Wisata Jateng: Berburu Kuliner di Kota Semarang

Sepanjang sejarah kami jalan-jalan berdua hingga bertiga, wisata kuliner tidak pernah menjadi prioritas kami saat berkunjung ke daerah baru. Bisa coba khasnya hayuk, ga bisa juga ga masalah. Ga banget pokoknya menyengajakan diri untuk mencoba kuliner tertentu yang spesifik. Spesifik di sini dalam artian harus banget dari restoran A misalnya, padahal sebenarnya masih banyak restoran lain yang juga menjual makanan yang sama walau mungkin rasanya beda.

Namun lain halnya dengan saat kami merencanakan wisata ke Semarang. Sudah pilih tempat-tempat yang mau dikunjungi di Semarang, tapi kok rasanya masih kurang gitu. Trus berhubung suami punya beberapa rekan orang Semarang, suami dikasih tahu deh harus coba makan ini itu di Semarang. Akhirnya diseriusin deh sama suami, “yuk kota coba wisata kuliner di Semarang”. Owkeh, saya mah ngikut aja, hehe.

Jumat, 13 Juli 2018

Dari sekian daftar kuliner Semarang yang kami peroleh, selama empat hari di Semarang  kami pun mencicipi makanan-makanan berikut.

Soto Ayam Bangkong

Soto Bangkong
Soto Bangkong, enak dan segar

Hari pertama di Semarang, kami mencoba makan siang soto Semarang. Pertama kali nih mencoba soto ala Semarang. Kami pun memilih makan di Soto Ayam & Ayam Goreng Bangkong, terletak di samping Kantor Pos Bangkong. Nama Bangkong diambil dari nama tempat didirikannya rumah makan ini, yaitu di perempatan Bangkong.

Kami memesan Soto Ayam Bangkong. Suami mau coba garang asemnya tapi habis, yaah. Soto Bangkong ini kuahnya bening. Nasi sudah dicampur ke dalam soto, mungkin bisa dipisah kalau diminta. Selain soto juga dihidangkan menu pendamping berupa aneka macam sate, tempe, tahu, dan perkedel.

Kesan pertama makan soto Semarang: gurih dan seger! Saya tadinya memang ga pasang ekspektasi tinggi dengan soto berkuah bening, karena dulu pernah coba soto di kota lain yang juga berkuah bening tapi kok hambar, heu. Tapi Soto Bangkong ini beda. Enaaak. Oia, kami juga memesan Ayam Goreng Bangkong untuk Akas. Sesuai dugaan, ayamnya juga enak, bumbunya meresap.

Nasi Gandul Mbak Tini

Nasi Gandul Mbak Tini
Nasi Gandul Mbak Tini yang ternyata pas di lidah

Kalau yang ini sebelumnya tidak pernah masuk dalam rencana kami, malah kami baru dengar. Ceritanya kami janjian dengan rekan suami yang tinggal di Semarang, dan bertemulah kami di Simpang Lima.

Baca juga: Wisata Jateng: Keliling-Keliling Kota Semarang

Setelah ngobrol-ngobrol, kami cari makan malam dan beliau merekomendasikan Nasi Gandul Mbak Tini ini. Tempatnya ternyata di pinggir jalan, pakai tenda, dan tidak besar. Tempatnya buka sekitar jam 6 sore.

Sebelumnya kami diceritakan bahwa nasi gandul ini enak, dengan cita rasa manis dan gurih. Wah, kami kurang sreg dengan lauk yang rasanya manis, apalagi suami. Namun namanya diajak, ga enak juga kan kalau banyak maunya, heuehue. Jadi pasrah aja, pasang ekspektasi serendah mungkin. 

Paham akan lidah Minang kami, beliau meminta berulang kali ke yang jual untuk menyiapkan nasi gandul tanpa kecap untuk kami, hihi. Saat memesan, kita akan ditanya mau tambah lauk apa oleh penjualnya. Pilihannya mayoritas jeroan, serta telur, perkedel, dan tempe. Cuma saat itu sudah banyak yang habis. Kami memilih tanpa lauk tambahan.

