Diari Kehamilan Pertama: Naik Pesawat Saat Hamil Besar

Tanggal 15 April 2015 lalu saya dan suami terbang dari Balikpapan ke Padang karena nanti insya Allah akan melahirkan di Bukittinggi. Jadwal keberangkatan saya ini dipercepat dibanding rencana awal. Dulu saya berencana pulang kampung pada akhir April atau awal Mei saat usia kehamilan mendekati 32 minggu, karena saat itu HPL masih di akhir Juni. Tapi karena saat kontrol ke-6 HPL-nya jadi maju, berangkatnya pun jadi dimajukan, heuu.

Baca juga: Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-6 (Trimester 2-3, 27W6D)

Perjalanan Balikpapan-Padang kami tempuh dengan 2x penerbangan, yaitu Balikpapan-Jakarta (± 2 jam) dan Jakarta-Padang (± 1 jam 50 menit).

Ketentuan Garuda Indonesia untuk Ibu Hamil

Kami menggunakan maskapai Garuda Indonesia karena dapat makanan dalam pesawat, haha lebih nyaman dibanding maskapai lain. Alhamdulillah ada jatah tiket dari perusahaan suami, hehe. Saya coba browsing aturan Garuda Indonesia untuk ibu hamil, penjelasannya beda-beda, ga tau mana yang bener. Akhirnya saya telpon aja untuk memastikan.

Awalnya saya telepon Contact Center Garuda Indonesia. Lama banget sampai bisa ngobrol sama operatornya -_-. Dari operatornya saya cuma dapat info ibu hamil maksimal bisa terbang di usia kehamilan 36 minggu. Untuk apa saja yang perlu disiapkan, saya disuruh menghubungi Garuda Sentra Medika (GSM) -_-.

Dari nanya-nanya ke GSM, ketentuan Garuda Indonesia untuk ibu hamil sebagai berikut:

  • Usia kehamilan <32 minggu cukup menyiapkan surat keterangan dari dokter.
  • Usia kehamilan 32-36 minggu harus mendapatkan persetujuan dari dokter di GSM yang berupa surat Medical Information (MEDIF).
  • Usia kehamilan >36 minggu tidak diperbolehkan melakukan perjalanan dengan pesawat terbang.
  • Informasikan kehamilan pada petugas darat dan awak kabin.

Saya sempat bertanya tentang surat MEDIF itu, karena saya tinggal di Balikpapan sementara GSM cuma ada di Jabotabek. Untuk yang tidak bisa mengurus langsung ke GSM, surat MEDIF bisa didapatkan dengan cara:

  • Hubungi GSM untuk mendapatkan form MEDIF (bisa dikirimkan via email/fax).
  • Minta dokter setempat untuk mengisi form MEDIF tersebut.
  • Kirimkan form MEDIF yang telah diisi ke GSM (bisa menggunakan fax atau kirim scan-nya via email).
  • Dokter di GSM akan mengecek form MEDIF tsb. Selanjutnya form MEDIF yang sudah ada approval dari dokter di GSM akan dikirimkan kembali kepada yang bersangkutan (bisa dengan fax atau scan-nya via email).
  • Ada biaya yang harus dibayarkan untuk approval dokter di GSM ini, kalau tidak salah Rp255.000.

Saya dulu minta dikirimi form MEDIF-nya via email, tapi akhirnya ga kepake. Saya sempat berharap pulang kampungnya tetap akhir April atau awal Mei, jadi saat itu usia kehamilan sudah sekitar 33 minggu. Tapi suami ga mengizinkan karena lebih riskan, walaupun dari sisi maskapai sebenarnya masih memperbolehkan. Akhirnya saya terbang di usia kehamilan sekitar 30 minggu, cukup pakai surat keterangan dokter aja. Surat keterangan dokter ini katanya maksimal tertanggal 1 minggu sebelum keberangkatan.

Persiapan Sebelum Keberangkatan

Saya ga ada persiapan khusus untuk penerbangan kali ini. Paling nyiapin surat keterangan dari dokter aja. Surat keterangan dokter saya dapatkan dari dr. S saat kontrol ke-7, sehari sebelum kami berangkat.

Baca juga: Diari Kehamilan Pertama: Kontrol Kandungan Ke-7 (Trimester 3, 29W2D)

Surat keterangan dokter ini saya fotokopi beberapa lembar untuk jaga-jaga. Berdasarkan pengalaman teman, karena ada 2x penerbangan, di bandara pertama suratnya diambil, lalu di bandara kedua suratnya ditanyai lagi. Daripada lama nunggu petugas memfotokopi dulu di bandara pertama, mending siapin aja dari awal.

Hal yang selalu bikin males buat saya kalau mau bepergian itu adalah packing, haha. Suami udah menyuruh nyicil packing dari jauh-jauh hari, tapi tetap aja rasanya males kalau berangkatnya masih lama, apalagi sebagian barang masih dipake juga. Akhirnya saya baru benar-benar packing itu malam hari sebelum berangkat. Mau packing dari pagi atau siang ga sempat, karena paginya saya ada kelas yoga hamil, siangnya cari oleh-oleh, lalu sore hingga malam ke rumah sakit untuk kontrol kandungan.

Packing ditambah beresin beberapa hal di rumah ternyata makan waktu lama juga, heuu. Akhirnya baru beres packing itu jam 2 pagi. Huaa. Maaf ya nak, ibu bandel, jadi begadang lagi. Trus karena penerbangannya pagi, jam 4 pagi saya udah kudu bangun untuk siap-siap berangkat. Fyuh, lemes.

Penerbangan Balikpapan-Jakarta

Kami terbang ke Jakarta menggunakan penerbangan GA0561 jam  06.30. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 04.30. Bandara BPN sebenarnya deket banget dari rumah, 15 menit juga nyampe. Tapi kami sengaja berangkat cepat buat jaga-jaga kalau nanti urusan di bandara sama ibu hamil ini rada lama, hehe.

Sesampainya di bandara, kami langsung check in. Saat check in, saya minta dipilihkan seat dekat aisle agar saya ga susah kalo butuh ke toilet. Kami langsung dapat kedua boarding pass untuk kedua penerbangan kami. Saya juga nanya ke petugasnya apakah saya mesti menyerahkan surat keterangan dokter karena saya lagi hamil. Petugasnya menyuruh saya lapor ke ruangan customer service.

Di ruangan customer service, saya melapor, lalu petugasnya mengeluarkan form. Petugasnya mengisi form berdasarkan surat keterangan dokter atau nanya ke saya, lalu saya tinggal tanda tangan. Ada 2 form yang diisi petugasnya: Data Kehamilan Sebelum Melaksanakan Perjalanan Udara (isinya tentang riwayat kehamilan) dan Surat Pernyataan Pembebasan (isinya pernyataan bahwa saya siap dengan risiko terbang dalam kondisi hamil dan membebaskan pihak maskapai dari segala tuntutan kalau-kalau terjadi hal buruk pada saya nanti, kecuali kalau itu memang karena kesalahan pihak maskapainya). Kedua form tersebut serta surat keterangan dokter diserahkan ke saya, katanya nanti akan diminta petugas saat boarding.

Beres dengan urusan administrasi, kami langsung masuk ke ruang tunggu lalu shalat Subuh. Selesai shalat kami pun duduk sebentar untuk minum, sambil menunggu panggilan boarding.

Oiya setelah masuk ke ruang tunggu ini, kami ga bisa pakai troli lagi. Koper-koper sih emang udah masuk bagasi, tapi saya dan suami masing-masing bawa ransel isi laptop yang ga mungkin dimasukin ke bagasi. Saya sebelumnya agak khawatir gimana cara bawanya, apalagi laptop saya masih laptop tua yang berat. Ternyata suami bilang biar dia saja yang bawain. Jadinya suami kudu nyandang 2 ransel yang berat, kasian lihatnya. Beberapa kali saya nanya apa gpp, katanya gpp. Jadi terharu.

