Astaga.
Di titik ini saya malas melanjutkan diskusi lagi, karena beberapa kali dari jawaban yang diberikan, ujung-ujungnya tetap aja disuruh pumping. Ah sudahlah. Trust issue jadinya.
Bisa ditebak lah ya selanjutnya saya ga lanjutin rutinitas pumping-nya, wkwk. Bener-bener deh rasanya sia-sia aja waktu itu. Cape badan, cape pikiran. Hasil pumping paling banyak 30 mL aja, itu pun dari power pumping yang sampai 1 jam itu. Suuuper iri sama yang ASI-nya banyak, sama yang bayinya bulat gembul full ASI.
Saya udah terlalu malas memikirkan salahnya di mana. Mungkin stres. Mungkin kurang effort. Mungkin pompanya yang ga cocok. Mungkin asupan saya yang kurang. Dan berbagai kemungkinan lainnya.
Apakah saya menyesal? Ya dan tidak. Ya karena effort saya memang kurang. Tidak karena saya masih mempedulikan nasib badan dan pikiran saya.
Apakah pumping memang tidak worth? Ya ga gitu juga. Banyak kok di luar sana ibu-ibu yang terbantu dengan pumping. Saya aja yang ga dapat rezekinya, hehe.
Jadiii, buat ibu-ibu pejuang pumping di luar sana, tetap semangat tapi tetap jaga badan dan pikirannya yaaa.
Salam,