9-Jan-2014: Akad Nikah

“Saya terima menikahi anak kandung bapak, Reisha Humaira binti Syaiful Badri, dengan mahar emas 20 gram dan uang 14 euro tunai karena Allah”. Sepotong kalimat tersebut akhirnya mengesahkan kami sebagai sepasang suami istri. Alhamdulillah ijab qabulnya lancar, semoga Allah selalu melimpahkan barakah-Nya kepada kita semua. 🙂

Baca juga: 9-Jan-2014: Manjapuik Marapulai

Akad Nikah

Setelah rombongan keluarga besar pergi ke Masjid Darul Ihsan Baso, saya pun menuju ke sana bersama mama. Jalan kaki aja karena masjidnya deket dari rumah saya, hehe. Sesampainya di sana, di dalam masjid sudah terpisah duduk antara laki-laki dan perempuan, sementara itu Evan duduk terpisah di tengah sendiri. Sempat ditemani Pak Uncu sih, tapi saya juga ga ngerti kenapa duduknya mesti dipisahin gitu, hihi.

image

Tak lama kemudian acara dimulai dan dibuka oleh MC. Bertindak sebagai MC adalah Ni Eng, sepupu saya. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Pak Uncu.

image

Selanjutnya kedua mempelai beserta orang tuanya (untuk Evan diwakilkan oleh nenek dan omnya) diminta untuk mengambil tempat agak ke depan, lalu kami para mempelai duduk bersimpuh dan memohon maaf kepada orang tua masing-masing. Kayak sungkem mungkin kalau di Jawa.

image

image

Kemudian MC menyerahkan acara kepada penghulu, yang waktu itu kebetulan adalah Kepala KUA Kec. Baso sendiri. Pak KUA menyampaikan sambutan beserta khutbah nikah. Khutbahnya keren banget, ditambah dengan penyampaiannya yang baik, runtut, dan jelas. Selanjutnya dimulailah prosesi inti dan sakral itu, ijab qabul.

image

Sebelumnya, saya ga ada perasaan deg-degan sedikitpun, hingga saat akan ijab qabul saya mulai agak deg-degan, dan langsung refleks megangin tangan mama, hihi. Saya deg-degan karena khawatir ijab qabulnya ga lancar sehingga mesti diulang. Apalagi kalimat qabulnya sedikit lebih panjang dari yang biasa saya dengar plus tidak pakai contekan tertulis sama sekali. Alhamdulillah ijab qabul-nya langsung sah, Evan-nya ga grogi dan mantep banget ngomongnya. Papa saya malah yang grogi kayaknya hihi.

image

Oia di tempat saya biasanya saat ijab qabul itu mempelai wanita sudah duduk di sebelah mempelai pria. Tapi dari awal saya request untuk tidak langsung duduk di sebelah Evan saat ijab qabul, mending setelah sah jadi suami istri aja. Tapi ga pake disembunyiin dulu juga, hehe.

Acara selanjutnya adalah penandatanganan buku nikah dan dokumen-dokumen terkait oleh kedua mempelai serta wali nikah dan para saksi, dilanjutkan dengan pembacaan Sighat Ta’liq. Saat penandatanganan itu barulah saya pindah duduk ke sebelah suami saya *ecieee*.

image

image

Berikutnya, Pak KUA menyerahkan buku nikah kepada kami. Kemudian foto dulu. Akhirnya punya foto sambil megang buku nikah juga, uhuy.

image

Acara selanjutnya adalah penyerahan mahar. Pertama kalinya deh ini salaman dan pegangan tangan sama Evan. 😀

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Mahar Pernikahan

image

Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemasangan cincin kawin. Dan teteup, ada sesi foto juga, hehe.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Membeli Cincin Kawin

image

image

Selanjutnya penyerahan alat shalat yang tadinya mau dijadikan mahar juga tapi batal karena petugas KUA bilang ga muat diketik di buku nikah. :))

image

Acara berikutnya adalah penyampaian nasihat perkawinan oleh Mak Dang Mahdi.

image

Yang setelahnya kami ga nyangka banget, kedua mempelai diminta untuk menyalami para keluarga dan tamu yang hadir pada saat itu. Weleh, belum pernah saya liat di nikahan orang justru mempelainya yang menghampiri untuk bersalaman. Tapi ga masalah sih, anggap aja memohon doa dan restu dari semua yang datang. 🙂

image

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Mak Yon.

image

Berikutnya adalah sesi foto bersama di masjid. Sesi foto ini sebentar aja, soalnya semua rombongan langsung kembali menuju rumah saya untuk acara malewakan gala.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Dokumentasi Foto dan Video

image

Sementara rombongan mulai keluar dari masjid, ada sesi foto khusus berdua dulu dari tim dokumentasi. Sesi foto ini ngebut juga gara-gara udah dibilangin marapulainya ditunggu secepatnya di rumah, haha.

image

Malewakan Gala

Di Minangkabau dikenal pepatah “ketek banamo, gadang bagala”. Gala (gelar) adalah panggilan baru yang disematkan kepada laki-laki yang sudah menikah, sebagai bentuk penghormatan dan tanda kedewasaan dari mempelai pria. Pemberian gala ini berbeda tergantung daerah masing-masing.

Malewakan gala berarti mengumumkan gala dari mempelai pria yang selanjutnya jadi urang sumando dalam keluarga mempelai perempuan. Pada masyarakat yang masih memegang kuat adatnya, tabu untuk memanggil urang sumando dengan nama panggilannya. Acara malewakan gala ini pakai sambah-manyambah juga dan dilanjutkan dengan makan bersama. Gala untuk suami saya adalah Sidi Mangkuto.

image

Mamulangkan Tando

Setelah resmi sebagai suami istri, maka tando yang diberikan sebagai ikatan janji saat maanta siriah dikembalikan oleh kedua belah pihak. Untuk prosesi ini kebetulan waktu itu ga ada sesi khusus, soalnya sebagian keluarga suami saya mau kembali ke Padang, jadi tando-nya langsung dipertukarkan aja. 😀

Baca juga: 4-Jan-2014: Maanta Siriah

Setelah itu, kami sesi foto khusus berdua lagi, kali ini di dalam kamar pengantin.

image

Selesai?

Ternyata belum. Huaa. Sesi foto kami berakhir sekitar pukul 17.30. Setelahnya saya kira kami sudah bisa bersantai dan istirahat di rumah. Tapi saat itu kebetulan keluarga dari pihak papa saya lagi di perjalanan dari kampung papa di Pesisir Selatan sana. Ga cuma keluarga papa, tapi juga sejumlah tetangga di sana. Mau ga mau mesti ditungguin dulu. Sampainya baru sekitar jam 9an malam. Huaa. Jadinya ketemu dulu, nemenin makan dulu, dsb.

image

Udah jam 22.30, saya udah ngantuk parah, tapi ternyata saya masih harus melek. Dari rombongan keluarga papa ada pemberian berupa makanan dan hadiah yang mesti diserahkan langsung kepada kami. Banyak banget deh pemberiannya, ditambah cincin dan gelang emas yang mesti dipasangkan langsung ke saya. Muka udah kusut banget dan pengen tidur, huhu.

image

Akhirnya setelah itu kami bisa istirahat. Kalau masih mesti melek saya nyerah deh. Cape banget rasanya, padahal acara intinya sendiri cuma 1 jam-an, ckckck. Dan kecapean pun sukses bikin tepar. Masuk kamar langsung deh tidur. Acara keesokan harinya sudah menanti.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment