Persiapan Pernikahan E♡R: Undangan Versi Facebook

Dalam adat Minangkabau diajarkan, “kaba baiak bahimbauan, kaba buruak bahambauan”. Membagi berita baik perlu dilakukan, apalagi untuk berita baik berupa pernikahan. Undangan cetak adalah salah satu bentuk upaya mengabarkan, namun jangkauannya terbatas. Beruntungnya di zaman sekarang ini ada wadah media sosial yang memudahkan kita.

Media sosial kami gunakan terutama untuk mengundang teman-teman sekolah ataupun kampus karena kebanyakan sekarang lokasinya udah menyebar di berbagai penjuru dunia *halah*. Dengan media sosial, penyebaran si kabar baik lebih cepat dilakukan, murah, dan bisa mengantisipasi di kemudian hari ada yang bilang “wah udah nikah ya? kok ga ngundang-ngundang?”. Saya pribadi soalnya senang kalau masih diundang sama teman walau cuma via Facebook dan walau jelas-jelas saya ga bakal bisa datang. Jadi sasaran undangan di media sosial ini ada dua: mengundang hadir (untuk yang bisa datang); mengabarkan bahwa kami akan menikah (untuk yang tidak bisa datang). Plus insya Allah ada bonus aliran doa. 😀

Kami “menyebar” undangan di media sosial sebulan sebelum hari-H. Saat undangan disebar, wedding website sudah mesti selesai karena linknya mau disertakan juga, hehe. Kami memilih sebulan sebelum hari-H supaya kalau ada teman-teman dari luar Sumbar yang berencana datang, mereka bisa punya waktu lebih untuk atur jadwal dan mencari tiket pesawat.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Undangan Versi Website

Kami memanfaatkan grup-grup di Whatsapp dan Line, Plurk, Instagram, Tumblr, dan Facebook (Twitter? Path? Ga punya :P) untuk mengabarkan pernikahan kami. Tapi dari sekian media, yang cukup butuh effort dan efeknya wow memang Facebook. Oke jadi mari bahas soal undangan di Facebook aja. 😀

Cover-Cover di Facebook

Bikin undangan via Facebook gampang banget dibanding bikin undangan cetak dan website, hehe. Tinggal bikin event trus invite teman-teman. Berhubung di Facebook bisa pakai cover photo, saya spend sedikit waktu untuk cover-coveran ini. 😀

Pertama, tentunya cover untuk Facebook event yang dibuat. Saya udah kebayang pakai foto tari piring dengan tambahan teks tanggal pernikahan. Tadinya mau bikin sendiri, tapi mentok. Awalnya mentok di foto yang mau dipakai. File foto dari Paw yang saya pilih untuk cover adanya portrait, sementara yang dibutuhkan adalah file landscape dengan dimensi 714 x 264 px. Saya minta tolong Paw untuk menyambungkan foto tersebut dengan foto lain untuk mendapatkan komposisi yang diinginkan. Setelah perjuangan panjang akhirnya Paw berhasil mengedit foto tersebut dengan mulus, ga keliatan sama sekali sambungannya, hoho.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Foto Prewedding (3), Photo Result

Lalu untuk teksnya, saya bingung juga ternyata jadinya, hihi. Trus saya keinget Pike lagi, yang suka upload foto di Facebook dengan teks-teks yang oke banget dari sisi pemilihan font dan pengaturan letaknya. Saya minta bantuan dari Pike lagi. Ga butuh waktu lama, editan final dari Pike saya terima dan langsung saya pakai untuk cover event invitation.

image

Trus selain cover event, saya juga sudah berencana untuk mengubah cover Facebook profile saya dan Evan. Tadinya mau bikin kayak cover si Facebook event juga dengan foto lain, tapi setelah dilihat-lihat lagi, akhirnya saya putuskan bikin seperti ini.

image

image

Saya emang suka bikin foto profil yang nyambung dan nyatu dengan cover. Foto profil kami tetap foto masing-masing, dan di cover yang ditonjolkan adalah foto pasangannya. 😀 Dimensi untuk cover di Facebook profile ini ternyata berbeda dengan Facebook event.

Banjir Notifikasi

Bikin wedding invitation di Facebook, siap-siap terima notifikasi tiada henti, hehe. Alhamdulillah, artinya kabar sudah tersampaikan dan doa insya Allah juga teralirkan. Banyak banget rekan yang menuliskan wall berisi doa, ngasih tau bisa datang atau ga nya, atau pun nge-like foto cover. Alhamdulillah. Senangnya luar biasa banget, jauh di atas notifikasi kalau ada ucapan selamat ulang tahun, hehe.

Namun karena saking banyaknya ini juga kami akui kami kewalahan kalau harus me-reply setiap ucapan yang masuk, huhu. Maafkan kami yang tidak membalas ucapan rekan-rekan semuanya. Kami ga mau kalau cuma balas sekedarnya kayak “makasih ya, amiin” lalu copy paste untuk semuanya. Beneran deh, doa untuk pernikahan itu rasanya dalam banget dibanding doa kalau ulang tahun.

Karena ga bisa reply, kami putuskan untuk nge-like postingannya dulu aja, pertanda bahwa kami sudah membacanya. Beneran udah dibaca dan diaminkan kok. 🙂 Dan setelah acara selesai, kami pun menuliskan ucapan terima kasih yang lebih proper untuk semuanya di event dan di profile kami masing-masing.

image

RSVP is not Indonesian Culture?

Facebook dibikin di Amerika sana dan sedikit banyaknya mengadopsi kultur masyarakat sana. Di undangan pernikahan di luar negeri sana biasanya ada RSVP (request for a response from the invited person or people) yang mana di Facebook diterjemahkan ke dalam tombol Going, Maybe, dan Not Going.

Tadinya saya mengharapkan ketiga tombol tersebut bisa saya jadikan acuan untuk mengetahui siapa saja yang berencana datang ke acara pernikahan kami. Kalau RSVP-nya bener, saya udah berencana nyediain waktu buat yang memang mau datang dan mau nanya-nanya soal transpor, penginapan, dll. Saya sadar banget yang mau bela-belain datang dari jauh itu udah nyediain effort dan dana yang besar untuk hadir. Tapi apa daya orang Indonesia kayaknya masih rada ngasal aja manfaatin tombol-tombol tersebut, hehe.

Orang yang benar-benar mau datang, tanpa pikir panjang akan mencet tombol Going. Yang masih ragu biasanya mencet Maybe, tapi kalo udah Maybe sih biasanya kemungkinan besar ga bisa datang, hehe. Beberapa yang memang ga bisa datang biasanya terang-terangan mencet Not Going. Tapi kebanyakan sih biasanya ga mencet RSVP apapun, males kali ya. Banyak juga kayaknya yang mikir daripada mencet Not Going mending ga mencet apa-apa, hihi. Lucunya sih saya juga nemu beberapa orang yang udah jelas-jelas ga bisa datang tapi mencet Going. Sebagian sih bilang insya Allah doanya yang datang, kekeke. Jadi yaaa begitulah, di Indonesia untuk orang biasa gini memang sepertinya ga perlu pake RSVP-RSVPan. 😛

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment