Jurnal Zona 1 Day 4: Ngaji Online

Sejak beberapa bulan lalu, Akas saya ikutkan kelas belajar ngaji di sini. Kelas ngajinya sendiri cukup santai, apalagi anak-anak yang diajar cukup banyak dengan rentang usia yang cukup jauh. Belajarnya cuma 1x seminggu.

Untuk belajar baca Al-Qur’an sendiri sebenarnya bisa saya ajarkan di rumah, Akas juga udah belajar Iqra sebagian. Kalau targetnya pengen cepat bisa baca Al-Qur’an mah mending digempur belajar di rumah. Tapi kami tetap ikutkan kelas ngaji biar dia ada suasana baru, belajar bareng teman-temannya.

Karena di Auckland masih ada pembatasan kumpul-kumpul, kelas ngaji pun kembali diadakan secara online seperti saat lockdown dulu.

Temuan Hari Ini

Walau ini bukan kali pertama Akas ikut kelas ngaji online, tapi tetap aja menantang rasanya. Tantangan utama buat Akas adalah dia cepat bosan, apalagi kalau lagi nunggu giliran baca.

Hari ini, seperti biasa, dia ga bisa duduk dengan tenang. Noleh dan gerak sana-sini, lalu ketika giliran dia baca, dia ga fokus sama sekali, dan suaranya kecil banget. Padahal udah sering dibilangin, heuu.

Saya yang awalnya mau membiarkan dia sendiri aja, akhirnya gemez juga buat ngarahin dia baca. Tapi responnya tetep aja begitu, ogah-ogahan banget.

Lama-lama pengen ngomel-ngomel jadinya. “Belajar yang serius donk, duduk yang tenang, sopan. Dengerin gurunya baik-baik, diingat-ingat, pikiran jangan ke mana-mana. Kalau ga bener belajarnya, abis ini ga boleh nonton lagi!” Dulu sih pernah ngomel kayak gitu, tapi kali ini saya coba tahan. Saya coba ngomong baik-baik dan sesimpel mungkin.

Di satu sisi, saya khawatir kalau dia nanti malah punya memori buruk untuk belajar mengaji. Di sisi lain, saya mencoba menempatkan diri di posisinya.

Di kelas ngaji ini mereka ga pakai buku Iqra kayak yang biasa kami pakai di rumah, jadi bisa dimengerti Akas itu kadang kebingungan untuk switch context. Lalu karena yang dia baca itu masih hal baru buat dia (di Iqra belum sampai ke situ), jadi dia rada lama mencernanya.

Akas juga mungkin merasa overwhelmed, karena terlalu banyak informasi yang masuk ke kepalanya dalam satu waktu. Ada suara guru atau temannya di laptop, suara saya yang ngomong kasih penjelasan, dan suara ayahnya yang geregetan.

Abis mikir begitu, saya memilih diam dan membiarkan Akas belajar sendiri. Segala kekurangan di hari ini adalah PR buat saya.

Tantangan yang Dihadapi Hari Ini

Menahan emosi ini selalu jadi tantangan deh dalam komunikasi dengan anak, heuu. Dan hari ini juga jadi reminder bahwa kaidah choose the right time dan eye contact itu juga berlaku untuk komunikasi dengan anak.

Tantangan lain adalah menurunkan ekspektasi terhadap anak. Anak itu ga akan selalu excellent dalam segala hal. Ada kalanya dia cepat belajar sesuatu, ada kalanya dia butuh waktu panjaaang sekali untuk memahami sesuatu.

Di situasi hari ini sebenarnya ada banyak poin komunikasi produktif yang bisa dipakai, tapi saya merasa belum berhasil menerapkannya dengan baik.

Poin Komunikasi Produktif Hari Ini

Keep Information Short & Simple (KISS)
Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan◻️
Fokus ke depan, bukan masa lalu◻️
Ganti kata “TIDAK BISA” menjadi “BISA”◻️
Fokus pada solusi, bukan pada masalah
Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Ganti nasihat menjadi refleksi pengalaman◻️
Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi◻️
Ganti kalimat yang menolak/mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati◻️
Ganti perintah dengan pilihan◻️

Rencana untuk Esok Hari

Besok, Senin, Akas kembali sekolah. Rencana komunikasi produktif untuk besok tidak jauh-jauh dari rutinitas sebelum atau sepulang sekolah.


Nilai Pribadi untuk Hari Ini

Peringkat: 2 dari 5.

#harike-4
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment