Jurnal Zona 1 Day 3: Drama Sebelum Makan

Jurnal hari ini kembali berbeda dengan rencana kemarin, hehe. Urusan screen time ga terlalu diribetin, komunikasi produktif justru dipraktikkan saat sebelum sarapan dan makan siang.


Urusan makan, alhamdulillah Akas itu sebenarnya termasuk yang ga susah makannya bahkan dari awal MPASI pun. Namun bukan berarti sesi makannya selalu berjalan dengan lancar jaya.

Drama-drama dikit pastinya ada. Dan kadang ada kalanya drama ini saya respon dengan emosi, hiks.

Temuan Hari Ini

Akas bangun pagi dengan ceria. Awal yang baik sebenarnya. Selanjutnya giliran saya menyiapkan sarapan. Rada lama mungkin prosesnya buat Akas, ketika saya masih berkutat di depan kompor, dia merengek “hungry…”

Akas lalu meminta snack, yang tentu saja saya tolak karena dia belum sarapan. “Tunggu dulu aja Kas, ini bentar lagi beres,” kata saya agak keras. Dia masih tampak tidak sabaran, lalu saya suruh main dulu aja.

Ketika sarapannya udah jadi, saya kasih ke Akas dan suruh dia makan. Tahu apa responnya? “I’m not hungry yet.” Eleuh eleuh. Ini bukan kali pertama ceritanya begini. Kadang bikin saya ngomel, “Tadi pas ibu masak, desak-desak bilang lapar, lapar. Sekarang giliran udah beres, malah bilang belum lapar. Huh.” Tapi kali ini saya diamkan saja.

Dia pun mulai makan, tapi belum juga habis setengahnya, dia bilang udah kenyang. Lagi-lagi, ini bukan kali pertama, dan saya udah hapal, dia mau cepat udahan karena mau nonton. Weekend itu memang jatah waktunya untuk nonton. Saya cuma bilang “habiskan dulu sarapannya, baru boleh nonton.” Ayahnya ikut nimbrung dengan agak keras dan dia pun nurut.

Lanjut ke makan siang. Hari ini saya agak telat juga ajak dia makan siang, baru ngeh udah jam 2 aja. Dia lapar, tapi diajak makan siang malah nolak, maunya snack dulu. Hadeh. Tentu saja permintaannya lagi-lagi saya tolak.

Responnya kali ini lebih parah dibanding pagi. Dia nangis-nangis. Weleh. Saya mencoba tetap tenang karena tadi pagi saya sempat agak emosi. Saya bilang dengan intonasi yang ramah, “makan siang dulu ya Kas, setelah itu ga apa-apa makan snack“. Tangisnya makin menjadi-jadi disertai dengan guling-guling.

Saya coba pakai strategi lain. “Akas mau snack sekarang tapi nanti sore ga boleh makan snack lagi, atau makan siang dulu abis itu boleh makan snack sepuasnya?” Masih ga mempan karena dia maunya sekarang snack dulu dan nanti tetap boleh snack, haha. Nangisnya masih berlanjut.

Ganti cara lagi. Saya perjelas apa yang saya mau. “Ibu maunya Akas makan siang dulu sekarang. Udah jam 2, dan Akas belum makan siang.” Dia masih aja nangis, dan saya bilang “kalau Akas sekarang mau nangis dulu, silakan, ga apa-apa”.

Setelah beberapa saat, tangisannya mulai mereda. Mungkin dia sadar saya ga akan kalah dengan tangisannya, haha. Akas pun ngomong, “tapi kalau Akas makan siang dulu nanti makannya lamaaa”. Maksud dia, dia pengen makan snack secepatnya, tapi kalau makan siang dulu malah lama ntar bisa makan snack-nya.

Saya semangati deh, “Akas bisa kok makan cepat. Akas kan juga udah pernah bisa makan cepat.” Dia tampak mikir, mungkin mau cari argumen lain. Lalu saya tawarkan, “Akas mau makan yang nasinya dicetak kayak bekal Akas ga?” Mukanya pun berubah cerah dan memilih nasinya mau dicetak pakai cetakan apa. Alhamdulillah dramanya pun selesai.

Tantangan yang Dihadapi Hari Ini

Seperti biasa, tantangan utama saat anak tantrum itu adalah mengendalikan emosi sendiri. Apalagi kalau sedang sibuk atau lagi banyak pikiran, respon tercepat yang keluar adalah berupa marah-marah disertai ancaman, huft. Di situasi seperti itu, menghardik terasa sebagai jalan pintas biaar dramanya segera selesai.

Saya sadar banget sih marah-marah seperti itu ga baik. Betul, dramanya cepat tuntas. Tapi efek jangka panjangnya ga bagus. Beberapa kali saya merasa, Akas juga merespon sesuatu dengan marah-marah ketika disela saat dia main atau nonton. Anak memang mesin fotokopi yang canggih ya. Jadi saya ingin sekali mengubah hal ini.

Hari ini ketika saya mencoba menghadapi tantrumnya dengan kalem, saya merasa ada yang dia pelajari. Bahwa ketika ada yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, kita bisa bicarakan baik-baik lho tanpa perlu ngamuk-ngamuk. Semoga bisa diterapkan seterusnya yaa, oleh Akas ataupun kami orang tuanya.

Oia tantangan lain ketika anak tantrum itu adalah kreativitas, bagaimana kita mencari berbagai cara untuk menenangkan anak, tidak terpaku pada satu cara saja. Untungnya poin-poin komunikasi produktif itu ada banyak jadi bisa dipilih sesuai situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.

Poin Komunikasi Produktif Hari Ini

Keep Information Short & Simple (KISS)◻️
Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
Fokus ke depan, bukan masa lalu◻️
Ganti kata “TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Fokus pada solusi, bukan pada masalah◻️
Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan◻️
Ganti nasihat menjadi refleksi pengalaman◻️
Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi◻️
Ganti kalimat yang menolak/mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati◻️
Ganti perintah dengan pilihan

Rencana untuk Esok Hari

Rencana untuk besok, samain dengan kemarin aja tampaknya, komunikasi produktif untuk mengurangi waktu nonton.


Nilai Pribadi untuk Hari Ini

Peringkat: 4 dari 5.

#harike-3
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment