Mengaktifkan NPWP Non-Efektif Hingga Mengurus Pemindahan Wajib Pajak

Untuk urusan administrasi pekerjaan, selain SKCK saya juga diminta melengkapi NPWP di bulan April lalu. Tadinya saya kira urusan NPWP ini bakal sederhana sekali, tapi dalam kasus NPWP saya ternyata lumayan banyak yang harus dilakukan.

Baca juga: Mengurus SKCK untuk Urusan Pekerjaan

NPWP Saya Ternyata Non Efektif

Jadi ceritanya dulu saya bikin NPWP pada tahun 2010, tujuannya hanya agar bisa bebas fiskal saat berangkat ke Jepang. Waktu itu saya ga gitu paham guna NPWP ini apa dan katanya kalau mau ke luar negeri ntar di bandara kudu bayar fiskal. Saya juga ga tahu sama sekali fiskalnya itu berapa, tapi katanya bisa gratis kalau kita punya NPWP. Yaa dari pada saya nanti mesti bayar, mending cari yang gratisan donk ya.

Saya bikin deh itu NPWP, bikinnya gampang dan cepat sekali, langsung jadi. NPWP saya pun terpakai di bandara saat keberangkatan itu. Setelah itu, saya tinggal di Jepang selama 3 tahun, NPWP ini ga pernah dipakai. Orang pada lapor SPT tiap tahun, saya ga tahu apa-apa. Toh saya ga tinggal di Indonesia waktu itu, bodo amat lah ya #eh #ampun.

Baca juga: Kuliah S2 di Jepang dengan Beasiswa Monbukagakusho (MEXT)

Tahun-tahun berikutnya, walau sudah kembali ke Indonesia, saya tetap ga pernah lapor SPT. Saya juga ga pernah dapat surat ataupun pemberitahuan dari Dirjen Pajak, jadi ya udah lah ya.

Lalu tahun ini saya bekerja dan diminta menyerahkan fotokopi NPWP. Kebetulan data saya di NPWP masih menggunakan alamat lama, alamat sebelum saya menikah dan pindah KK. Lalu saya kepikiran untuk mengurus perubahan data NPWP saya, mengganti alamat yang tertera di kartu NPWP ke alamat KK saya sekarang.

Baca juga: Mengurus Kartu Keluarga (KK) Baru

Saya pergi ke KPP Pratama Bandung Cibeunying. Di sana saya bilang mau ganti data dan menyerahkan kartu NPWP saya. Petugasnya mengecek dan bilang kalau NPWP saya ini non efektif. Kalau mau ubah data, NPWP-nya mesti diaktifkan kembali, dan itu hanya bisa dilakukan di KPP tempat NPWP kita terdaftar.

Daaan dulu saya bikin NPWP di KPP Pratama Bukittinggi. Artinya saya mesti urus ke Bukittinggi. Untung aja nih ya saya ada agenda mudik bulan itu jadi bisa sekalian ngurus ini. Ga mungkin kalau saya bekerja tapi status NPWP-nya dibiarkan non efektif.

Mengaktifkan Kembali NPWP Non-Efektif

NPWP non efektif itu maksudnya gimana ya? Ini yang langsung saya tanya saat pertama kali dengar istilah ini. Kalau “non aktif” kan lebih mudah dipahami ya, tapi ini tu “non efektif”.

  • Non efektif itu rupanya status yang diberikan kepada Wajib Pajak tertentu dan untuk sementara dikecualikan dari pengawasan administrasi rutin. Wajib Pajak non efektif ini juga dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT.
  • Status non efektif bisa diperoleh dengan mengajukan permohonan, dan dapat pula ditetapkan langsung oleh Dirjen Pajak tanpa ada permohonan dari si Wajib Pajak. Saya ga pernah mengajukan permohonan non efektif, jadi artinya status saya ditetapkan sendiri oleh Dirjen Pajak, tapi ga tahu juga sejak kapan, saya ga pernah dapat pemberitahuannya.
  • Ada beberapa kriteria sehingga NPWP kita bisa ditetapkan jadi non efektif. Dalam kasus saya, dugaan saya karena kriteria ini: Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan tidak bermaksud meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Di satu sisi saya jadi tenang karena artinya selama ini saya ga mangkir dari kewajiban lapor SPT, hihi. Di sisi lain artinya saya harus ngurusin ini, heuheu.