Saat boarding, saya menyerahkan dokumen yang dikasih sama customer service tadi, dan ternyata petugasnya cuma ngambil dua form itu. Surat keterangan dokternya ga diambil. Padahal saya udah nyiapin fotokopi suratnya.

Saat pesawat take off, alhamdulillah biasa aja rasanya. Ga kerasa berguncang juga. Masih jauh lebih mending rasanya take off pesawat dibanding naik mobil melewati jalan yang ga rata atau rusak, hehe. Selama di pesawat, saya berusaha tidur karena badan udah lemes banget, tapi susah banget buat tidur, huhu. Mungkin karena faktor bentuk kursi pesawat juga yang bikin posisi duduk jadi rada membungkuk. Akhirnya saya ketiduran juga sih walau posisinya ga nyaman. Dan saat saya bangun, pesawatnya udah ada di darat lagi nyari tempat parkir *emangnya mobil :P*. Jadinya saya ga ngerasain saat-saat landing.

Penerbangan Jakarta-Padang

Kami transit dulu di bandara CGK. Setelah keluar dari pesawat, kami melapor ke petugas bagian transit. Karena kami sudah punya boarding pass, kami pun bisa langsung ke ruang tunggu untuk menunggu boarding. Syukurlah di terminal 2 bandara CGK ini ada troli kecil, jadi suami saya terbantu untuk bawa 2 ransel yang berat itu.

Untuk ke Padang, kami menggunakan penerbangan GA0148. Jadwalnya sih jam 09.15, tapi ternyata pesawatnya delay 40 menit. Ckckck. Garuda Indonesia pun bisa kena delay di bandara CGK. Untungnya kalo Garuda Indonesia lebih jelas ngurusin penumpangnya. Dibilang delay 40 menit, beneran delay-nya segitu. Mereka pun nyiapin kotak berisi roti dan air minum sebagai kompensasi delay, tapi ga kami ambil karena kami masih kenyang dan malas makan roti.

Pesawat yang akan kami naiki ternyata posisinya jauh banget dari ruang tunggu. Jadilah kami mesti naik bus dulu untuk ke sana. Saat take off, seperti sebelumnya, rasanya biasa aja. Di pesawat, mencoba untuk tidur lagi, dan masih rada susah juga. Sebelum landing di bandara PDG, saya udah kebangun. Dan landing kali ini terasa agak kurang mulus, untungnya ga sampai berguncang keras.

Alhamdulillah perjalanan dengan pesawat saat saya hamil besar ini lancar dari awal sampai akhir. Ga ada masalah dengan si kecil, paling sayanya aja yang kecapean karena kurang tidur. Selama terbang, alhamdulillah juga ga ada turbulensi, jadi tenang banget pesawatnya saat di udara. Keluar dari bandara PDG, kaki saya rada membengkak. Mungkin karena kombinasi kecapean, kebanyakan jalan dan berdiri, serta lama duduk di pesawat.

Salam,

Reisha Humaira

2 komentar pada “Diari Kehamilan Pertama: Naik Pesawat Saat Hamil Besar

  • 24 Agustus 2023 pada 19:46
    Permalink

    Halo kak aku ada rencana mau naik psawat garuda di 33 weeks. Kan butuh medif tuh, udh donnlod sih surat nya, tp aku bingung cara ngisinya kak, bolwh gak kak share co toh pngisiian medifnya. Trima kasih kk sblumna

    Balas
    • 24 Agustus 2023 pada 21:56
      Permalink

      Halo, saya dulu ga ngisi medif jadi ga tahu juga, hehe. Kayaknya dokter deh yang ngisi.

      Balas

Leave your comment