Idul Adha 1440 H (2019) di Auckland

Selamat Idul Adha semuanyaaa. Jarang-jarang nih saya posting di hari H, hahaha. Yes, hari H, karena Idul Adha di NZ baru jatuh pada hari ini, 12 Agustus 2019. Seperti biasa, mundur sehari lagi dibanding di Indonesia, hehe.

Seperti halnya Idul Fitri, Idul Adha di sini juga bukanlah hari libur. Jadi yaa ga ada bedanya dengan hari lain. Saya pun kebagian berlebaran di hari kerja jadinya, karena hari ini di Indonesia ga libur, hehe. Tapi sejak dulu pun di Indonesia rasanya Idul Adha ga yang wow gimana-gimana. Padahal mestinya jadi hari raya yang paling besar ya? Wong abis Idul Adha aja masih ada hari Tasyrik, heuheu.

Tapi berhubung Idul Adha itu jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, jadinya di sini ga ada drama lagi seperti saat Idul Fitri lalu. Tanggalnya udah fix dari awal bulan Dzulhijjah. Jadi penyelenggara shalat Ied pun ga perlu booking tempat untuk dua hari lagi.

Baca juga: Idul Fitri 1440 H (2019) di Auckland

Di NZ, Idul Adha tahun ini adalah Idul Adha satu-satunya yang kami lalui selama kami tinggal di sini. Juli tahun depan kami sudah mesti kembali ke Indonesia, sementara Idul Adha pastinya masih jatuh di bulan Agustus kan ya.

Kami kembali mengikuti shalat Ied yang diadakan oleh HUMIA (Himpunan Umat Muslim Indonesia di Auckland). Kali ini shalat Ied-nya diadakan di Mt. Albert War Memorial Hall.

Mt. Albert War Memorial Hall
Mt. Albert War Memorial Hall, lokasi shalat Ied

Pagi hari saat berangkat, cuacanya galau. Awalnya mendung, tiba-tiba gerimis. Untungnya mendekati tempat acara, langitnya terlihat biru. Agak malas soalnya kalau pagi-pagi di musim dingin kena hujan, hehe. Gedung hall-nya tampak besar, tapi begitu masuk ke dalam, tampaknya ruangan tengahnya tidak seluas hall tempat melaksanakan shalat Idul Fitri lalu. Orang-orang yang datang pun belum terlalu banyak, padahal saat itu sudah jam 7.40, dan shalat Ied dijadwalkan dimulai pada pukul 08.00.

Sekitar jam 8 barulah jamaah bertambah ramai. Yang ikut shalat Ied tidak hanya warga Indonesia, tapi juga warga negara lain. Sepertinya HUMIA ini memang dikenal di kalangan muslim di Auckland ya, ga cuma orang Indonesia.

Sebelum shalat Ied dimulai, panitia mengingatkan jamaah agar seusai shalat tetap duduk dengan tenang karena masih ada khutbah. Wkwk, emang perlu banget diingatkan kayaknya ya. Kalau ga mungkin abis shalat langsung pindah ke ruang sebelah untuk makan-makan, ahaha.

Suasana shalat Idul Adha

Selesai rangkaian shalat Ied dan khutbah, panitia mempersilakan jamaah yang hadir untuk silaturahmi dan makan-makan. Horeee #eh. Ikut acara HUMIA selalu berasa perbaikan gizi deh, obat kangen masakan Indonesia saat ga bisa atau males masaknya sendiri, hihi.

Ada banyak makanan terhidang
Ada bakso, ada yang bakar daging juga

Selesai makan, Akas minta main ke Rocket Park. Jadi di area Mt. Albert War Memorial ini ada playground yang dinamai Rocket Park. Sepertinya karena ada mainan berbentuk roket di sana. Dari awal sampai di sana, Akas udah ngeh ada playground ini, tapi kan kita mau shalat dulu, jadi dia mesti menunggu.

Suasana saat makan-makan

Saat kami berjalan menuju Rocket Park, langitnya masih biruuu. Tapi baru main sebentar, tiba-tiba turun hujan. Weleh. Untungnya ga lama. Abis itu cerah lagi. Labil banget memang cuaca di Auckland ini. Mungkin karena anginnya cukup kencang juga, jadi awannya cepat banget pindah-pindah posisinya.

Roketnya kelihatan banget dari pinggir jalan raya

Setelah puas bermain, kami pun segera pulang. Rencananya mau ke dokter untuk mengecek imunisasi Akas, karena disuruh sekolahnya untuk memastikan apakah imunisasi Akas udah cukup untuk standar NZ. Eh ternyata ga bisa langsung hari ini, mesti bikin appointment dulu, baeklah.

Udah aja segitu cerita Idul Adha-nya, wkwk. Ga ada yang menarik memang, hiks. Tapi harus ditulis biar ada kenangannya, hehe.

Btw, tahun ini melihat timeline Facebook saya, banyak teman-teman seumuran (atau beda dikit lah umurnya, hehe) yang menunaikan ibadah haji tahun ini. Adik ipar saya juga (tapi adik saya ga, karena suaminya ini daftarnya dari sebelum nikah). Iriiii karena masih muda udah pada naik haji aja. Tapi kalau dikasih kesempatan naik haji dalam waktu dekat, apa saya siap?

Dulu waktu kecil saya kira naik haji itu kalau udah tua aja. Mungkin karena waktu itu di sekitar saya kebanyakan orang-orang naik haji saat sudah punya cucu. Jadi dalam bayangan saya, jalan hidup manusia itu saat tua adalah naik haji lalu rajin ibadah setiap hari biar siap “dipanggil” kapan saja.

Tapi saat kuliah di Jepang, pandangan saya berubah. Saat itu beberapa rekan yang saya kenal di Jepang melaksanakan haji dari Jepang. Di Jepang memungkinkan sekali daftar dan berangkat di tahun yang sama, karena ga ada antrean bertahun-tahun seperti di Indonesia.

Dengan modal nabung dari beasiswa ditambah baito alias kerja part time, mungkin banget lho ngumpulin dana untuk berangkat haji dari Jepang. Tapi dulu itu saya ga pernah kepikiran daftar haji dari Jepang, karena saya belum nikah dan pengennya kan pergi haji itu sama suami, huehe.

Lalu, sekarang saya sudah menikah. Tapi tahun-tahun awal kami belum kepikiran daftar haji karena mau urusin yang lain dulu. Saat ini sudah kepikiran untuk daftar haji, tapi mungkin baru tahun depan ya eksekusinya. Nunggu balik ke Indonesia dulu. Semoga dimudahkan jalannya. Ya Allah, undanglah kami ke rumah-Mu di waktu yang tepat, aamiin.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment