Detox Gadget: Cara Menyikapi Gadget di Kehidupan Anak

Sebelum lanjut ke cerita per-NZ-an #halah, saya flashback lagi ke timeline sebelum kami pindah ke Auckland. Ternyata ada beberapa hal yang sayang kalau tidak ditulis. Kali ini saya mau mencatat materi seputar detox gadget yang saya ikuti di daycare Akas di Bandung dulu.

Suatu hari daycare Akas mengabarkan bahwa akan diadakan dua kelas Parents Club. Parents Club ini merupakan tempat sharing dan berdiskusi terkait tubuh kembang anak dan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pengasuhan sehari-hari. Kelas pertama diadakan tanggal 1 Desember 2018 bertema detox gadget, yang kedua tanggal 13 Desember 2018 dengan tema anakku susah makan. Saya langsung tertarik dan daftar untuk ikut kelas yang pertama.

Acaranya diisi oleh psikolog yang sama dengan psikolog saat konsultasi tiap akhir term dulu. Barengan sama satu orang lagi yang ternyata juga adik kelas suami saya saat sekolah di Padang dulu, wkwk.

Baca juga: Membahas Perkembangan Akas Umur 3 Tahun dengan Psikolog Daycare

Langsung saja ya ke rangkuman materinya, sumbernya dari handout ditambah catatan saya selama acara.

Fenomena Teknologi pada Keluarga Digital

Zaman sekarang tampaknya kehidupan kita tidak bisa dipisahkan lagi dari gadget. Saat ini gadget sudah semakin canggih, ukurannya kecil sehingga mudah dibawa-bawa. Fiturnya pun banyak, sehingga menarik tidak hanya buat anak, tapi juga orang dewasa.

Duluuu banget sebelum punya anak saya pernah pengen idealis, ga bakal ngenalin gadget ke anak, ga bakal pegang gadget saat sama anak, dan sejenisnya. Setelah dijalani, ternyata susah banget, ahaha. Tapi bukan berarti saya tanpa kontrol ya. Saya tetap berusaha membatasi, jangan sampai anak kecanduan dengan gadget.

Namun banyak juga orang tua yang terlena. Gadget dijadikan sebagai alat penghibur agar anak tenang dan orang tua tidak terganggu. Saya masih ingat sekali saat mampir ke tetangga trus pas ngobrol beliau bilang “zaman sekarang enak ya, anak rewel kasih aja HP, jadi tenang, ga rewel lagi”. Emm, tolong jangan dibaca dengan nada sarkasme, wkwk. Orangnya tampak serius saat bilang itu, serasa gadget itu luar biasa membantu agar tidak merepotkan orang tua. Padahal lambat laun tanpa sadar hal seperti itu bisa membuat anak ketergantungan hingga kecanduan terhadap gadget.

Pengaruh Gadget pada Perkembangan Anak

Sudah bukan hal baru lagi bahwa penggunaan gadget yang tidak tepat bisa berdampak buruk pada anak. Saat lahir, anak dibekali dengan saraf-saraf yang terus berkembang, membentuk koneksi untuk membatunya belajar, tumbuh, dan berkembang di masa depan. Namun jika anak sering terekspos gadget berjam-jam setiap harinya, dampaknya antara lain:

  1. Dampak terhadap anak usia di bawah 7 tahun:
    • Perkembangan sensori motorik terhambat.
    • Perkambangan vestibular, tactile, dan propioceptive terhambat.
    • Permasalahan bahasa seperti speech delay dan bicara kurang lancar.
    • Permasalahan dalam emosinya, seperti tidak bisa mengungkapkan emosinya dengan baik.
    • Permasalahan dalam interaksi sosialnya.
    • Kurang mampu mengidentifikasi perasaan, emosi, dan bahasa non verbal.
    • Gangguan dalam pemusatan perhatian.
  2. Dampak terhadap anak usia di atas 7 tahun:
    • Sulit beradaptasi dengan aturan dan value yang ada.
    • Problem solving kurang dan sulit menentukan prioritas.
    • Terganggu aspel sosial emosinya, misal jadi mudah marah dan mengamuk.
    • Kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan sosial karena jarang bersosialisasi di dunia nyata.
    • Gangguan dalam pemusatan perhatian dan kurang peka terhadap sekitar.
    • Sulit untuk konsentrasi dalam akademis.
    • Terganggu secara fisik, misal mata minus, obesitas, dll.

Bolehkah Mengenalkan Gadget pada Usia Dini?

Hasil penelitian yang dilansir dalam situs cashinyourgadgets.co.uk menemukan bahwa 13% orang tua memberikan gadget pada anak berusia 10 tahun, sedangkan persentase terbanyak yaitu pada usia 13 tahun ke atas (sekitar 45%).

Asosiasi dokter anak di Amerika Serikat dan Kanada menekankan untuk no gadget pada anak usia 0-2 tahun. Selanjutnya usia 3-5 tahun bisa diberikan gadget selama 30 menit hingga 1 jam. Untuk anak di atas 6 tahun boleh diberikan maksimal 2 jam. Dibatasi 2 jam sampai umur berapa? Sampai anak bisa mengendalikan dirinya sendiri, biasanya pada usia remaja.

Pemberian gadget dengan durasi sekian pun sebaiknya dipecah-pecah waktunya, jadi sekali pegang gadget jangan langsung sebanyak batas maksimal. Selain itu saat anak menggunakan gadget, orang tua harus mendampingi.

Kekeliruan Pengasuhan Terkait Gadget

Orang tua adalah orang terdekat bagi anak, role model banget buat anak. Setelah orang tua barulah anak mengambil role model dari saudaranya lalu lingkungannya. Tidak ada orang tua yang sempurna, ada beberapa kekeliruan yang sering dilakukan orang tua secara sadar ataupun tidak.

Misalnya:

  • Tidak mengambil tanggung jawab. Ada orang tua yang melarang anaknya pakai gadget, tapi sendirinya masih pakai gadget di depan anak. Ya gimana.
  • Bohong. Kadang tanpa disadari, ada yang saat ditanya anaknya sedang apa dengan gadget, dijawab sedang kerja, padahal aslinya lagi browsing medsos.
  • Labelling. Memberi label pada anak bisa membentuk mindset anak bahwa dirinya memang begitu.
  • Fokus pada kekurangan/masalah. Ada orang tua yang merasa anaknya susah diatur saat menggunakan gadget, malah mengamuk saat gadget-nya diambil. Lalu merasa sumber masalahnya ada pada anaknya atau gadget-nya. Padahal kesalahannya ada pada orang tua yang memberikan gadget dan membiarkan anaknya hingga ketergantungan.
  • Mengancam tapi tidak melakukan. Anak bisa belajar dari mengamati. Keseringan mengancam tapi tidak dilakukan sama sekali, anak lama-lama paham kalau itu pepesan kosong belaka, jadi tidak akan didengarkan lagi.
  • Malas lalu menakut-nakuti. Ada orang tua yang merasa malas untuk menjelaskan sesuatu dan berdiskusi dengan anak. Misalnya saat ditanya kenapa tidak boleh begini-begitu, orang tua mengambil jalan pintas dengan menakut-nakuti nanti ditangkap polisi.
  • Solusi disuapi. Saat menyelesaikan suatu masalah atau membuat kesepakatan, solusi dan aturan hanya datang dari orang tua. Padahal anak sebenarnya bisa diajak berpikir untuk problem solving dan memberikan solusi.
  • Fokus pada dunia. Terlalu memikirkan komentar orang lain, sehingga malu kalau anaknya tidak begini-begitu. Minder saat anak tidak bisa main gadget sementara yang lain sudah fasih sekali mainnya.

Kiat Menggunakan Gadget dengan Bijak Bersama Anak

Tidak bisa dipungkiri bahwa gadget ibarat pisau bermata dua, manfaatnya ada, keburukannya juga ada. Kuncinya ada di kita sebagai pengguna. Jangan gadget-nya aja yang smart, yang pakai juga harus smart and wise. Bagaimana caranya?

Perkenalkan gadget sebagai media edukasi bukan hanya sekadar bermain. Sebaiknya gadget tidak hanya digunakan untuk game dan permainan, tapi gunakan juga untuk hal-hal yang bermanfaat. Jadi bukan “main HP” namanya.

  • Buat kesepakatan untuk mengajarkan anak disiplin menggunakan gadget. Agar anak menggunakan gadget sesuai porsinya, maka harus ada kesepakatan seperti berapa lama pakai gadget-nya dan dipakai untuk apa saja. Aturan yang disepakati itu bukan untuk anak saja, tapi untuk orang tuanya juga. Lebih baik lagi kalau kesepakatannya ditulis dan ditempel di tempat yang sering terlihat.
  • Dampingi anak saat bermain gadget. Jangan biarkan anak pegang gadget sendirian. Walaupun sudah remaja, anak tidak boleh pakai gadget di kamar sendirian. Biasakan anak untuk terbuka kepada orang tua. Kita ga berani kan melepas anak ke tempat yang asing sendirian di dunia nyata? Nah dunia maya itu lebih luas lagi, tanpa batas. Kenapa kita berani melepasnya di dunia maya sendirian?
  • Jadikan gadget sebagai salah satu sarana bonding bersama anak. Misal saat menonton dari gadget, kita bahas kontennya dengan anak, bagaimana pendapatnya tentang tontonan itu, apa yang bisa dia pelajari, dll. Ini masih berkaitan ya dengan mendampingi anak dan menjadikan gadget sebagai media yang bermanfaat.
  • Bicarakan konten yang boleh dilihat atau tidak, atau aktifkan kids mode. Kita sudah tahu di dunia maya itu segala ada, jadi harus pandai-pandai memfilter mana yang layak dilihat anak dan mana yang tidak.

Mencegah dan Mengatasi Anak Kecanduan Gadget

Anak kecanduan gadget bukanlah hal yang diinginkan oleh orang tua manapun. Bagaimana mencegahnya? Bagaimana jika anak sudah terlanjur kecanduan gadget?

  • Butuh komitmen orang tua untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak.
  • Membatasi screen time pada anak, konsekuensinya orang tua harus mencarikan aktivitas pengganti buat anak. Kenalkan anak pada permainan tanpa gadget. Kalau perlu susun jadwal kegiatan bermain anak.
  • Jangan bermain gadget di depan anak.
  • Fokus dengan tujuan, konsisten, dan fleksibel. Konsistenlah dengan kesepakatan yang sudah dibuat, tapi tetap fleksibel. Evaluasi keberjalanannya, jika ada yang perlu diubah, silakan diubah dengan kesepakatan bersama lagi.

Membuat Kesepakatan dengan Anak yang Kecanduan Gadget.

Tahap Awal

  • Meminta maaf pada anak.
  • Kemudian menjelaskan niat berubah dan penggunaan gadget pada orang tua.
  • Memberikan penjelasan kepada anak tentang efek tidak baik interaksi gadget pada anak.
  • Membuat kesepakatan gadget untuk keluarga. Kurangi penggunaan gadget dari orang tua sebagai role model. Jangan menggunakan gadget di depan anak.

Tahap Kesepakatan

  • Membuat jadwal kapan saja boleh bermain gadget dan berapa lama.
  • Berikan syarat jika anak hendak main gadget, misal anak baru boleh main jika sudah selesai kewajibannya. Beda usia beda jadwal dan beda waktu pakai gadgetnya.
  • Jelaskan konten apa saja yang boleh dilihat anak. Jika ada kids mode maka jelaskan fungsinya pada anak.
  • Sepakati jika anak menggunakan gadget harus didampingi orang tua. Jelaskan juga bahwa anak hanya meminjam, jadi gadget itu bukan miliknya.
  • Tetapkan konsekuensi yang berkesinambungan jika melanggar kesepakatan. Konsekuensi berlaku untuk semua anggota keluarga, jadi termasuk orang tua juga, bukan hanya anak. Konsekuensi harus relevan. Misal jika hari ini pakai gadget melebihi waktu yang ditentukan, maka jatah waktu untuk besok dikurangi. Kalau konsekuensinya seperti nanti tidak boleh makan es krim, itu tidak relevan.
  • Bicarakan baik-baik dan menyenangkan dengan semua anggota keluarga.
  • Briefing dan role play.
  • Tulis kesepakatan dan tempelkan di dinding yang mudah terlihat oleh semua anggota keluarga. Jika anak masih kecil dan belum bisa membaca, bisa gunakan gambar dan simbol seperti silang dan centang.

Tahap Evaluasi

  • Setiap hari, orang tua mengamati apakah semua anggota keluarga melakukan kesepakatan.
  • Lihat apakah ada kesepakatan yang harus ditambahkan atau tidak.
  • Jangan langsung mengubah kesepakatan dengan mendadak.
  • Berikan pujian pada saat anak mengikuti aturan penggunaan gadget.
  • Bicarakan setiap hari atau di hari berikutnya tentang poin-poin dari kesepakatan yang sudah dibuat dan siapa saja yang mengikuti aturan atau tidak.
  • Berikan kata-kata afirmasi untuk menguatkan bahwa semua anggota keluarga bisa melakukan kesepakatan.

Tantangan dalam Menjalankan Kesepakatan

Membuat kesepakatan dalam keluarga sebenarnya bisa diterapkan untuk segala hal, jadi tidak hanya terbatas pada penggunaan gadget. Namun demikian, dalam menjalankan kesepakatan itu seringkali tidak semudah dibicarakan.

  • Orang tua yang mendadak jompo. Kadang orang tua sendiri yang malah lupa dengan kesepakatan yang sudah disepakati bersama dan melanggarnya.
  • Tidak konsisten. Hari ini semua patuh pada kesepakatan, lalu besoknya dibilang ga apa-apa deh melanggar sehari itu aja. Anak bisa bingung dengan ketidakkonsistenan itu.
  • Lingkungan yang tidak selaras. Kadang dalam keluarga kecil misalnya sudah sepakat tidak ada main gadget sambil makan, tapi saat bertemu keluarga besar bisa jadi beda aturannya.

Latihan Membuat Kesepakatan

Saat acara berlangsung, semua peserta diminta membuat aturan terkait penggunaan gadget. Tapi karena saat itu yang ikut rata-rata emaknya saja, jadi kami bikin sendiri-sendiri. Baiknya tentu saja disepakati bersama.

Tiap orang punya aturan yang berbeda-beda. Tidak apa-apa, karena tiap keluarga tentu beda juga nilai dan prinsipnya. Ada yang membuat aturan anaknya hanya boleh nonton dari gadget saat perjalanan pergi dan pulang dari daycare, lalu weekend tidak boleh pakai gadget sama sekali. Saya pribadi kebalikan, Akas hanya boleh nonton saat weekend dengan jam yang dibatasi, weekday ga usah nonton.

Pelaksanaannya gimana? Gimana yaaa. Ahaha. Saya akui saya memang belum konsisten juga. Kadang weekday kalau lagi butuh mengerjakan hal lain dan anaknya rewel, saya kasih tontonan, heuheu. Tapi sebisa mungkin ngga sih.

Sekian catatannya. Yay kelar juga, wkwk.

Sebagai penutup, di catatan saya ada kalimat ini: “Belajar parenting bukanlah untuk mengubah anak, tapi untuk mengubah kita agar kita bisa jadi role model yang baik untuk anak, sehingga kita bisa meninggalkan memori yang baik untuk anak kita nantinya”.

Salam,

Reisha Humaira

9 komentar pada “Detox Gadget: Cara Menyikapi Gadget di Kehidupan Anak

  • 16 Mei 2019 pada 12:10
    Permalink

    Jaman sekarang gak cuma anak2 yang harus detox, yang gede juga.. hahaha.. Kadang dalam 1 Minggu, ada hari dimana saya mencoba gak menyentuh gadget dalam kurun waktu tertentu. Gantinya ? Bikin gambar manual. Hahhaa..

    Balas
    • 16 Mei 2019 pada 15:28
      Permalink

      Wah mantap kali bisa menggantinya dengan menggambar. Saya tiap hari masih pegang HP dan laptop, wkwk.

      Balas
  • 16 Mei 2019 pada 12:24
    Permalink

    makasih teh sharingnya..cocok banget buat aku yg pengen detox gadget niy

    Balas
    • 16 Mei 2019 pada 15:30
      Permalink

      sama-sama teh, semoga bermanfaat dan bisa diterapkan, hehe.

      Balas
  • 17 Mei 2019 pada 10:27
    Permalink

    kedua tema nya menarik banget mbaa..

    aku awalnya juga jadi emak idealis, gak boleh ngenalin gadget ke anak.. eh semakin kesini pertahanan rapuh juga. ku kenalkan lah ankku dgn gadget, niat nya biar sedikit anteng krn ku lagi lelah dan si anak gak bisa diem banget.
    tapi hasilnya apa? doi jadi kecanduan dan dikit2 minta nonton yutub di hp. sedih banget aku..

    akhirnya skrg ku berusaha gak pegang hp ketika ada didekat dia.. ku selalu umpetin hp dan berusaha agar dia lupa sama hp itu. hihi.. semoga perlahan anakku bisa ngelupain si gadget, dan semoga emak nya juga tahan gak pegang hp dirumah, kecuali saat anak tidur.. hehehe.. tantangan bgt.

    Balas
    • 17 Mei 2019 pada 11:45
      Permalink

      Hehe iya mba, kedua tema menarik, apa daya yang satu lagi pas hari kerja jadwalnya, hehe.

      Wah tiap anak beda-beda ya memang responnya terhadap gadget. Ada yang ga dibiasain pake gadget, tapi begitu dikasih bentar udah langsung lengket, ada yang cuek juga. Anak saya juga beberapa kali gitu, dikit-dikit minta nonton yutub, kalo ga dikasih jadi nangis atau ngamuk. Tapi saya prinsipnya ga boleh kalah sama anak, jadi kalau udah kayak gitu kondisinya, dia mau ngamuk kayak gimana pun tetap ga saya kasih. Biarin aja, ntar juga cape sendiri dianya ngamuk-ngamuk, hehe. Tantangan banget emang menghindari HP itu buat ortu, hihi.

      Balas
  • 22 Juni 2019 pada 03:33
    Permalink

    Sebenarnya, jika anak usia dini sudah bisa main gadget (org tuanya belum) itu suatu kebanggaan yg luar biasa. Siapa tau, saat sdh umur 25 (dewasa) anak sdh menguasai macam-macam teknologi. Terutama komputer.

    Tapi bisa juga berdampak buruk jika penggunaannya berlebihan dan banyak digunakan untuk main game. Tergantung control dari orang tua juga, sih.

    Artikel yg bagus, gan.

    Balas
  • Pingback: Nominasi Tulisan Pilihan Minggu 20 - 1 Minggu 1 Cerita

Leave your comment