Materi IIP: Melatih Kemandirian Anak

Alhamdulillah zona komunikasi produktif sudah dilewati, perkuliahan Bunda Sayang Batch #6 pun dilanjutkan ke zona kedua, yakni melatih kemandirian anak.

Berikut saya rangkum materi seputar melatih kemandirian anak dari live FB serta catatan materi dari peserta Bunda Sayang terdahulu.

Mengapa Melatih Kemandirian Anak itu Penting?

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningkatkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

Kapan Kemandirian Mulai Dilatihkan ke Anak-Anak?

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

Apa Saja Tolok Ukur Kemandirian Anak-Anak?

Tolak Ukur Kemandirian Usia 1-3 Tahun

Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.

Contoh :

  • Toilet training
  • Makan sendiri
  • Berbicara jika memerlukan sesuatu

Kunci orang tua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 tahun adalah sebagai berikut:

  • Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
  • Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
  • Komitmen dan konsisten dengan aturan. Contoh:
    • Aturan Berbicara
      Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak
    • Aturan Bermain
      Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudah tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain. Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

Tolak Ukur Kemandirian Usia 3-5 Tahun

Pada usia ini, anak berinisiatif besar melakukan kegiatan atas keinginannya sendiri dan meniru aktivitas orang dewasa.

Kunci orang tua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:

  • Hargai keinginan anak kita.
  • Hargai proses, jangan buru-buru memberi pertolongan.
  • Terima ketidaksempurnaan hasil.
  • Lakukan aktivitas dengan bermain bahagia.

Contoh:

  • Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
  • Apabila kita memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sudah bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.

Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah, dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtua. Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

Tolak Ukur Kemandirian Anak-Anak Usia Sekolah

Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, maka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah, les pelajaran, dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

Kunci orang tua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah adalah sebagai berikut:

  • Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orang tuanya.
  • Izinkan anak menentukan tujuannya sendiri.
  • Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
  • Kenalkan kesepakatan, konsekuensi, dan risiko.

Contoh:

  • Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri (DIY = Do It Yourself)
  • Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sebagai berikut:

  • Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
  • Ketrampilan literasi
  • Mengurus diri sendiri
  • Berkomunikasi
  • Melayani
  • Menghasilkan makanan
  • Perjalanan mandiri
  • Memakai teknologi
  • Transaksi keuangan
  • Berkarya

Tahap Melatih Kemandirian Anak

1. Melatih Anak Belajar

Dimulai dengan menstimulasi motorik dan sensori anak.

2. Melatih Kepekaan Terhadap Lingkungan Sekitar

  • Beri kesempatan untuk berperan aktif dalam melakukan tugas rumah tangga agar anak bisa terampil berbagi dan melayani anggota keluarga.
  • Beri kesempatan anak untuk bersosialisasi.

3. Melatih Empati Terhadap Orang di Sekitarnya

Beri kesempatan kepada anak untuk bisa mengurus orang lain, baik di dalam maupun di luar rumah. Misalnya menjaga adik ketika bermain di halaman rumah sementara ibu harus memasak di dapur.

Hambatan dalam Melatih Kemandirian Anak

Hambatan yang muncul saat melatih kemandirian anak umumnya muncul dari sikap orang tua sendiri, misalnya:

  • Terlalu memanjakan anak (pengalaman masa kecil yang tidak dapat fasilitas yang diinginkan)
  • Tidak konsisten terhadap aturan yang telah dibuat bersama.
  • Rasa insecure (takut kehilangan anak) dan merasa bersalah secara berlebihan.
  • Tidak mau ribut dengan anak.
  • Sikap tidak tega sehingga membantu anak.
  • Sikap tidak sabar sehingga turut campur dalam aktivitas anak.
  • Sikap tidak yakin orang tua pada anak untuk melakukan sesuai sehingga anak sering ragu dan tidak percaya diri.

Dukungan untuk Melatih Kemandirian Anak

Hal-hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk dukungan untuk kemandirian anak:

  • Mengenalkan kepada anak tentang sebuah proses dan risiko dari sebuah keadaan.
  • Membuat aturan bersama anak-anak (anak belajar kesepakatan, konsekuensi, dan risiko).
  • Memberikan tanggung jawab sesuai usia anak.
  • Berikan teladan kepada anak-anak untuk konsisten dalam melakukan aturan.
  • Mendesain kondisi rumah yang ramah anak-anak.
  • Memotivasi anak untuk melakukan hal baik.

Apa yang bisa orang tua lakukan?

  • Konsisten: Sebagai fasilitator, terus temani dan beri dukungan positif untuk menyemangati.
  • Teladan: Sebagai contoh, berikan contoh dengan bahagia.
  • Motivasi: Berikan motivasi yang menyenangkan, bisa dengan reward, permainan, dll.

Jenis Kemandirian Anak yang Perlu Dibangun

Kemandirian dalam Keterampilan Hidup

Prinsip pokok menumbuhkan kemandirian dalam keterampilan hidup adalah memberi kesempatan, bukan melatih. Anak secara alamiah memang cenderung berusaha belajar melakukan berbagai keterampilan hidup sehari-hari secara mandiri, semisal makan, mengenakan baju sendiri, mandi sendiri, dsb.

Jika kita mengizinkan anak melakukan berbagai aktivitas hidup sehari-hari tersebut secara mandiri, lambat laun akan terampil. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan mendampingi sehingga anak tidak melakukan terlalu banyak kesalahan, meskipun kita tetap harus menyadari bahwa untuk mencapai keterampilan perlu latihan yang banyak dengan berbagai kesalahannya.

Kemandirian itu akan lebih meningkat kualitasnya jika orangtua secara sengaja memberi rangsangan kepada anak berupa tantangan untuk mengerjakan yang lebih rumit dan sulit. Ini bukan saja melatih kemandirian dalam urusan keterampilan hidup sehari-hari, melainkan juga menumbuhkan kemandirian secara emosional.

Kemandirian Psikososial

Bertengkar itu tidak baik. Tetapi menghentikan pertengkaran begitu saja, menjadikan anak kehilangan kesempatan untuk belajar menyelesaikan konflik.

Kita memang harus menengahi dan adakalanya menghentikan. Tetapi kita juga harus membantu anak menggali masalahnya, merunut sebabnya dan menawarkan jalan keluar kepada anak, baik dengan menunjukkan berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil maupun menanyakan kepada anak tentang apa saja yang lebih baik untuk dilakukan.

Apa yang terjadi jika kita bertindak keras terhadap berbagai konflik yang terjadi antar anak?

Banyak hal, salah satunya anak tidak berani mengambil sikap yang berbeda dengan teman-temannya, meskipun dia tahu bahwa sikap itulah yang seharusnya dia ambil. Padahal kita seharusnya menanamkan pada diri anak sikap untuk mendahulukan prinsip daripada harmoni.

Rukun itu penting, tapi hidup dengan berpegang pada prinsip yang benar itu jauh lebih penting. Kita tanamkan kepada mereka principles over harmony , melakukan hal-hal yang benar semata-mata karena prinsip. Bukan karena ada orang lain yang memaksa anak melakukannya.

Lalu apakah yang harus kita lakukan jika anak sedang bertengkar? Apakah kita biarkan mereka? Tidak. Kita tidak boleh membiarkan. Kita harus menangani. Membiarkan anak bertengkar dengan keyakinan mereka akan mampu menyelesaikan sendiri dapat memicu terjadi situasi submisif, yakni siapa kuat dia yang menang. Bahkan urusan antre pun, siapa yang kuat dia yang duluan. Dampaknya akan sangat luas dan bisa menakutkan.

Kita juga dapat melatih kemandirian psikososial anak secara lebih luas. Melatih toilet training beserta adab-adabnya. Melatihnya bagaimana adab ketika bertamu atau menerima tamu, adab berbicara kepada yang lebih tua atau yang lebih muda, dan lain sebagainya.

Kemandirian Belajar

Inilah proses serius kita hari ini. Banyak sekolah yang bersibuk mengajari anak agar terampil membaca, menulis semenjak usia dini, tapi lupa bahwa yang paling mendasar adalah sikap positif, kemauan yang kuat, dorongan dan kebanggaan akan kegiatan tersebut.

Jika anak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar disertai keyakinan (bukan hanya paham) bahwa belajar itu penting, maka kita dapat berharap anak akan cenderung menjadi pembelajar mandiri saat mereka memasuki usia 10 tahun.

Sebaliknya jika kita hanya mengajari mereka berbagai kecakapan belajar semisal membaca, menulis, dan berhitung di usia dini, mungkin awalnya mereka menggebu-gebu untuk mempelajari semua itu, namun di usia 10 tahun justru menjadi titik balik berupa kejenuhan serta keengganan belajar.

Kemandirian Emosional

Bekal pokok dari kemandirian emosional adalah pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri, kemudian pengendalian diri. Ini memerlukan peran orangtua dalam mengajak anak untuk mengenali kelebihan-kelebihan, kekurangan, kemampuan dan kelemahannya sendiri.

Pada saat yang sama orangtua menunjukkan penerimaan terhadap kekurangan maupun kelemahan anak, tetapi bukan berarti membiarkan anak melemahkan dirinya sendiri. Malas dan enggan mengatasi masalah merupakan bentuk sikap melemahkan diri sendiri.

Orangtua perlu menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka tak patut merendahkan orang lain, tak pantas pula meninggikan diri. Lebih7-lebih untuk sesuatu yang diperoleh tanpa melakukan usaha apa pun alias sepenuhnya merupakan pemberian semenjak lahir.

Yang juga penting untuk dilakukan adalah mendampingi anak mengenali kebutuhannya. Balita pun tak perlu rewel jika ia telah dapat mengenali kebutuhannya untuk istirahat. Perlu juga mendampingi mereka untuk belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Kebutuhan perlu dipenuhi, meski tak serta-merta. Sedangkan keinginan, adakalanya dapat dituruti, tetapi tetap perlu belajar menahan diri. Semua ini ditumbuhkan bersamaan dengan menguatkan dorongan sekaligus kemampuan bertanggung-jawab, termasuk berkait dengan konsekuensi atas berbagai tindakan mereka.

Kemandirian itu dilatih, bukan langsung diwajibkan. Butuh proses untuk latihan. Berikan tanggung jawab sesuai usia anak. Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak. Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment