Pantulan Warna: Perjalanan Komunikasi Produktif
Alhamdulillah akhirnya tantangan di zona pertama perkuliahan Bunda Sayang Batch #6 yang saya ikuti berhasil dilewati. Bagaimana rasanya? Campur aduk sih, hehe. Begini hal-hal yang saya rasakan selama mengikuti tantangan kali ini.
Aliran Rasa Perkuliahan Bunda Sayang
Ketika perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #8 berakhir, saya berencana untuk langsung lanjut ke tahap berikutnya, yakni Bunda Sayang. Ada perasaan ragu apakah tahap Bunda Sayang ini bisa dilewati, karena prosesnya panjang sekali, 1 tahun lebih. Sudah tentu tidak sesantai Matrikulasi yang cuma sekitar 3 bulan.
Namun perasaan ragu itu saya tepis karena kalau ga ikut sekarang, berarti mesti tunggu lagi batch berikutnya yang entah kapan adanya. Jadi mending ikut sekarang aja.
Perkuliahan berlanjut menggunakan sistem gamifikasi seperti halnya saat Matrikulasi dulu. Semua perkuliahan IIP sepertinya menggunakan sistem seperti ini sekarang. Kali ini saya udah ga gitu kagok dengan sistem kuliahnya, walau di awal pusing juga dengan banyaknya istilah yang mesti diketahui maknanya apaan.
Materi masih disampaikan lewat grup Facebook dengan video live. Seringkali saya tidak bisa mengikuti videonya secara langsung karena jadwal yang tidak sesuai, jadi saya memilih nonton rekamannya aja.
Sejauh ini buat saya rasanya berjalan baik, dan saya terbantu sekali dengan adanya kalender jadwal zona 1. Jadi lebih kebayang kapan ada materi, kapan ada sharing, dan sebagainya.
Aliran Rasa Tantangan Komunikasi Produktif
Kami diberi tantangan dalam waktu 15 hari untuk menerapkan komunikasi produktif di dalam keluarga. Apa yang dijalani selama praktik, didokumentasikan dalam bentuk apapun yang disuka (tulisan, audio, ataupun video boleh). Saya tentu saja memilih blog karena dokumentasinya lebih rapi.
Kalau mau mendapatkan hasil outstanding, berarti mesti setor dokumentasinya tiap hari berturut-turut selama 15 hari itu. Saya cukup. termotivasi untuk mendapatkan badge outstanding ini, jadi tiap hari saya usahakan menulis. Alhamdulillah kesampaian.
Oke, masuk ke perjalanan komunikasi produktifnya sendiri.
Baca: Materi IIP: Komunikasi Produktif
Materi komunikasi produktif sebenarnya bukanlah hal yang baru banget buat saya, karena di kelas Matrikulasi dulu juga sempat disinggung materi ini. Secara teori sih udah paham banget. Praktiknya? Tidak semudah itu, Ferguso!
Untuk tugas, saya memilih menceritakan perjalanan komunikasi produktif dengan Akas karena saya merasa banyak yang perlu diperbaiki. Ada kalanya komunikasi produktifnya berjalan dengan lancar, ada kalanya gagal total. Warna-warni deh.
Tantangan terberat menurut saya bukanlah di bagaimana menerapkan komunikasi produktifnya, melainkan bagaimana mengendalikan emosi kita ketika menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam kondisi emosi yang tidak stabil, komunikasi produktif itu sulit sekali dilaksanakan.
Dan kalau saya gali lagi, penyebab emosi yang sering susah dikendalikan itu juga sebenarnya datang dari dalam diri saya sendiri. Ada yang sedang dipikirkan, ada banyak hal yang mesti dikerjakan, ada keterlambatan, dan sebagainya. Dan ujung-ujungnya membawa saya berpikir, bahwa saya akan sulit memperbaiki banyak hal kalau saya tidak bisa memperbaiki diri saya sendiri. Saya mesti berbenah.
Selama praktik, saya juga makin menyadari bahwa quote berikut benarlah adanya:
Anak-anak mungkin tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng-copy.
Ada kalanya saya kaget dengan respon Akas, bahkan saat saya mencoba bicara dengan intonasi yang baik kepadanya. Tapi kalau ditelusuri lagi ke belakang-belakang, bisa jadi sebenarnya dia cuma meng-copy bagaimana cara saya merespon dia ketika situasi saya sedang tidak baik. Hiks.
Walau tantangan komunikasi produktif ini sudah berakhir, bukan berarti praktiknya juga dihentikan. Justru komunikasi produktif ini harus terus dilatih meski tidak perlu membuat jurnal harian lagi. Pola komunikasi bukanlah sesuatu yang bisa diubah secara instan dalam semalam. Butuh jam terbang lebih banyak. Apa yang didapat selama zona 1 Bunda Sayang ini adalah modal untuk terus memperbaiki diri ke depannya.
Semoga kita semua bisa terus lebih baik dari hari ke hari. Aamiin.
Salam,
![Reisha Humaira](https://reisha.net/blog/wp-content/uploads/2018/12/reisha.humaira.png)