1-Jan-2014: Baiyo-iyo

Setelah khatam dengan tulisan seputar wedding preparation, kali ini saya mau menuliskan cerita rangkaian acara pernikahan saya pada bulan Januari lalu. Prosesi yang melibatkan kedua belah pihak baru dimulai pada tanggal 4 Januari 2014, namun sebelumnya ada semacam acara pendahuluan di rumah saya. Acara ini disebut baiyo-iyo dan hanya melibatkan pihak keluarga besar saya.

Baca juga: Persiapan Pernikahan ala Evan♡Reisha

Acara baiyo-iyo ini merupakan acara duduk bersama untuk membicarakan tentang pernikahan yang akan diadakan. Pada acara ini diundang para niniak mamak dan urang sumando sesuku (suku saya Caniago) serta tetangga sekitar rumah. Saya ga tahu juga pembicaraan detailnya seperti apa, karena forum pembicaraan tsb hanya untuk laki-laki.

Tapi yang saya tangkep, antara lain menyampaikan perihal rencana pernikahan tersebut (kapan waktunya, siapa calon menantunya, siapa calon besannya, dll.) dan membentuk panitia. Panitia yang dimaksud di sini bukanlah seluruh panitia yang akan membantu jalannya acara dari A sampai Z, melainkan siapa yang nantinya akan menjalankan prosesi terkait adat (terutama maanta siriah). Keluarga inti tentunya sudah punya perencanaan dan persiapan sendiri (secara baiyo-iyo di rumah saya itu H-8 akad nikah, hehe), jadi acara ini sepertinya lebih ke arah sosialisasi. *CMIIW* 😀

Acara baiyo-iyo diadakan di dalam rumah saya. Acara ini adalah acara adat, jadi perlu tersedia siriah langkok dalam carano. Siriah langkok adalah daun sirih disertai pelengkapnya berupa kapur sirih, gambir, dan pinang muda, ditaruh di dalam carano.

image

Di awal acara, siriah langkok ini akan ditempatkan di tengah para hadirin.

image

Sembari acara dimulai, di tempat terpisah (bagian belakang rumah saya) para ibu menyiapkan makanan yang nantinya akan dihidangkan untuk para tamu.

image

Dalam forum bapak-bapak tadi, katanya sih pembicaraannya ga langsung diselesaikan dalam satu sesi. Pakai petatah-petitih dan kato sambah gitu kayaknya. Pembicaraan diselingi dengan makan-makan. Makanan dihidangkan langsung oleh urang sumando dan beberapa orang laki-laki, dalam bentuk jamba (satu set makanan untuk sekitar 3-7 orang).

image

Walau berupa jamba, kalau saya lihat di foto, makannya bukan makan bajamba, melainkan makan pakai piring sendiri-sendiri. Di Baso rasanya emang jarang juga sih saya lihat yang laki-laki makan bajamba, kalau yang ibu-ibu pernah lihat.

image

Karena ini acara adat, samba (lauk) yang dihidangkan pada acara ini juga ga boleh sembarangan, mesti sesuai adat (kalau ga nanti bisa diomongin atau dicap ga paham adat, hehe). Untuk acara baiyo-iyo ini istilahnya samba nan anam, yang terdiri dari: randang, pangek bada, gulai ayam jo kantang, talua dadar, karupuak balado, dan sayua (bebas mau pake sayur apa).

image

Selesai makan, sepertinya forum dilanjutkan, lalu dihidangkan lagi semacam hidangan penutup, yang di Baso disebut parabuangan.

image

Parabuangan ini terdiri dari pinyaram, ajik, ketan, dan pisang.

image

Walau forum baiyo-iyo-nya untuk laki-laki saja, bukan berarti yang perempuan tidak diundang. Yang perempuan juga diundang, tapi duduknya dipisahkan dari laki-laki. Ga ada forum pembicaraan kayak di laki-laki, hanya makan sambil ngobrol-ngobrol biasa aja.

image

Lalu saya ngapain di acara ini? Saya ga ngapa-ngapain, haha. Kalau ga ada saya pun di rumah ga masalah sebenernya. Geje juga sih hari itu, ga tau mau ngapain. Kalau ngendon aja di kamar sambil internetan atau nonton juga ga enak, hihi. Akhirnya saya foto-foto geje aja di rumah sebelah. 😀

image

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment