Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-7 (Trimester 3, 29W2D)

Pemeriksaan kandungan kali ini adalah kontrol terakhir saya di Balikpapan, karena setelahnya saya akan pulang kampung. Dan tujuan utama saya kali ini adalah untuk mendapatkan surat keterangan dokter untuk keperluan penerbangan.

Gagal ke dr. T

Setelah kontrol sebelumnya, saya ingin kembali periksa dengan dr. T karena penjelasannya tentang kondisi janin sangat memuaskan buat kami.

Baca juga: Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-6 (Trimester 2-3, 27W6D)

Awalnya kami ke Siloam Hospital tanggal 13 April 2015. Kami sampai di sana sekitar jam 19.45, telat banget memang. Antrean pendaftaran rupanya buanyak, dan saya merasa petugasnya lelet -_-”. Kami baru dapat giliran mendaftar sekitar jam 20.30, dan dikasih tahu bahwa dr. T ga praktik hari itu. Waktu nunggu antrean, saya udah merasa sih, curiga dr. T ga ada atau udah pulang. Akhirnya kami putuskan untuk periksa keesokan harinya saja.

14 April 2015, kami kembali ke Siloam Hospital. Kali ini kami berangkat lebih cepat. Setelah mendaftar, kami melapor ke bidan, lalu bidannya menghubungi dr. T. Setelah itu, kami diberitahu bahwa ternyata dr. T sedang ada tindakan di rumah sakit lain, jadi beliau ga bisa datang hari ini, bisanya besoknya. Hiks. Besoknya kami sudah terbang ke Padang, jadi ga mungkin lagi. Ya sudahlah. Kami pun minta ganti periksa dengan dr. S saja.

Kontrol Ke-7, 14 April 2015

Agaknya saya kecewa banget gagal ke dr. T, lalu saya jadi ga gitu semangat untuk kontrol hari itu. Asal dapat surat keterangan dokter rasanya udah cukup, heuu. Saat menimbang berat badan, ternyata berat badan saya masih sama dengan berat badan waktu kontrol sebelumnya. Diet karbohidrat saya tampaknya berhasil, hihi. dr. S tampak heran atau bingung, berat ibu ga nambah dalam 3 minggu, gimana berat janinnya?

Sebelum USG, suami saya sempat nanya ke dr. S apakah bisa USG 4D dengan beliau. Bukannya menjawab bisa atau tidak, dr. S malah nanya balik “kenapa ga sekalian aja waktu ke dr. T?” Errr. Sudahlah, mungkin maksudnya ga bisa -_-”.

Saat USG, seperti biasa, dr. S melakukan pengukuran. Perkiraan berat si kecil saat itu 1.3 kg, berarti naik sekitar 200 g dari kontrol sebelumnya. Trus dr. S bilang waktu itu si kecil nutupin mukanya pake tangannya. Walah, ga suka difoto ya nak? Hehe. Lalu saya nanya ke dr. S tentang posisi janin.

Saya: Posisi kepalanya udah di bawah belum dok?
dr. S: Sekarang udah di bawah kepalanya.
Saya: Itu posisinya udah bakal fix seperti itu atau masih mungkin berubah dok?
dr. S: Biasanya kalau udah 2 kg, posisinya ngga berubah lagi. Karena beratnya belum 2 kg, masih ada kemungkinan berubah, tapi moga-moga ngga ya.

Hasil USG kali ini masih konsisten dengan USG-USG sebelumnya dengan dr. S, di mana HPL saya adalah akhir Juni. Saya bingung lagi. Bisa dibilang, sebelumnya dengan dr. T HPL saya maju ke tengah Juni, sekarang mundur lagi ke akhir Juni. Beda dokter dan beda alat USG, tampaknya perhitungan HPL-nya juga berbeda, heuu.

Saya: Dari USG tadi HPL-nya kapan dok?
dr. S: 28 Juni.
Saya: Dulu sama dr. T katanya HPL saya 18 Juni, kok bisa beda ya dok?
dr. S: Variasi aja, kan sebenarnya lahirnya bisa sebelum atau setelah HPL. Tapi biasanya yang kepake itu HPL waktu USG di 3 bulan pertama.

Selanjutnya saya minta surat keterangan layak terbang dari dr. S untuk penerbangan saya keesokan harinya. Di surat tsb, usia kehamilan saya tertulis 29-30 minggu.

image

Saat menulis resep, dr. S bilang “Ini obatnya diminum malam ini, lalu minum lagi 8 jam setelahnya, sebelum naik pesawat. Nanti untuk penerbangan kedua, kalau pesawatnya delay lama, diminum lagi obatnya.”. Lha saya bingung itu obat apa. Saya pun bertanya.

Saya: Itu obat buat apa dok?
dr. S: Untuk mencegah kontraksi waktu di pesawat.
Saya: Oh, berarti diminumnya untuk perjalanan besok aja ya dok?
dr. S: Iya.

Saya lupa persisnya setelah itu dr. S bilang apa. Yang saya ingat, obat tersebut ada banyak, sisanya nanti bisa saya minum kalau terasa kontraksi atau kram. Tapi dalam hati saya udah bertekad minum obatnya 2x aja (malam dan sebelum terbang). Ga mau euy kebanyakan minum obat.

dr. S juga bilang ke kami bahwa setelah ini kami harus melakukan pemeriksaan kandungan sekali 2 minggu. Wah udah masanya saya periksa lebih sering ke dokter, hehe.

Untuk suplemen, setelah sebelumnya selalu kombinasi Folamil Genio dan kalsium, kali ini saya dikasih Folamil Genio dan suplemen zat besi. Di apotek Siloam Hospital, rupanya obat untuk mencegah kontraksi tadi (Hystolan) ga ada. Akhirnya saya beli aja di apotek Kimia Farma.

Resume Kontrol Ke-7

image

Catatan kontrol dan USG:

  • Tanggal: 14 April 2015
  • Tempat: Siloam Hospital Balikpapan (dr. S)
  • Tensi Ibu: 110/80
  • Berat Ibu: 63.5 kg (tetap dalam 3 minggu)
  • Hasil USG
    EFW (perkiraan berat janin): 1333g
    FL (panjang tulang paha): 56.1mm, 29W1D ± 22D, 29-06-15
    AC (ukuran lingkar perut): 23.8cm, 28W0D ± 15D, 07-07-15
    BPD (diameter kepala): 75.7mm, 30W5D ± 14D, 18-06-15
    AVE (perkiraan usia kehamilan): 29W2D, 28-06-15
  • Suplemen: Folamil Genio untuk 30 hari & Feritrin untuk 14 hari
  • Obat: Hystolan (10 tablet)

Biaya pemeriksaan kehamilan:

  • Pendaftaran pasien lama: Rp15.000
    Prosedur USG dengan print: Rp210.000 (tampaknya biayanya naik Rp20.000)
    Konsultasi dokter spesialis: Rp125.000
    Folamil Genio (30 x @Rp4.944): Rp148.320
    Feritrin (15 x @Rp3.270): Rp49.050
    Hystolan (10 x @Rp6.048): Rp60.480
  • Total = Rp607.850

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment