Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-74 Republik Indonesia di Auckland

Dirgahayu Republik Indonesia!

Dalam rangka memperingati HUT ke-74 Republik Indonesia, kali ini saya terpikir untuk menulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan PUEBI. Sudah jarang sekali saya menulis seperti itu. Saya sudah tidak pernah menulis dokumen yang sifatnya resmi, dan di blog ini saya memilih menggunakan bahasa yang lebih santai. Mohon koreksinya jika Anda menemukan kesalahan.

17 Agustus adalah hari yang sangat istimewa bagi bangsa Indonesia, bukan hanya bagi yang tinggal di Indonesia, melainkan juga bagi yang tinggal di luar negeri. Dan buat sebagian orang Indonesia yang berada di luar negeri, perayaan hari kemerdekaan itu tak jarang jadi lebih mengharukan. “Biarpun saya pergi jauh, tidak ‘kan hilang dari kalbu.”

Di Auckland, kami mendapatkan informasi bahwa acara perayaan HUT ke-74 RI akan diadakan di Mt. Albert War Memorial Hall. Ini lokasi yang sama dengan lokasi salat Iduladha minggu lalu.

Baca juga: Iduladha 1440 H (2019) di Auckland

Acaranya dimulai pada pukul 10.00. Kami memutuskan untuk datang beberapa menit sebelumnya supaya bisa ikut upacara. Saya sudah lupa persisnya kapan terakhir kali saya mengikuti upacara bendera. Mungkin tahun 2005, ketika saya mengikuti OSKM sebagai mahasiswa baru di ITB.

Saat kami datang, rupanya sudah banyak warga Indonesia yang berada di sana, baik yang akan mengikuti acara, maupun yang akan berjualan di bazar makanan. Area panggung yang dulu digunakan sebagai tempat imam dan beberapa saf jamaah saat salat Iduladha, kali ini tampak digunakan sebagai lapangan upacara. Sementara itu, ruang tengah diisi dengan kursi-kursi.

HUT ke-74 RI di Auckland
Suasana panggung untuk upacara

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00. Para hadirin sebagian besar sudah duduk di kursi-kursi yang tersedia. Kemudian panitia meminta para hadirin untuk berdiri saat upacara berlangsung. Panitia acara ini adalah Komunitas Katolik Indonesia Auckland (KKIA), didukung oleh beberapa komunitas WNI lainnya di Auckland.

HUT ke-74 RI di Auckland
Persiapan sebelum upacara

Pengibaran bendera merah putih dilakukan dengan cara yang berbeda dari upacara yang biasa diadakan di Indonesia. Karena acaranya dilaksanakan di dalam ruangan dan tidak ada tiang bendera, maka pasukan pengibar bendera membawa bendera merah putih dengan tiang pendek. Bendera ini kemudian ditaruh di bagian depan panggung. Setelah bendera ditaruh dengan sempurna, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Terharu rasanya saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kalau tidak ditahan, mungkin air mata akan mengalir dengan sendirinya.

HUT ke-74 RI di Auckland
Pengibaran bendera merah putih oleh PPI Auckland

Rangkaian acara berikutnya dalam upacara peringatan HUT ke-74 ini tidak jauh berbeda dengan upacara di tempat lain. Kami mengheningkan cipta, mendengarkan pembacaan teks proklamasi dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, serta menyanyikan lagu wajib nasional. Ada tiga lagu yang kami nyanyikan, yakni lagu Bagimu Negeri, Garuda Pancasila, dan Hari Merdeka.

HUT ke-74 RI di Auckland
Suasana saat menyanyikan lagu Hari Merdeka

Selama upacara, Akas tampak bosan. Salah kami juga karena sebelumnya kami tidak menceritakan kepada Akas seperti apa upacara bendera itu. Ini jadi catatan buat saya untuk tahun-tahun berikutnya.

HUT ke-74 RI di Auckland
Dia yang bosan saat upacara berlangsung

Upacara selesai dalam waktu sekitar 30 menit. Usai upacara, para hadirin tampak tidak sabar menyerbu bazar makanan. Semua makanan yang dijual adalah makanan khas Indonesia, sungguh menggiurkan untuk orang rantau yang jarang menemukan makanan Indonesia. Makanan yang dijual bervariasi sekali, mulai dari kue-kue, camilan, minuman, lauk-lauk, hingga menu lengkap.

HUT ke-74 RI di Auckland
Sebagian makanan Indonesia yang dijual di bazar

Namun demikian, jangan bandingkan harga makanan di sini dengan harga di Indonesia. Kalau dibandingkan, nanti tidak akan mau beli, ha-ha. Segelas es cendol di Indonesia mungkin bisa didapat dengan harga lima ribu rupiah. Di acara ini, es cendol dijual seharga lima dolar Selandia Baru. Itu sekitar Rp45.687,25 dengan kurs saat ini, ha-ha.

Sebagian makanan cepat sekali habisnya, mungkin karena jarang sekali ada. Sebenarnya di Auckland ini ada beberapa orang Indonesia yang jualan makanan Indonesia, tapi tentunya ada makanan atau camilan tertentu yang tidak selalu ada atau memang tidak pernah dijual oleh mereka.

Saya juga sempat melihat ada seorang ibu yang memborong banyak sekali makanan. Beliau belanja satu kardus penuh. Ibu ini tinggal di Tauranga, kota yang terletak tiga jam perjalanan darat dari Auckland. Katanya orang-orang Indonesia di sana titip ke beliau. Sepertinya acara dengan banyak makanan Indonesia seperti ini tidak pernah ada di Tauranga.

Setelah keliling bazar dan membeli makanan secukupnya, saya kembali ke kursi-kursi di ruang tengah tadi. Kali ini panggung diisi dengan penampilan budaya. Ada anak-anak yang menari diiringi lagu Rasa Sayange. Mereka mengenakan pakaian daerah yang berbeda-beda. Lucu-lucu dan bagus sekali. Berikutnya ada lomba membawa kelereng bagi anak-anak.

HUT ke-74 RI di Auckland
Tarian anak-anak diiringi lagu Rasa Sayange

Suami saya beberapa kali bolak-balik ke luar ruangan karena Akas tidak betah di sana, maunya main di Rocket Park yang memang ada taman bermain untuk anak. Sayangnya cuaca kurang bersahabat. Saya sempat ke luar sebentar untuk melihat Akas, lalu tak lama kemudian hujan turun.

Saya kembali melihat panggung. Kali ini ada ibu-ibu yang sedang menari. Saya tidak tahu itu tarian dari daerah mana di Indonesia. Apakah dari Indonesia Timur? Saya memang tidak begitu familiar dengan kebudayaan Indonesia bagian timur.

Saya melihat ke layar proyektor. Dari situ saya baru tahu ternyata itu tarian Maori. Wah, pantas saja saya tidak tahu, ha-ha. Selama tinggal di Selandia Baru ini saya memang belum pernah melihat tarian bangsa Maori. Saya tidak menyangka budaya lokal Selandia Baru ini turut membaur di acara HUT RI.

HUT ke-74 RI di Auckland
Tarian bangsa Maori

Selanjutnya ada lagu tradisional Maori yang dinyanyikan oleh seorang anak bersama ayahnya yang bukan orang Indonesia. Ayahnya memainkan gitar, anaknya menyanyi. Sebelumnya sang anak memperkenalkan diri. Rupanya dia berdarah campuran Indonesia dan Kiwi. Kiwi adalah sebutan untuk warga lokal Selandia Baru.

Kali ini lagu yang dinyanyikannya sudah saya kenal, karena Akas pun sering menyanyikan lagu itu di rumah. Lagunya yakni lagu Matariki, yang dulu dipelajari Akas saat mendekati acara Matariki di sekolahnya. Matariki adalah tahun baru bangsa Maori.

Waktu baru menunjukkan pukul 11.30, tapi kami memutuskan untuk pulang. Acaranya sendiri berlangsung hingga pukul 15.00. Akas mulai rewel. Cuaca tidak membaik, Akas juga tidak betah berada di dalam ruangan yang semakin padat dengan pengunjung. Pengunjung acara ini bukan hanya warga Indonesia, tapi juga warga asing.

HUT ke-74 RI di Auckland
Keramaian acara HUT ke-74 RI di Auckland

Alhamdulillah kali ini kami berkesempatan merayakan HUT RI di Auckland. Tahun ini memang satu-satunya kesempatan buat kami untuk merayakan HUT RI di Selandia Baru. Kalau kondisi memungkinkan, saat Anda tinggal di Selandia Baru, coba deh untuk ikut upacara di KBRI Wellington. Sepertinya lebih menarik di sana, dan ada kesempatan untuk bertemu dengan duta besar Indonesia. Ada makanan gratis juga, ha-ha.

Salam,

Reisha Humaira

2 komentar pada “Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-74 Republik Indonesia di Auckland

Leave your comment