Tanggal 30 April 2018 saya datang ke KPP Pratama Bukittinggi. Kepada petugasnya, saya bilang mau mengaktifkan lagi NPWP saya, sekalian mau ubah alamatnya. Saya diminta mengisi dua formulir berbeda karena urusannya berbeda.

Kantornya ada hiasan beginian

Formulir pertama adalah untuk mengaktifkan kembali NPWP non efektif. Selain isi formulir, petugas juga minta fotokopi KTP. Petugasnya memastikan lagi ke saya apa benar NPWP saya mau diaktifkan lagi, karena setelah diaktifkan, artinya saya siap melaksanakan kewajiban perpajakan. Saya bilang siap karena saya akan bekerja.

Setelah proses ini saya menerima Surat Pemberitahuan Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif. Ga langsung di hari itu sih, suratnya dikirimkan ke alamat di NPWP saya, alias alamat lama.

Surat terkait pengaktifan NPWP non efektif

Segitu aja prosesnya, mudah sekali. Tinggal isi formulir dan fotokopi KTP, tapi hanya bisa dilakukan di KPP tempat NPWP kita dibuat.

Mengurus Perubahan Data NPWP

NPWP bisa dibuat di mana saja, tapi katanya sebaiknya mengikuti domisili KTP yang bersangkutan. Nah karena KTP saya udah ganti dan mumpung udah di KPP juga, jadi sekalian aja ya saya mau ganti alamat di data NPWP saya.

  • Kita bisa mengajukan perubahan data administrasi perpajakan dan ini tidak memerlukan pemberian NPWP baru. Artinya nomor yang tertera di kartu NPWP tidak berubah.
  • Perubahan data yang dimaksud meliputi:
    • Perubahan identitas Wajib Pajak orang pribadi
    • Perubahan alamat tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi yang masih dalam wilayah kerja KPP yang sama
    • Perubahan kategori Wajib Pajak orang pribadi
    • Perubahan sumber penghasilan utama Wajib Pajak orang pribadi

Untuk mengurus perubahan data ini, kita juga tinggal isi formulir, dan dimintai fotokopi KTP lagi. Karena masing-masing formulir beda tujuan, jadi saya ga bisa pakai fotokopi KTP yang sama dengan urusan pengaktifan NPWP tadi. Untunglah di dompet ada beberapa lembar fotokopi KTP, hehe.

Dalam kasus saya, data yang bisa saya ubah yakni: status kawin, nomor HP, dan pekerjaan. Lah, alamatnya bagaimana?

Ceritanya, alamat saya yang lama itu di Kab. Agam, sementara alamat baru di Kota Padang. Dua alamat ini berada dalam wilayah kerja KPP yang berbeda, sehingga saya ga bisa ganti alamat saya begitu saja. Seorang wajib pajak hanya akan dipantau oleh 1 KPP saja, jadi ya harus disesuaikan dengan wilayah kerja KPP.

Setelah proses ini saya juga dikirimi dua surat bersamaan dengan Surat Pemberitahuan Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif tadi:

  • Surat Pemberitahuan Perubahan Data, berisi detail data apa saja yang diubah.
  • Surat Keterangan Terdaftar (SKT), bahwa saya terdaftar pada administrasi KPP Pratama Bukittinggi.
Surat terkait perubahan data NPWP

Alamat belum berubah, KPP juga belum berubah.

Mengurus Pemindahan Wajib Pajak

Untuk mengganti alamat, karena sudah beda wilayah kerja KPP, saya harus mengurus pemindahan wajib pajak. Weleh berasa triple kill karena jadi ada tiga urusan gini.

Untuk mengurus ini caranya juga mudah, tinggal isi formulir lagi, menyerahkan fotokopi KTP lagi, dan menyerahkan kartu NPWP lama. Petugas meminta saya untuk memfoto NPWP lama saya untuk jaga-jaga kalau nanti saya butuh NPWP sebelum saya punya kartu NPWP baru.

Setelah itu, saya diberi slip Bukti Penerimaan Surat. Katanya nanti saya akan dikirimi surat pemberitahuan bahwa saya sudah terdaftar di KPP yang baru, tunggu aja beberapa hari. Suratnya akan dikirim ke alamat baru saya. Kalau saya tidak menerima surat itu, saya tinggal datang ke KPP baru dan menanyakan status saya dengan membawa slip Bukti Penerimaan Surat tadi. Selanjutnya saya bisa datang ke KPP baru saya untuk dibuatkan kartu NPWP baru.

Sampai di sini urusan saya dengan KPP Pratama Bukittinggi sudah selesai, tinggal menunggu surat di Padang. Berhubung saya sudah harus kembali ke Bandung, saya cuma bisa titip suratnya ke adik ipar di Padang.

Rupanya saya juga dikirimi dua surat berikut ke alamat lama:

  • Surat Pindah, bahwa saya dipindahkan tempat terdaftar ke KPP Pratama Padang Dua.
  • Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar, bahwa saya dicabut dari administrasi KPP Pratama Bukittinggi.
Surat terkait pemindahan wajib pajak

Adapun ke alamat baru saya dikirimi Surat Keterangan Terdaftar (SKT), bahwa saya terdaftar pada administrasi KPP Pratama Padang Dua. Hanya ada surat ini, ga ada info terkait pembuatan kartu NPWP baru, hmm.

Surat keterangan terdaftar di KPP baru

Beberapa bulan lamanya saya ga punya kartu NPWP. Untungnya ga butuh juga sih, hehe. Minggu lalu pas mudik lagi, saya urus deh ke KPP Pratama Padang Dua. Saya bawa SKT baru tadi dan bilang kalau saya mau dibuatkan kartu NPWP baru. Petugasnya langsung cek di komputer dan mencetak kartu NPWP saya. Cepat sekali prosesnya. Akhirnya sekarang punya kartu NPWP lagi, horeee.

Urusan Administrasi Perpajakan Itu Mudah Ya

Kalau baca cerita tiga urusan di atas kesannya ribet ga? Mau ganti alamat aja sampai urus pindah wajib pajak, hehe.

Kesannya ribet tapi kenyataannya urusannya mudah dan cepat. Saat datang ke KPP, biasanya kita bakal langsung ambil formulir sesuai keperluan dan segera mengisinya. Saya waktu itu sudah isi formulir perubahan data, tapi ternyata ga bisa pakai itu.

Jangan dikira petugasnya suruh saya bolak-balik ambil dan isi formulir. Formulirnya langsung diserahkan petugasnya di meja dan saya tinggal ngisi sambil duduk. Persyaratannya juga ga banyak, cuma fotokopi KTP. Kalaupun jadi ada tiga formulir yang harus saya isi, ya wajar karena alur prosesnya begitu.

Pokoknya saya ga ada keluhan selama mengurus administrasi NPWP ini. Beda jauhlah sama urusan e-KTP yang banyak dramanya, haha. Kapan-kapan deh saya tulis.

Dipikir-pikir urusan perpajakan wajib banget mudah ya, soalnya kan ini buat pemasukan negara juga. Bakal ngeselin kalau urusannya ribet. Tinggal e-filing nih yang belum saya urus.

Kenapa Tidak Menggabungkan NPWP Suami dan Istri?

Pernah denger ga kalau sudah menikah dan suami dan istri sama-sama bekerja, sebaiknya NPWP-nya digabungkan? Katanya kalau digabung lebih hemat (alias pajaknya lebih kecil dibanding kalau NPWP-nya terpisah) dan administrasinya lebih sederhana. Prosesnya meliputi penghapusan NPWP istri dan penggabungannya ke NPWP suami.

Saya sempat kepikiran untuk menggabungkan NPWP ini tapi akhirnya ga jadi karena beberapa pertimbangan.

  • Suami ga bersedia menggabungkan NPWP karena khawatir lebih riweuh mengisi e-filing-nya nanti. Suami sudah terbiasa mengisi data e-filing versinya selama ini, jadi kalau ada perubahan data ntar malah ribet.
  • Proses untuk menggabungkan NPWP ini ternyata lumayan panjang. Katanya untuk verifikasi permohonan penghapusan pajak bisa makan waktu sampai 6 bulan, padahal saya butuh NPWP-nya segera.

Begitulah pengalaman saya terkait NPWP. Semoga bermanfaat yaa.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment