DIY by Reisha: Desain Undangan Pernikahan dan Buku Tamu Nia & Irfan

Lama juga ga update topik wedding preparation ini, akhirnya ada bahan lagi, hehe.

Sejak pernikahan adik dan sepupu-sepupu saya beberapa waktu lalu, saya jadi berencana untuk membantu membuatkan desain undangan pernikahan buat adik-adik dan sepupu-sepupu saya nanti. Hitung-hitung bantu persiapan pernikahan, toh paling itu aja yang bisa saya bantu dari jarak jauh.

Baca juga: DIY by Reisha: Desain Undangan Pernikahan dan Buku Tamu Dua Pasang Pengantin

Tadinya saya kira undangan untuk Luthfi dan Reza yang menikah April lalu sudah jadi yang terakhir untuk tahun ini, eh rupanya ada satu lagi sepupu yang menikah tahun ini, yakni Nia. Saya udah tahu beberapa bulan sebelum hari H, tapi saya terus mengundur-undur pembuatan desainnya. Maklum lah ya udah kerja #eaaa.

Baca juga: 25 Pilihan Pekerjaan Non Full Time untuk Ibu Rumah Tangga Selain Berjualan

Saya berencana membuat desainnya kira-kira 1 bulan sebelum hari H. Saya ga dikasih deadline yang jelas, komunikasi juga jarang, hingga suatu hari tiba-tiba saya ditanyai apakah desainnya sudah selesai karena udah mau dicetak undangannya. Ya belum bikin sama sekali lah, hahaha. Yo wes saya minta waktu 1 minggu, manfaatin lagi the power of deadliner, hihi.

Desain Undangan Pernikahan

Konsep undangannya pada dasarnya sama aja dengan yang terdahulu, yakni selembar A4 nolak-balik. Karena seperti itulah yang simpel dan murah, hihi. Untuk desainnya, saya pernah tanya ke Nia mau seperti apa, dia kasih ke saya foto dari pencarian di laptopnya. 😐 Desainnya pakai bunga-bunga, yang mana ga mungkin saya gambar sendiri seperti itu. Selama ini kan ngandalin download di Freepik trus edit, haha.

Saya juga kurang sreg sih dengan gambar bunganya. Saya bilang ke Nia ntar saya cari pilihan lain di Freepik, ntar dia pilih mau yang mana. Saya sodorin beberapa pilihan, pada akhirnya Nia bilang terserah saya aja bagusnya yang mana. Baiklaaah.

Karena dibebaskan, saya pengen coba pakai tipe gambar yang beda dari sebelumnya. Saya nemu dua desain yang setema dengan nuansa watercolor, yakni ini dan ini. Keduanya saya manfaatkan untuk desain undangan kali ini.

Desain Undangan Pernikahan Full Color

Melihat hasil cetak undangan Luhfi dan Reza waktu itu, saya berasumsi kali ini bakal menggunakan percetakan yang sama juga. Maklumlah hasilnya lebih oke dibanding tempat mencetak undangan pernikahan adik saya dulu yang lumayan failed.

Baca juga: DIY by Reisha: Desain Undangan Pernikahan Hani & Aznil

Karena undangan sebelumnya full color, kali ini saya bikin full color lagi. Saya bikinnya juga pakai Adobe Illustrator dan file-nya di-save dengan extension .eps.

Isi halaman-halamannya masih sama, beda desain aja. Halaman pertama berisi nama mempelai dan tempat untuk menempel nama orang yang diundang. Halaman kedua berisi undangan akad nikah dan puisi. Halaman ketiga berisi undangan resepsi dan denah lokasi acara. Halaman keempat berisi nama-nama orang tua mempelai dan anggota keluarga yang turut mengundang.

Hasil akhir desainnya seperti ini.

Desain Undangan Pernikahan Monokrom

Masalah muncul saat desain yang saya buat itu dibawa percetakan. Rupanya kali ini percetakan yang dipilih berbeda dengan sebelumnya, dan ternyata di sana jadinya lebih mahal kalau full color. Kalau mau lebih murah katanya mesti sewarna aja, beda tingkatan warna ga apa-apa. Dan kesepakatan sudah dibuat dengan percetakan, pakai satu warna saja. Haduuuh.

Seketika saya pusing karena ga kebayang caranya ganti warna. Background watercolor kayak gitu rupanya layer-nya banyaaak sekali, ga mungkin ganti satu per satu. Setelah sedikit perdebatan, saya bilang terserah aja deh mau diapain, entah itu diedit sama percetakannya biar sewarna, atau ganti total pakai desain yang ada di percetakan. Errr.

Walau begitu, rupanya saya ga tenang juga, argh. Merasa sia-sia kalau sudah menghabiskan waktu bikin desainnya tapi ujung-ujungnya ga kepake. Penasaran, saya browsing caranya ganti warna, eh ternyata dengan beberapa klik aja langsung keganti semua donk warnanya. Mantap sekali, haha. Langsung deh saya edit desainnya. Saya tanya Nia mau warna apa, katanya merah maroon.

Tapiii, ketika dijadikan satu warna dasar, background watercolor ini jadi jeleeek, huhu. Kayak kertas kena minyak gorengan, terkesan kotor. Seperti ini.

Akhirnya saya hilangkan saja background-nya sehingga tampak lebih bersih. Sebagai gantinya, saya kasih background dengan gradasi. Hasil akhirnya seperti ini.

Apakah masalah sudah selesai? Ternyata belum, fyuuuh. Saya kan bikin desainnya pakai Adobe Illustrator ya. Bisa sih dibuka pakai Corel, tapi di percetakan ini desainnya jadi rusak, aargh. Entah faktor versi software atau gimana, saya juga ga paham. Background gradient-nya terpotong, denah lokasi hancur. Selanjutnya saya serahin ke orang percetakan aja lah mau diapain. Denah lokasi dibikin ulang katanya.

Saat saya lihat hasil cetaknya, cukup berbeda dari apa yang saya bayangkan. Saya sampai lupa foto, haha. Tapi ya udah sih, ga apa-apa. Ambil hikmah dan pelajaran aja dari pengalaman kali ini.

Desain Buku Tamu

Sama seperti sebelumnya, selain desain undangan pernikahan, saya diminta bikin desain buku tamunya juga, biar setema dengan undangan. Dulu saya sempat pengen bikin desain buku tamu yang berbeda, tapi karena udah diminta segera beres, saya edit desain lama aja. Lagi pula saya masih ada perasaan kurang enak karena desain yang berakhir monokrom, heuheu. Jadi yaa gimana biar cepat beres aja lah.

Karena desain buku tamu ini baru dibuat setelah desain undangan fix, saya cuma bikin versi satu warna aja, ga ada yang full color. Cover hingga halaman isinya seperti ini desainnya.

Apakah desain ini tanpa masalah? Ga juga, eaaa. Minor sih. Eh desainnya ga masalah dink, cuma waktu di-print, warnanya jadi kecoklatan gitu. Lagi-lagi buku tamunya di-print sendiri, dan warnanya kurang sesuai dengan yang dibayangkan. Tapi saya udah ga mau ambil pusing lagi, biarin aja lah yaa, hehe.

Sekian cerita desain kali ini yang lumayan drama. Rehat dulu deh saya, haha. Tahun depan juga sepertinya belum ada yang bakal nikah juga di keluarga besar saya. Tapi who knows yaa, hihi.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment