Workshop “Terjemahkan Sakitku” bersama dr. Frecillia Regina

Dulu waktu Akas pertama kali demam, saya bingung dan khawatir banget karena saya belum belajar sama sekali tentang bagaimana penanganannya kalau anak sakit. Padahal sebagai menteri kesehatan keluarga, sebaiknya ibu banyak membekali dirinya dengan ilmu.

Demam, batuk, pilek, muntah, mencret, dll. adalah hal yang sering dijumpai pada anak. Di grup-grup sering banget dijumpai ibu-ibu yang nanya soal ini saat anaknya sakit.

Tahun lalu saya berkesempatan mengikuti workshop Terjemahkan Sakitku yang diadakan oleh dr. Frecil di Bandung. dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC atau biasa disapa dr. Frecil adalah dokter anak (DSA) favorit banyak ibu-ibu di Bandung. Beliau juga seorang konselor laktasi. Saya tau nama beliau saat masih di Balikpapan. Ingin rasanya nyoba konsul saat masih relaktasi, apa daya Balikpapan-Bandung itu jauh, hehe.

Setelah pindah ke Bandung, pas Akas sakit pengen nyoba rasanya berobat ke beliau, tapi karena katanya antreannya panjang, saya mundur duluan. Nah pas lihat info workshop ini, langsung deh saya daftar karena ilmunya penting plus pengen tau dr. Frecil itu kayak apa, hihi.

#terjemahkansakitku

dr. Frecil mengadakan practical parenting workshop #terjemahkanAKU dalam beberapa tema. Yang saya tau ada #terjemahkanmakanku, #terjemahkangigiku, dan #terjemahkansakitku. Baru saja dr. Frecil ngadain workshop Terjemahkan Sakitku hari Minggu kemarin. Tapi yang saya ikuti sih tahun lalu, tepatnya tanggal 20 November 2016. Udah lama banget tapi baru ditulis sekarang, haha. Gpp deh, catatannya masih ada, dan ditulis di sini biar gampang dilihat lagi sewaktu-waktu.

workshop terjemahkan sakitku
dr. Frecil waktu menyampaikan materi

Workshop ini berlangsung selama sekitar 2 jam, dan jumlah peserta dibatasi maksimal 40 orang. Materi workshop seputar sakit yang biasa dijumpai pada bayi dan anak, bagaimana penanganannya, kapan perlu ke dokter, dll. Peserta juga akan diminta membawa beberapa keperluan workshop yaitu: termometer, handuk kecil untuk kompres, baskom kecil, sendok, gelas, sedotan, dan ballpoint untuk mencatat; karena kita juga akan praktik! Boleh banget bawa anak biar bisa langsung praktik sama anaknya.

Saat anak sakit dan kita ga tau apa-apa, kadang rasanya khawatir, panik, dan pengen langsung ke dokter aja ya, atau langsung kasih obat. Padahal ga selalu harus begitu. Ada yang masih bisa ditangani di rumah bahkan tanpa obat. Tapi kita juga perlu tau kapan kita harus ke rumah sakit agar penanganannya juga tidak terlambat.

Sakit apa aja yang dibahas? Saya tulis semua di sini berdasarkan print out yang dikasih plus catatan saya dari penjelasan dr. Frecil. Gpp ya kalo panjang, males kalau dibikin jadi 2 tulisan, hehe. FYI saya udah minta izin ke dr. Frecil untuk share materinya di blog.

workshop terjemahkan aku
Suasana workshop

Demam

Demam pada dasarnya hanya salah satu gejala, jadi kita harus cari tau penyebabnya. Penyebabnya biasanya karena ada infeksi yang terjadi pada satu atau beberapa hal berikut:

  • Saluran pernafasan (batuk, pilek, sesak)
  • Saluran pencernaan (muntah, mencret, sakit perut)
  • Saluran kemih (sakit berkemih, ngompol, sakit pinggang)
  • Susunan saraf (kejang, pen urunan kesadaran)
  • Kulit (merah-merah, gatal)

Saat demam, suhu tubuh meningkat agar tubuh bisa melawan infeksi yang terjadi. Demam suhu >37.5°C bisa membunuh kuman lebih cepat (daya tahan bekerja 20x lebih cepat) sehingga anak lebih cepat sembuh. Hanya saja, saat suhu tubuh semakin tinggi  >38.5°C, demam bisa membuat anak jadi rewel karena ia jadi pusing, pegal-pegal, sakit kepala, dll. Tapi ini tergantung ketahanan tiap anak, bisa beda-beda.

Ketika demam, penting banget untuk mencatat suhu secara rutin tiap 3-4 jam. Jadi wajib ya sedia termometer di rumah. Jika jarak demam menjauh atau suhu menjadi lebih rendah artinya klinis anak membaik. Termometer ada macam-macam. Kata dr. Frecil, yang paling akurat pengukurannya sebenarnya termometer air raksa itu, tapi butuh waktu lama nempelinnya di badan, sekitar 2 menit apa ya, dan anak-anak biasanya ga betah. Makanya termometer digital lebih populer.

Saat mengukur suhu anak, coba pegang juga bagian tubuh yang jarang dipegang, misal pergelangan tangan atau leher, dan diingat-ingat kalau angka suhu segini, panasnya seperti ini. Tujuannya agar ke depannya kita bisa memperkirakan suhu saat tidak ada termometer.

Mengatasi Demam

Langkah pertama, turunkan suhu tanpa obat. Caranya bisa dengan:

  • Kompres hangat, menggunakan air bersuhu 24-33°C. Kalau suhu kompres lebih panas, malah bisa menaikkan suhu tubuh anak. Sementara kalau suhu kompres lebih dingin, anak bisa menggigil.
  • Kontak kulit dengan kulit.
  • Menggunakan pakaian yang tipis. Jangan pakaikan pakaian tebal seperti jaket, selimut, dll.
  • Lingkungan yang nyaman. Jaga suhu ruangan agar tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin.

Jika langkah di atas belum bisa menurunkan demam anak, langkah kedua yakni turunkan suhu dengan obat. Obat yang biasa digunakan untuk menurukan demam adalah:

  1. Paracetamol

    Merupakan obat yang paling aman digunakan dan umumnya tidak menimbulkan efek samping. Diminum sebelum makan pun juga tidak apa-apa. Dosis pemberiannya 10 mg/kgBB/dosis, maksimal diulang tiap 4 jam. Paracetamol untuk anak tersedia dalam bentuk drop dan sirop, dan dosisnya berbeda. Jadi sebelum menghitung, perhatikan info kandungan Paracetamol-nya.

    Contoh penghitungan dosis untuk merk Sanmol:

    • Sanmol drop, tertera info “Tiap 0.6 ml mengandung Parasetamol 60 mg”. Anak dengan berat 8 kg dosisnya 80 mg paracetamol, artinya diberikan Sanmol drop sebanyak 0.8 ml.
    • Sanmol sirop, tertera info “Tiap 5 ml mengandung Parasetamol 120 mg”. Anak dengan berat 12 kg dosisnya 120 mg paracetamol, artinya diberikan Sanmol sirop sebanyak 5 ml (1 sendok obat).Pilih yang drop atau sirup? Sesuaikan saja dengan BB anak. Kalau sudah 12 kg paling mudah berikan yang sirop ya.
  2. Ibuprofen

    Berpotensi memberikan efek samping ke lambung (mual, muntah), karena itu tidak boleh diminum saat perut kosong. Biasanya diberikan jika paracetamol sudah tidak mempan lagi. Dosis pemberiannya 5-10 mg/kgBB/dosis, maksimal diulang tiap 6 jam. Cara penghitungan dosisnya sama dengan paracetamol di atas. Silakan berlatih sendiri. 😀

Selain bentuk drop dan sirop, kedua obat di atas juga ada yang bisa diberikan melalui anus. Tapi sebaiknya tidak sering digunakan, cukup pada kondisi darurat saja.

Tanda Harus Segera ke Dokter

Segera periksakan ke dokter jika:

  • Kejang.
  • Sesak.
  • Demam >40.2°C (hiperpireksia). Suhu tubuh terlalu tinggi berisiko merusak otak.
  • Tidak mau makan minum dan tampak lemas.
  • Mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, muntah darah.
  • Muncul bintik-bintik merah pada tubuh.
  • Setelah 3×24 jam anak masih demam.

Muntah

Muntah adalah mekanisme pertahanan tubuh supaya benda asing, kuman, dll. keluar dari tubuh, sehingga anak lebih cepat sembuh. Biasanya terjadi dalam 10 jam pertama. Muntah membuat cairan dan makanan keluar dari tubuh sehingga anak berisiko kekurangan cairan (dehidrasi). Tubuh akan melakukan kompensasi dengan rasa haus sehingga anak ingin banyak minum.

Perlu dicatat berapa kali anak muntah (frekuensi), berapa banyak per kali muntah (volume), isi muntah (makanan, minuman, cacing), dan warna muntah (kuning, hijau, darah).

Mengatasi Muntah

  1. Berikan minum sedikit tapi sering, bisa dengan sendok atau menakar jumlah cairan yang masuk. Anak akan merasa haus, tapi jika minum langsung banyak nanti bisa muntah lagi.
  2. Cairan yang dipilih adalah cairan yang mengandung elektrolit (oralit, larutan gula garam, air kelapa), tetapi cairan lain pun boleh asal anak suka.
    Resep oralit: 1 liter air + ½ sendok teh garam + 6 sendok teh gula
  3. Jika masih menyusui, berikan ASI lebih sering.
  4. Cari penyebab muntah. Bisa karena infeksi, keracunan makanan, kemasukan benda asing, atau tersedak.
  5. Obat hanya diberikan jika sudah dicoba pemberian minum sedikit tapi sering namun masih tidak berhasil dan ada tanda kekurangan cairan.
  6. Obat untuk mengatasi muntah yakni Domperidone 0.2-0.4 mg/kgBB/dosis, 3x sehari, diberikan 30 menit sebelum makan/minum.
  7. Perhatikan tanda kekurangan cairan:

    • Anak lemas, tidak mau minum.
    • Mata cekung, tidak ada air mata.
    • Mukosa mulut/bibir kering.
    • Tidak pipis dalam 6 jam.

Tanda Harus Segera ke Dokter

Segera bawa ke dokter atau UGD jika:

  • Setelah 30 menit masuk obat, dicoba diberikan minum tapi anak masih muntah.
  • Ada tanda kekurangan cairan.

Mencret

Mencret adalah mekanisme pertahanan tubuh supaya benda asing, kuman, dll. keluar dari tubuh, sehingga anak lebih cepat sembuh. Biasanya terjadi setelah muntah atau langsung mencret. Konsekuensinya sama dengan muntah, cairan/makanan keluar dari tubuh, berisiko kekurangan cairan, kompensasi tubuh dengan rasa haus, jadi anak ingin banyak minum.

Perlu dicatat berapa kali anak mencret (frekuensi), berapa banyak per kali mencret (volume), warna, bau, apakah ada lendir, dan apakah ada darah.

Mengatasi Mencret

  1. Berikan minum sebanyak 10 ml/kgBB setiap mencret untuk mencegah kekurangan cairan. Contoh: anak dengan BB 8 kg, setelah mencret 1x perlu minum sebanyak 80 ml.
  2. Cairan yang dipilih adalah cairan yang mengandung elektrolit (oralit, larutan gula garam, air kelapa), tetapi cairan lain pun boleh asal anak suka.
  3. Jika masih menyusui, berikan ASI lebih sering.
  4. Pemberian makanan BRATY (banana, rice, apple sauce, toast, yoghurt) juga baik. Tempe juga bagus karena bersifat memadatkan feses.
  5. Probiotik seperti yoghurt, yakult, lacto-b, l-bio, dll. boleh diberikan.
  6. Obat untuk mengatasi mencret yakni Zinc 10 mg untuk bayi <6 bulan atau Zinc 20 mg untuk bayi >6 bulan.
  7. Cari penyebab mencret. Bisa karena infeksi, alergi, atau gangguan pencernaan. Bila perlu bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium feses rutin, fungsi pencernaan, dan darah samar.
  8. Perhatikan tanda kekurangan cairan.

Tanda Harus Segera ke Dokter

Segera bawa ke dokter atau UGD jika:

  • BAB ada lendir atau darah.
  • Ada tanda kekurangan cairan.

Pilek

Bersin, pilek, dan hidung mampet merupakan mekanisme pertahanan tubuh supaya kuman/benda asing/alergen keluar. Ada 2 macam pilek:

  1. Pilek infeksi: ada demam, berlangsung sepanjang hari, maksimal 14 hari, anak lebih rewel, aktivitas terganggu.
  2. Pilek alergi: tidak ada demam, terjadi pada waktu-waktu tertentu, aktivitas normal, makan-minum-tidur jarang terganggu, ada riwayat alergi pada keluarga.

Mengatasi Pilek

  1. Ajarkan anak untuk membuang ingus.
  2. Semprot/tetes air garam.
  3. Jemur.
  4. Mandi air hangat.
  5. Uap air panas (humidifier).
  6. Obat untuk mengatasi pilek yakni pseudoefedrin untuk > 2 tahun.
  7. Obat cetirizine diberikan sementara jika terbukti alergi, setelah itu lakukan tes alergi dan hindari pencetus alergi.

Tanda Harus Segera ke Dokter

Segera periksakan ke dokter jika:

  • >14 hari masih pilek.

Batuk

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh supaya kuman/benda asing/alergen keluar. Dahak bisa dimuntahkan atau ditelan lalu keluar lewat BAB. Ada beberapa macam batuk:

  1. Batuk tersedak: saat/setelah makan.
  2. Batuk infeksi: ada demam, berlangsung sepanjang hari, maksimal 14 hari, anak lebih rewel, aktivitas terganggu, awalnya batuk kering baru berdahak baru sembuh.
  3. Batuk alergi: tidak ada demam, terjadi pada waktu-waktu tertentu terutama malam hari, aktivitas normal, makan minum tidak terganggu, ada riwayat alergi pada keluarga.

Mengatasi Batuk

  1. Perbanyak minum, air putih adalah pengencer dahak yang utama.
  2. Untuk batuk tersedak, lakukan resusitasi.
  3. Untuk batuk infeksi, sebaiknya tidak memberikan penghenti batuk.
  4. Untuk batuk alergi, sebaiknya cek apakah ada kriteria asma, lakukan tes alergi lalu hindari alergen.
  5. Nebulisasi hanya dilakukan untuk pasien asma sesuai petunjuk dokter.

Sesak

Saat sesak, hidung kembang kempis, terjadi retraksi dada yang berguna untuk meningkatkan asupan oksigen karena terganggunya proses bernafas. Terjadi karena kelainan di saluran napas atau kelainan di paru-paru, misalnya asma atau infeksi paru-paru.

Secepatnya bawa ke UGD jika anak sesak.

Kejang

Kejang terjadi karena aktivitas otak terganggu. Penyebab kejang bisa bermacam-macam:

  1. Kejang demam: sadar, demam tinggi, infeksi di luar otak.
  2. Radang otak: kejang berulang, tidak sadar, demam tinggi.
  3. Gegar otak: riwayat terbentur kepala, muntah menyemprot, penurunan kesadaran.
  4. Tumor otak: sering sakit kepala, gejala timbul perlahan.
  5. Kelainan bawaan: hidrosefalus, mikrosefalus
  6. Epilepsi: kejang berulang, sadar, tanpa demam.

Saat anak kejang, letakkan ia di tempat tidur yang datar, miringkan posisi tubuhnya. Jangan masukkan apapun ke mulutnya. Jauhkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak.

Secepatnya bawa ke UGD jika anak kejang.

Bintik Merah pada Kulit

Munculnya bintik-bintik merah pada kulit bisa karena penyakit-penyakit berikut:

  1. Campak: demam, batuk, pilek, mata merah, saat keluar merah-merah demam makin tinggi.
  2. Roseola: demam tinggi, saat keluar merah-merah demam turun.
  3. Rubella (campak Jerman): ada pembesaran kelenjar getah bening.
  4. Demam berdarah: demam tinggi, bedakan bintik merahnya.
  5. Cacar air: bintik-bintik berisi air, cepat menyebar dalam beberapa jam.
  6. Impetigo: infeksi bakteri karena digaruk-garuk.

Sepanjang workshop banyak ibu-ibu yang bertanya, bahkan jadi semacam konsultasi, heuheu. Di akhir penjelasan materi, dr. Frecil juga memberikan tips bagaimana cara melaporkan sakit anak kepada dokter.

Sekarang sudah banyak wadah konsultasi online dengan dokter, pun banyak dokter yang memberikan nomor kontaknya kepada pasiennya. Info yang perlu kita berikan kepada dokter yaitu: usia anak, BB terakhir, jelaskan gejala dengan lengkap, jelaskan usaha yang sudah dilakukan, barulah tanyakan apa langkah selanjutnya.

image
Foto bareng setelah workshop

Dipikir-pikir materi yang diberikan umum banget dan ilmunya bisa kita dapatkan dari berbagai buku ataupun artikel di dunia maya. Tapi tentunya beda rasanya ya dengan mendengarkan penjelasan langsung dari dokter.

Jadi recommended buat ikut workshop-nya? Tentu saja! Buat yang punya masalah anak susah makan juga bagus buat coba ikut workshop Terjemahkan Makanku. Tunggu saja infonya di Facebook ataupun Instagram dr. Frecil.

Salam,

Reisha Humaira

14 komentar pada “Workshop “Terjemahkan Sakitku” bersama dr. Frecillia Regina

  • 15 Desember 2017 pada 11:32
    Permalink

    halo kak reisha! salam kenal 🙂
    terimakasih untuk sharingnya, lumayan lengkap untuk ibu baru macam saya yang belum berpengalaman 😀

    Balas
    • 15 Desember 2017 pada 11:40
      Permalink

      Halo Annissa, salam kenal juga. Semoga bermanfaat ya 🙂 Emang ga detail semuanya karena waktu workshopnya terbatas, hehe. Yang paling banyak dijelasin soal demam karena emang sering banget dialami 🙂

      Balas
  • 15 Desember 2017 pada 20:40
    Permalink

    Haai Rere, keren banget postingannya 🙂 very informatif. Nuhun yaa

    Balas
    • 16 Desember 2017 pada 05:51
      Permalink

      Sama2 ai. Semoga bermanfaat 🙂

      Balas
  • 16 Desember 2017 pada 10:05
    Permalink

    Lengkap banget mbak informasinya, jadi tidak perlu panik lagi kalau anak demam, karena sudah tahu cara mengatasinya. Terima kasih inonya, sangat bermanfaat.

    Balas
    • 16 Desember 2017 pada 10:16
      Permalink

      Sama2 mbak, semoga ke depannya bisa tenang tapi tetap waspada ya saat anak sakit 😉

      Balas
  • 16 Desember 2017 pada 10:33
    Permalink

    Wah detail sekali penjelasannya. Langsung deh ama saya bintangin. Mkash mba. Oh ya saya juga sering denger ttg dokter Frecil itu soalnya beliau juga dokter anaknya sahabat saya

    Balas
    • 28 Desember 2017 pada 06:48
      Permalink

      Sama2 mbak. Wah memang banyak ya yang seneng ke dr. Frecil 🙂

      Balas
  • 18 Desember 2017 pada 16:23
    Permalink

    nah ini nih, akhirnya terjawab sudah kompres-kompresan :D, jujur saya masih bingung sama soal kompres demam, kalau jaman dulu kompres pake air es, nah pas udah punya anak ini ada yang bilang air biasa, ada juga air hangat…dan hasilnya ternyata air hangat ya mba, thanks infonya ^_^

    Balas
    • 28 Desember 2017 pada 06:51
      Permalink

      Betul mbak 🙂 Selain kompres, bisa juga dengan diseka-seka. Satu lagi yang kebalik dengan jaman dulu, kompres itu lebih efektif dilakukan di lipatan tubuh seperti leher, ketiak, dan lipatan paha; bukan di dahi. Saya pas pertama kali anak demam lalu ke DSA, anak saya tempelin baby fever di dahi, disuruh lepas aja sama DSA-nya, katanya ga guna, haha.

      Balas
    • 28 Desember 2017 pada 06:52
      Permalink

      Sama-sama mbak, semoga bermanfaat 🙂

      Balas
  • 18 Januari 2018 pada 13:18
    Permalink

    semua sakit diatas memang rentan menyerang bayi dan balita ya moms, seneng deh bisa mampir disini dapet ilmu baru jadinya. terimakasih moms

    Balas
  • 18 Januari 2018 pada 17:00
    Permalink

    Makasih infonya ya Tehh

    Balas

Leave your comment