City Park: Taman Cikapayang, Bandung
Minggu, 3 September 2017
Hari itu kami memutuskan untuk ke Car Free Day (CFD) Dago. Ini pertama kalinya kami mengajak Akas ke CFD. Tujuan utamanya sih mau lihat-lihat sekalian cari sarapan, hehe. Kami parkir di bawah jalan layang Pasupati, lalu berjalan kaki ke CFD. Dari situ saya melihat ternyata Taman Cikapayang sudah dibuka kembali.
Taman Cikapayang ini buat saya termasuk taman yang sering terlihat, karena letaknya persis di pinggir Jalan Dago. Ada juga yang menyebutnya Taman Dago. Zaman masih kuliah di ITB dulu, sering banget melewati jalan ini. Maklumlah mahasiswa ITB ya mainnya salah satunya ke BIP, haha. Huruf-huruf D, A, G, dan O yang berukuran besar memang sangat menarik perhatian, makanya yang lewat Jalan Dago pasti selalu melihat taman ini.
Walaupun letaknya di tempat ramai dan strategis, entah kenapa dulu huruf-huruf DAGO itu tidak lepas dari vandalisme. Rasanya ga pernah deh lihat huruf-huruf itu bercat polos, selalu aja ada coretan. Coretan itu sungguh merusak pemandangan.
Lalu saat saya kembali pindah ke Bandung dan mulai suka hunting taman Bandung, Taman Cikapayang ini masuk list untuk dikunjungi lagi. Sayangnya selalu ga ada kesempatan, soalnya kalau menyengajakan diri buat ke sana doank rasanya ga worth. Trus pas udah berencana, eh ternyata tamannya lagi ditutup sekeliling karena direnovasi. Hoalah, yo wes. Ditunggu aja sampai renovasinya selesai jadi bisa lihat tamannya yang lebih bersih, cantik, dan tanpa vandalisme.
Baca juga: Peta Lokasi Taman Kota Bandung
Nah saat ke CFD itu, akhirnya bisa lihat tamannya. Wajib mampir deh.
Taman Cikapayang sekarang tampak berbeda. Di sana ada amphitheater sehingga area taman terasa lebih luas. Huruf-huruf DAGO masih ada, posisinya sekarang di pinggir amphitheater, ga terlalu dekat lagi dengan jalan raya. Saat itu tulisan DAGO-nya masih bersih dan mulus. Kebangetan sih kalau udah dicoret-coret soalnya saat itu Taman Cikapayang-nya belum lama diresmikan. Entahlah kalau sekarang.
Di tengah amphitheater terdapat beberapa batu, dan lantai di tengah batu-batu itu tampak basah. Wah pasti ada air mancurnya nih. Benar saja, ga lama setelah itu air mancurnya pun keluar. Wow. Akhirnya bisa lihat. Setahu saya air mancur seperti ini juga ada di Taman Vanda dekat Balai Kota dan di Cikapundung River Spot di Braga. Hanya saja saat saya berkunjung ke kedua taman itu, air mancurnya lagi ga ada.
Baca juga: City Park: Cikapundung River Spot, Bandung
Melihat air mancur, spontan sejumlah anak main air di situ. Tampak gembira sekali main air. Tapi anak saya ini ga mau ikutan main, heuu. Dia emang selama ini kurang bersahabat dengan main air apalagi berenang, huhu. Dia excited lihat anak-anak main air, tampak pengen nimbrung tapi ga mau kecipratan air. Heuuu.
Ditungguin biar mau main air tapi ga ada tanda-tanda. Ya udah lah ya. Mending foto-foto ajah.
Oia, di dinding di pinggir taman terdapat mural, tapi ada gambar mobil JNE. Sponsor kah? Hehe.
Ngomong-ngomong, saya baru tahu kalau nama Cikapayang itu berasal dari nama buah, yakni kapayang alias kluwek. Katanya dulu di sana banyak pohon kapayang. Sebelum dimakan, buah kapayang itu harus direndam dulu selama 3 hari agar racunnya hilang. Kalau sebelum 3 hari sudah dimakan, bisa-bisa yang makan bakal keleyengan karena racunnya belum hilang. Mungkin dari situ asalnya istilah mabuk kepayang, hehe. Menarik menarik.
Salam,