Wisata Jateng: Keliling-Keliling Kota Semarang

Di sela-sela kunjungan kami ke kota Semarang pertengahan 2018 lalu, bisa dibilang kami hanya punya total sisa waktu satu hari saja untuk jalan-jalan lagi. Kami sampai di Semarang Jumat pagi, lalu kembali ke Bandung Senin sore. Sabtu sudah dihabiskan seharian oleh suami untuk workshop, sementara saya dan Akas main ke playground.

Baca juga: Playground: Lollipop’s Playland & Cafe, Living Plaza Semarang

Minggu seharian dipakai untuk mampir ke Masjid Agung Jawa Tengah dan Candi Gedong Songo. Lalu sisanya ngapain lagi donk? Waktu yang singkat ini kami gunakan untuk keliling-keliling kota Semarang aja. Apa saja spot menarik yang bisa dikunjungi di Semarang?

Jumat, 13 Juli 2018

Wisata Malam di Simpang Lima

Setelah sorenya mampir ke Sam Poo Kong, kami lanjut ke Simpang Lima. Sudah masuk waktu Maghrib, kami memilih shalat dulu di Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di seberang lapangan Simpang Lima. Sekalian deh parkir mobil di sana. Oia kali ini kami bareng teman suami dan keluarganya, sehingga bisa nebeng mobil mereka. (Penting amat ya kudu dijelasin soal transportasinya? Wkwk.)

Simpang Lima adalah alun-alun di Semarang dan sepertinya selalu ramai. Namanya sebenarnya Lapangan Pancasila, tapi kayaknya nama itu kurang beken, heuheu. Disebut Simpang Lima karena lokasinya di temgah-tengah persimpangan lima ruas jalan.

Tujuan utama kami ke sana adalah untuk melihat becak hias. Dari sore biasanya sudah ada banyak becak dan sepeda hias mangkal di Simpang Lima. Di malam hari, becak dan sepeda hias ini menyalakan lampu warna-warninya sehingga tampak semarak. Tergoda deh, kami pun mencoba menyewa becak hias.

Simpang Lima Semarang
Hiasannya macam-macam tapi mirip-mirip

Saya lupa berapa biaya sewanya, minimal Rp20.000 apa ya, karena sepertinya tarifnya tergantung ukuran becak dan kemampuan nawar, heuheu. Becak ini rupanya disewakan untuk dikemudikan sendiri, tapi karena kami mager akhirnya minta orangnya untuk mengemudikan becaknya. Nambah bayar lagi tentunya. Dengan becak hias ini, kita bisa mengelilingi Simpang Lima selama satu putaran. Kalau mengemudikan sendiri, beneran siapin tenaga deh karena cape juga, hihi.

Simpang Lima Semarang
Trotoar untuk rute becak hias

Di depan tulisan gede SIMPANG LIMA pasti pada foto-foto. Pengemudi becak kami saat itu juga menawarkan berhenti di sana untuk foto-foto. Berfoto di malam hari itu tricky, jadi siapkan setting terbaik kamera Anda #eaaa.

Simpang Lima Semarang
Males nungguin orang foto-foto jadi foto seadanya aja lah, heu

Usai berkeliling dengan becak hias, kami pun berjalan ke tengah lapangan Simpang Lima. Di siang hari, lapangan ini tampak kosong. Hanya ada lapangan rumput yang luas yang rumputnya juga kebetulan lagi kering banget saat itu. Kebayang deh pasti panasnya pol banget siang-siang. Tapi di malam hari, di sini banyak yang berjualan, rata-rata mainan dan makanan. Ada mainan baling-baling berlampu yang cukup banyak dimainkan orang, tapi saya ga ikutan beliin Akas itu karena dia bakal masih kesulitan memainkannya #emakpelit.

Simpang Lima Semarang
Sayangnya rumputnya lagi kering saat itu

Mending dia main mobil mini aja, seru pastinya buat Akas. Tiap lihat mobil mini gitu Akas selalu pengen sih, hehe.

Simpang Lima Semarang
Anak main tapi emak tetap kudu ngawasin, heu

Tidak hanya mobil dan motor mini buat anak, di sini juga ada yang menyewakan hoverboard. Suami tertarik dan mencoba hoverboard ini. Saya? Mager dan memilih jajan jagung bakar, wkwk.

Simpang Lima Semarang
Yang itu tuh hoverboard, maaf blur fotonya, hehe

Senin, 16 Juli 2018

Hari terakhir di Semarang, kami mampir ke beberapa tempat. Karena waktu yang singkat, di tiap tempat kami cuma mampir sebentar saja, dan rasanya emang ga perlu lama-lama juga sih, hehe. Dan kali ini kami memilih pakai ojek online aja biar lebih cepat wuss wuss ke sana ke mari, mengingat Semarang sering macet juga, heuu.

Baca juga: Tips Hemat dan Aman Naik Ojek Online

Berkunjung ke Lawang Sewu

Tidak hanya Sam Poo Kong, Lawang Sewu pasti selalu muncul untuk pencarian seputar wisata Semarang. Emang landmark paling terkenal kayaknya ya di Semarang, hehe.

Sebelumnya saya ragu mau mampir ke Lawang Sewu. Malah rencananya cukup lewat aja, jepret dari luar sebentar, trus pergi. Haha. Kenapa? Serem, wkwk. Saya terlalu terpengaruh dengan cerita horor Lawang Sewu yang saya baca dari trit di Kaskus. Lupa dari trit apa, tapi pernah jadi hot trit saat itu. Ya iya sih cerita horornya itu kejadiannya malam hari, kalau siang mestinya ga apa-apa. Cuma somehow saya tetep ngerasa takut aja. Berani baca horor tapi takut kalau datang ke tempat kejadian perkara, wkwk.

Namun saya tetap merasa wajib berfoto di Lawang Sewu, minimal di depannya, hihi. Yaa rasanya belum lengkap aja gitu kalo ke Semarang tapi ga mampir ke Lawang Sewu.

Sesampainya di sana, walah, rupanya pagarnya tinggi juga. Dan di depannya jalan raya gede banget. Jadi kalau mau foto-foto tampak sulit juga dari luar ini.

Lalu kami melihat beberapa pengunjung masuk. Akhirnya kami memutuskan masuk juga, nanggung udah di sana juga. Harga tiket masuknya Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 untuk anak 3-12 tahun serta pelajar SD hingga SMA.

Lawang Sewu, Semarang
Sisi depan Lawang Sewu

Masuk Lawang Sewu ini ternyata sudah diarahkan rutenya. Jadi pintu masuk dengan pintu keluarnya berbeda. Saat masuk kita harus scan barcode tiketnya terlebih dahulu.

Lawang Sewu, Semarang
Scan tiketnya trus silakan masuk

Mungkin karena masih terpengaruh cerita horor tadi, begitu masuk bisa dimaklumi sih kenapa Lawang Sewu ini berasa horor. Bangunan kuno dan ada pohon besar di sana, cocok banget dengan latar tempat berbagai cerita horor, heuheu. Untungnya ada cukup banyak pengunjung saat itu, jadi saya bisa sejenak melupakan hal-hal horor, hihi.

Lawang Sewu, Semarang
Salah satu sudut bangunan Lawang Sewu
Lawang Sewu, Semarang
Pohon gede di tengah-tengah area Lawang Sewu

Di tengah-tengah Lawang Sewu ini bagus juga untuk foto-foto. Berfoto dengan bangunan utama yang berbentuk huruf L. Ada beberapa properti foto juga yang bisa kita gunakan.

Lawang Sewu, Semarang
Foto keluarga di Lawang Sewu
Lawang Sewu, Semarang
Ala-ala koran zaman Hindia Belanda

Setelah berfoto di lapangan, kami mencoba berjalan ke arah gedung Lawang Sewunya. Lorongnya dan ruangannya yang sepi dan berisi benda-benda kuno, mengingatkan hal horor lagi. Saya ga berani menyusuri banyak ruangan, cukup dari lorong saja.

Lawang Sewu, Semarang
Salah satu lorong di Lawang Sewu

Daaan, diingat-ingat lagi, biasa aja sebenarnya saat ke Lawang Sewu itu, ga ketemu hal aneh-aneh. Pikiran saya aja yang lebay. Padahal baca cerita horornya juga udah lama banget, wkwk. Maapkan saya karena ga ada hal yang mengejutkan yang membuat pemirsa tercengang bin terbelalak. #penontonkecewa 😆

Lawang Sewu, Semarang
Keluar dari Lawang Sewu

Untung juga sih waktu itu memutuskan masuk, karena arsitektur Lawang Sewu ini sesungguhnya menarik. Dan saya baru tahu kalau Lawang Sewu itu dulunya adalah kantor semacam PT. KAI-nya Hindia Belanda zaman dulu. Pantas saja di depannya ada dipajang lokomotif kereta tua.

Lawang Sewu, Semarang
Pengen deh coba naik kereta tua kayak gini

Jika ingin memotret keseluruhan Lawang Sewu tampak depan, coba deh ke Tugu Muda yang terletak di seberang Lawang Sewu. Gampang dikenali kok, cari aja yang ada tugunya.

Lawang Sewu, Semarang
Lawang Sewu difoto dari Tugu Muda

Mampir ke Kota Lama Semarang

Sebenarnya tujuan utama kami ke kawasan Kota Lama Semarang ini adalah untuk melihat Gereja Blenduk, melengkapi landmark tempat ibadah yang kami kunjungi di Semarang.

Baca juga: Wisata Jateng: Melihat Keberagaman Agama di Indonesia dari Tempat-Tempat Ibadah di Semarang

Kota Lama Semarang
Salah satu sudut Kota Lama Semarang

Sesuai namanya, sudah bisa dibayangkan kalau di kawasan ini banyak bangunan dengan arsitektur zaman Belanda dulu. Kira-kira seperti Kota Tua di Jakarta (padahal sendirinya belum pernah ke Kota Tua, wkwk).

Kota Lama Semarang
Sudut lain Kota Lama Semarang

Tapi sesampainya di sana, tidak banyak lokasi yang bisa kami nikmati karena beberapa tempat sedang direnovasi. Sepengamatan saya saat itu, Kota Lama ini memang tampak kurang terurus. Bangunan lamanya memang ada, tapi kayak dibiarin aja gitu, ga dimaksimalkan untuk jadi daya tarik wisata. Tapi semoga dengan proyek penataan ini jadi lebih baik ya. Atau mungkin sekarang sudah selesai penataannya?

Kota Lama Semarang
Tahun lalu masih ditata, sekarang gimana ya?

Jadi saat di Kota Lama kami beneran cuma mampir ke Gereja Blenduk dan rehat sejenak di Taman Srigunting. Setelahnya kami segera berjalan menuju Klenteng Tay Kak Sie.

Gereja Blenduk
Gereja Blenduk dilihat dari Taman Srigunting di sampingnya

Eisss, itu aja ternyata yang bisa saya tulis untuk topik kali ini. Hal lain yang kami lakukan di Semarang adalah wisata kuliner, satu wisata yang dari dulu ga pernah jadi prioritas kami kalau jalan-jalan, tapi kali ini malah dilakukan. Nanti saya tulis terpisah aja yaa, hehe. Kalau ada rekomendasi tempat wisata lain di Semarang, silakan share yaa di komentar. 😉

Salam,

Reisha Humaira

One thought on “Wisata Jateng: Keliling-Keliling Kota Semarang

  • 6 Maret 2019 pada 03:50
    Permalink

    Huwaaaa…. kangen ke Semarang.
    Saya dulu tahun 2015 deh ke sana, ga pakai rencana malah, nyasarin diri aja gitu, niat ke Batu, nyasar di parangtritis sampai ke semarang hahaha

    Kami juga ke Simpang Lima, ke Lawang Sewu dan ke Brown Canyon, ke masjid agung Semarang eh apa Jateng ya.
    Seru sih, jadi kangen pengen balik ke sana 🙂

    Kangen banget pengen petualangan lagi deh.
    Tapi ortu menanti dimudikin huhuhu

    Balas

Leave your comment