Persiapan Pernikahan E♡R: Foto Prewedding (1), Behind the Scene
“Mau ada foto prewedding atau ga Van?”, tanya saya ke Evan suatu hari. Evan dengan mantap menjawab “Iya”. Wah berarti butuh persiapan nih untuk foto prewedding.
Saya pribadi sih ngikut aja sebenarnya, tapi yang penting bukan kayak foto prewedding kebanyakan (yang pake pegang-pegangan dan penuh adegan mesra-mesraan). Disepakati pengambilan foto akan dilakukan di Bandung tanggal 24 November 2013.
Daftar Isi Tulisan Ini
Menentukan Konsep/Tema Foto Prewedding
Sebelum melakukan pengambilan gambar untuk foto prewedding, kami mendiskusikan terlebih dahulu kira-kira konsep dan tema fotonya seperti apa. Yang pertama kali terpikirkan oleh kami adalah foto yang bisa menggambarkan perjalanan kami sejak kenal hingga dekat.
Sempat tercetus ide seperti: foto-foto di kampus ITB (dengan latar Labtek masing-masing dan memakai jaket himpunan), foto menari (berhubung kami sama-sama penari di Unit Kesenian Minangkabau (UKM) ITB), foto dengan nuansa Jepang (berhubung kami sama-sama pernah merasakan tinggal di Jepang), foto yang menggambarkan pekerjaan (Evan dengan rig minyak-nya dan saya dengan … laptop?), dan sebagainya.
Tapi dengan segitu banyaknya konsep, kok ya agak sulit kayaknya kalau direalisasikan semua. Banyak konsep juga berarti butuh lebih banyak persiapan dan waktu untuk foto prewedding tersebut. Jadi mesti dipilah-pilah lagi.
Setelah dipikirin lagi, akhirnya kami pilih dua konsep utama aja: foto di kampus ITB dan foto menari!
Kami pilih tari piring berhubung kami berdua bisa menarikan tari tersebut dan tariannya Minang banget. Posenya seperti apa sih belum kebayang, rencananya didiskusikan aja nanti dengan fotografernya.
Untuk lokasi foto, kami prefer outdoor dan kami sepakat untuk melakukan semua pengambilan foto di kampus ITB. Tempatnya dekat, kami sudah kenal areanya, dan gratis ga perlu biaya masuk. 😛
Mencari Fotografer untuk Foto Prewedding
Agak bingung juga awalnya mencari fotografer untuk foto prewedding ini. Saya tanya ke teman yang juga akan menikah, dianya ambil paket foto wedding berbonus foto prewedding dari studio foto. Yah, kami kan ga bakal ambil paket foto wedding di Bandung.
Ambil yang paket foto prewedding-nya aja kok ya asa mahal banget. Kebanyakan paketnya dapet foto yang dicetak ke album, cetak ukuran kecil, cetak ukuran besar, DVD berisi softcopy, dll. Harganya jutaan pula. Belum lagi kalo ada biaya kostum, make up, dan transportasi.
Padahal kami butuhnya cuma difoto, lalu dikasi softcopy-nya yang sudah di-retouch beberapa buah. Urusan cetak bisa saya cetak di Bukittinggi daripada ribet bawanya dari Bandung.
Akhirnya saya coba cari-cari teman yang jago fotografi deh. Kalau sama orang yang sudah dikenal juga asa lebih enak diskusi n suasana fotonya nanti. Tapi dari kami ya ga bakal sekedar minta tolong dengan gratis lah, hehe.
Semula kami menghubungi Bowo, rekan sesama UKM-ITB. Foto-fotonya oke, anak UKM-ITB juga, rasanya bisa lebih nyambung dengan tema foto yang kami rencanakan. Apa daya di bulan November itu Bowo ini sedang dikarantina untuk program Indonesia Mengajar.
Saya inget-inget lagi siapa yang jago foto. Kalo di Jepang sih ada beberapa, haha. Sampai akhirnya mengingat-ingat siapa saja yang jadi fotografer untuk buku tahunan IF’05 ITB. Pilihan saya jatuhkan ke Paw.
Saya kontak Paw, alhamdulillah katanya bisa di jadwal yang kami rencanakan. Pun dia tertarik dengan konsep tari piring itu, jarang-jarang soalnya buat foto prewedding, hehe. Tapi kata Paw dia kurang gitu bisa ngarahin gaya, jadi kalau bisa saya cari juga orang buat ngarahin gaya.
Hmm, fotografer done, tapi masih ada PR. Untuk ngarahin gaya, saya langsung inget Pike, anak SR yang ketemunya juga di UKM-ITB. Plus Pike bisa bantu make up-in juga sepertinya, males juga make up ke salon, hehe.
Saya kontak Pike, awalnya belum bisa mastiin bisa atau ga nya. Tapi akhirnya bisa juga, hoho. Alhamdulillah.