Nasi gandul merupakan makanan khas dari Kabupaten Pati. Nasi Gandul Mbak Tini ini disajikan di piring yang telah dialas daun pisang. Rupanya isinya nasi dan daging yang disiram dengan kuah bersantan. Di luar ekspektasi, ternyata rasanya enak dan cocok di lidah kami, wow. Mungkin karena udah di-skip kecapnya.

Saya juga mencoba tempe gorengnya. Tadinya saya ragu karena potongan tempenya tebal. Saya ga suka tempe yang potongannya tebal dan kerasa hambar di dalamnya. Tapi tempe goreng di sini ternyata enak juga. Bagian luarnya garing, bumbunya meresap.

Minggu, 14 Juli 2018

Soto Ayam Bokoran

Soto Bokoran
Soto Bokoran, ini juga enaaak

Selain Soto Bangkong, Soto Bokoran juga termasuk yang ngetop ya sepertinya di Semarang. Kebetulan juga lokasinya dekat sekali dengan Quest Hotel tempat kami menginap. Soto ini bukanya pagi-pagi dan katanya cepat habis, jadilah kami menjadwalkan secepat mungkin sarapan soto ini. Sarapan dari hotel pun di-skip, hihi.

Tempatnya juga sederhana dan tidak begitu besar. Tapi ramai juga yang makan di sana dan kami perlu menunggu hingga dapat tempat duduk. Untungnya kecepatan orang makan di sini relatif cepat sehingga kami tidak perlu menunggu lama.

Soto Bokoran ini mirip-mirip dengan Soto Bangkong. Menu pendampingnya juga ada. Rasanya juga enaaak. Sejak saat itu suamipun menetapkan bahwa soto favoritnya sudah berubah menjadi soto khas Semarang, eaaa.

Mangut Kepala Manyung Bu Fat

Mangut Kepala Manyung Bu Fat
Mangut Kepala Manyung Bu Fat yang pedaassshhh

Setelah seharian di Candi Gedong Songo, saatnya kembali ke Semarang dan mencari makan malam. Pilihan malam itu jatuh ke Warung Makan Kepala Manyung Selera Bu Fat. Katanya menu Mangut Kepala Manyung-nya recommended banget, udah jadi favorit banyak artis hingga Pak SBY. Baiklah.

Baca juga: Wisata Jateng: Melihat Keberagaman Agama di Indonesia dari Tempat-Tempat Ibadah di Semarang

Dari namanya saja saya ga tahu ini olahan apaan. Mangut dan manyung itu kosakata baru buat saya, haha. Rupanya mangut merupakan salah satu hidangan yang banyak tersebar di kawasan Pantai Utara Jawa. Dan manyung adalah ikan yang dagingnya biasa dijadikan ikan asin jambal roti. Mangut manyung dibuat dengan mengolah ikan manyung dengan teknik asap, lalu dimasak dengan bumbu dan kuah kental yang pedas.

Saat sampai di sana, warung makan Bu Fat ini sepi sekali, padahal katanya terkenal. Kami sudah khawatir, apa sudah tutup? Apa bener ini tempatnya? Udah jauh-jauh soalnya ke sana, huhu. Alhamdulillah benar, dan masih ada kepala manyungnya walaupun lauk tambahannya sudah habis. No problemo, kan yang dicari kepala manyungnya.

Kepala manyung di warung Bu Fat ini berukuran cukup besar. Melihat ukurannya yang besar saya pun fix tidak perlu order menu lain, padahal segitu udah untuk berdua dengan suami. Meskipun bagian kepala, daging yang dihasilkan tergolong banyak dan memiliki tekstur yang lembut. Cita rasanya ternyata pedas sekali, ga kuat deh saya makan manyung dengan bumbunya, padahal daging ikannya enak, huhu.

Kawasan Pecinan Semarang

Sudah kenyang di warung Bu Fat, kami pun kembali ke hotel. Namun kemudian suami mengajak ke area Pecinan Semarang, yang masih bisa dicapai dengan jalan kaki dari hotel. 

Pecinan Semarang
Gerbang Pecinan Semarang

Di malam hari, dari gerbang Pecinan Semarang berjejer berbagai stall yang menjual makanan. Area ini disebut Pasar Semawis. Rata-rata pakai tenda yang sama untuk jualan. Di sana juga tersedia meja dan kursi untuk pengunjung yang mau makan, cuma tampaknya selalu full, huhu.

Pecinan Semarang
Rame banget yang cari makanan di Pecinan Semarang

Saking banyaknya jenis makanan yang dijual di sana, kami pun bingung mau beli apa saja. Mayoritas sih bukan makanan berat. Mungkin karena ke sana dalam keadaan sudah makan, jadinya kami ga heboh amat kulineran di kawasan Pecinan ini.

Pecinan Semarang
Salah satu jajanan yang kami beli dan fotonya layak dipajang, haha

Oh iya, untuk yang muslim, perhatikan juga ya apa yang mau dibeli. Karena di sana ada beberapa pedagang yang menjual menu babi.

Lunpia Semarang Gang Lombok No. 11

Lunpia Semarang Gang Lombok No. 11
Lumpia Semarang difoto dadakan dengan piring pinjaman

Membahas kuliner khas Semarang, pasti yang sering disebut-sebut itu lumpia Semarang, sampai-sampai Semarang dijuluki “kota lumpia”. Rasanya dulu saya pernah coba lumpia Semarang tapi kurang sreg dengan rasanya. 

Bingung juga memilih mau makan lumpia yang mana di Semarang, karena rekomendasinya beragam sekali. Pada akhirnya kami memilih makan lumpia yang tertua alias pertama kali ada di Semarang. Nama warungnya “Lunpia Semarang Gang Lombok No. 11”. Beneran lunpia ya itu tulisannya, bukan typo, haha. Mungkin ejaan lama. Warungnya kecil aja ternyata. Letaknya di dekat Klenteng Tay Kak Sie. 

Saat sampai di warung ini, saya langsung pesan. Hanya saja saya ga dapat tempat duduk karena tempat duduk yang tersedia sudah penuh semua. Ditungguin, entah kapan sampainya. Pas saya tanya pesanan saya, malah saya ditanya balik duduk di mana. Kalau belum ambil tempat duduk kayaknya ga dibikinin makanannya, heuu. Padahal lagi buru-buru. Akhirnya minta dibungkus aja.

Rupanya lumpia Semarang tetap kurang sesuai di lidah saya, entah mengapa. Kami juga diberi oleh-oleh lumpia Semarang yang lain (lupa namanya apa), dan begitu dicoba sama aja. Belum paham kenapa orang-orang bisa suka banget, hehe.

Lekker Paimo

Lekker Paimo
Lekker Paimo, kiri yang manis, kanan yang gurih

Saya pertama kali tahu ada makanan bernama lekker dari blognya mbak Diah Didi. Lekker ini banyak yang jual sebenarnya di Semarang, bahkan di minimarket pun ada. Tapi saya pengen nyobain juga lekker yang terkenal di Semarang. Pilihan kami jatuh kepada Lekker Paimo. Letaknya di depan SMA Kolese Loyola.

Tempatnya lagi-lagi cuma berupa warung pinggir jalan. Tapi yang makan di situ banyak juga, antrenya lama. Saya kira isian lekker itu yang manis-manis aja, tapi ternyata ada isian gurih juga. Lekker bisa diisi dengan tuna, sosis, keju parut, hingga keju leleh.

Jika ingin memesan Lekker Paimo, kita akan diminta untuk menulis nama dan daftar pesanan di kertas. Lalu tunggu hingga matang. Nunggunya ternyata lama juga, fyuh. Sekali bikin ga bisa langsung banyak sih di sana. Apalagi kalau ramai sekali, bisa lebih dari 1 jam nunggunya, haduh. Kami sebenarnya udah ga sabaran, tapi udah terlanjur ke sana, misi harus diselesaikan.

Kami memesan lekker dengan isian manis dan gurih. Yang manis isi meses coklat, hasilnya garing dan krispi. Yang gurih pakai telur dll. (alias lupa milih isian apa, haha), lebih tebal tapi udah ga krispi lagi. Kalau ditanya lebih suka yang mana, saya bakal pilih yang manis.

Sekian kuliner khas Semarang yang kami coba saat ke sana tahun lalu. Dilihat-lihat tempat makannya semuanya biasa-biasa aja, malah ada yang cuma warung pinggir jalan. Tapi tempat yang memang mengandalkan rasa biasanya begitu ya. Ah saya pengen lekker lagi jadinya. Juga Soto Bangkong atau Soto Bokoran. Udah coba cari di Bandung tapi ga ada yang seenak di Semarang, huhu.

Apa ke Semarang lagi aja ya? Haha. Kebetulan di Pegipegi lagi ada promo tiket pesawat Lion Air. Pegipegi hadir memberikan kemudahan dalam pemesanan tiket pesawat. Saat ini kita bisa mencari tiket pesawat di Pegipegi untuk lebih dari 30.000 rute penerbangan. Partner maskapainya banyak, pilihan pembayarannya pun juga banyak.

Pegipegi tersedia di website serta aplikasi Android ataupun iOS. Menurut saya lebih enak pesan dari aplikasi karena promonya lebih banyak, hihi. Penggunaan aplikasinya pun sangat mudah.

Pertama membuka aplikasi, akan terlihat tiga pilihan menu utama: pesawat, hotel, dan kereta api. Pilih pesawat untuk pencarian tiket pesawat. Oh iya kalau belum login silakan login terlebih dahulu biar nanti bisa ngumpulin poin. Berikutnya akan muncul form pemesanan tiket pesawat. PIlih bandara asal dan tujuan yang diinginkan. Tinggal dicari aja dengan keyword nama bandara, kota, atau kode bandaranya.

tiket-pesawat-1

Selanjutnya tentukan tanggal keberangkatan, serta tanggal kembali jika mau membeli tiket pulang pergi sekaligus. Saat memilih tanggal sudah tersedia kalender lengkap dengan keterangan hari libur nasionalnya, jadi ga perlu bolak-balik kalender deh untuk cek tanggal merah. Lalu isikan jumlah penumpang, dan klik tombol “Cari Tiket”.

Pegipegi akan menampilkan daftar pilihan penerbangan yang tersedia, by default sudah diurutkan dari yang termurah, horeee. Pilih penerbangan yang diinginkan, lalu kita akan dibawa ke halaman pemesanan. ikuti saja instruksi yang tersedia, lengkapi data, konfirmasi, lalu bayar deh. Jangan lupa gunakan kupon ya jika ada promo, hihi. Tiket akan dikirimkan ke email, juga bisa dicek di aplikasi. Mudah sekali bukan?

Salam,

Reisha Humaira

6 komentar pada “Wisata Jateng: Berburu Kuliner di Kota Semarang

  • 11 Maret 2019 pada 16:31
    Permalink

    Leker paimooo..ya ampun udah berapa purnama terlewat aku belum makan itu lagiii. Kangenn 🙁

    Balas
  • Pingback: Wisata Jateng: Berburu Kuliner di Kota Semarang

  • 12 Maret 2019 pada 21:39
    Permalink

    Yang saya nggak pernah nyobain itu lekker paimo. Jadi penasaran. Btw, nasi gandul tuh aslinya makanan daerah Pati, kak. Aslinya pedes lho.

    Balas
  • 15 Maret 2019 pada 03:05
    Permalink

    ternyata aku baru nyoba lumpia semarang saja

    Balas
    • 6 Mei 2019 pada 19:27
      Permalink

      Beda dengan martabak mas. Lekker lebih tipis. Yang manis lumayan garing. Hehe.

      Balas

Leave your comment