Pengalaman Pertama Membawa Akas ke Dokter Gigi

Buibu kapan pertama kali membawa anaknya ke dokter gigi? Ada yang dari bayi atau usia 1 tahun? Wah sungguh rajin sekali yang begitu. Saya masuk golongan emak pemalas soalnya, wkwk.

Katanya sebaiknya anak pertama kali dibawa untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi pada usia 1 tahun atau 6 bulan setelah gigi pertamanya tumbuh. Paling lambat saat ulang tahun anak yang pertama sampai kedua. Setelahnya, mulailah untuk rutin membawa anak kontrol giginya setiap enam bulan sekali.

Teorinya sih begitu, tapi buat saya kenyataannya berkata lain, wkwk. Saya baru bawa Akas ke dokter gigi tanggal 17 Maret 2019 lalu, alias saat Akas berumur hampir 3 tahun 9 bulan. #tutupmuka

Cerita Gigi Akas Sebelum ke Dokter Gigi

Gigi pertama Akas tumbuh kalau tidak salah saat Akas berusia 9 bulan. Idealnya dari bayi itu kita mesti rutin bersihin gusi bayi pake kasa yang dibasahi air hangat, walaupun giginya belum tumbuh. Apalagi kalau giginya udah tumbuh ya. Tapiii, ya karena judulnya masih malas jadi ga saya apa-apain. Toh Akas awal-awal MPASI-nya masih tanpa gula garam juga, pikir saya, huehe.

Baca juga: Persiapan dan Perjalanan MPASI Akas

Makin gede, makin banyak yang dia makan, saya mulai sesekali membersihkan giginya. Awal-awal Akas belum mau pakai sikat gigi, jadi saya bersihkan pakai kasa yang dibasahi air hangat aja, wkwk. Telat amat ya, tapi yaa daripada tidak sama sekali. Pelan-pelan saya kenalin dengan sikat gigi, walau tidak selalu damai pada awalnya.

Oia awal-awal pakai sikat gigi itu, Akas belum saya kasih odol. Masih agak khawatir soalnya kalau dia belum bisa kumur-kumur. Jadi fokus saya biasain pakai sikat gigi sama belajar kumur-kumur dulu. Baru dikasih odol di usia 2 tahun kalau ga salah, pilih odol yang aman kalau tertelan.

Sepanjang itu sayalah yang menyikatkan gigi Akas. Lama-lama dia mulai pengen sikat gigi sendiri. Tentunya ga saya biarin dia sikat gigi sendiri 100%, karena pasti ga bersih, heuheu. Biasanya saya sikatin dulu, abis itu saya kasih sikat giginya ke dia, dia gosok-gosok, baru deh kumur-kumur.

Lalu bagaimana kondisi giginya? Yaa menurut saya alhamdulillah baik-baik aja. Ga ada yang berlubang. Mungkin saya beruntung aja gigi Akasnya masih bagus walau ga dirawat dengan paripurna sejak dini. Ga seputih iklan pasta gigi memang, tapi ga masalah menurut saya.

Hal lain yang saya lakukan terkait kesehatan gigi Akas selain yang saya ceritakan di atas antara lain:

  • Tidak memakai dot. Dot ini sih udah dari lama saya tinggalkan, sejak saya mau relaktasi.

    Baca juga: Perjalanan ASI Akas (5): Memulai Perjuangan Relaktasi

  • Meminimalkan makanan yang manis-manis seperti coklat, kue, dkk. Akas baru mulai kenal makanan manis setelah usia 1 tahun, tapi itupun saya batasi. Soalnya kalau kebanyakan makan makanan manis kan jadi rawan merusak gigi, sementara sayanya malas bersihin gigi, wkwk.
  • Tidak pernah memberikan permen. Ini terkait makanan manis itu juga. Lagian buat apa sih anak kecil dikasih permen ye kan. Dan saya kzl kalo ada yang menawari Akas permen, ahaha.
  • Membacakan buku terkait kesehatan gigi. Buku yang saya pakai yang judulnya Gigiku Sehat. OK banget isinya, karena ada pengenalan gigi, makanan yang bermanfaat vs. merusak gigi, cara menyikat gigi, pengalaman anak ke dokter gigi, dkk. Ilustrasi yang paling berkesan buat Akas itu bagian yang ada kuman-kuman giginya, sehingga perkara kuman ini masih jadi andalan saya hingga sekarang untuk menyuruh Akas sikat gigi. Akas mesti sikat gigi, biar giginya ga ditusuk-tusuk sama kuman, biar giginya ga rusak.
Bukunya yang ini, maap tak punya foto sendiri (Sumber: Bukalapak)

Dua Gigi Akas Dinyatakan Berlubang

Sejak masuk daycare setelah saya bekerja lagi, Akas makin rutin sikat gigi, karena di daycare-nya tiap abis makan siang selalu sikat gigi.

Baca juga: Setelah 3 Bulan Menjadi Working Mom

Saya masih belum kepikiran bawa Akas ke dokter gigi karena malas ga ada asuransi, wkwk. Lagipula di daycare Akas itu juga ada pemeriksaan gigi tiap 6 bulan kalau ga salah, makanya saya nunggu jadwal kunjungan dokter gigi ke daycare aja #emakirit.

Hari yang dinanti pun tiba. Hasil pemeriksaan giginya dikasih tahu pas jemput Akas. Saya dikasih selembar kertas yang isinya kode-kode (kayaknya posisi giginya ya), dan dibilang bahwa katanya ada dua gigi Akas yang berlubang, kecil lubangnya.

Pertama dengar, saya agak kaget dan sedih, ternyata udah ada lubangnya. Tapi yaa namanya juga banyakan malasnya kan dari dulu, mestinya ga usah kaget, wkwk. Namun saya coba lihat sendiri kok ga nemu lubangnya yang mana. Akas pun susah banget disuruh buka mulut besar-besar. Dia kayaknya ada kenangan buruk dengan pemeriksaan gigi.

Saat sudah fix bakal pindah ke Auckland, saya akhirnya merasa bahwa sudah saatnya Akas ke dokter gigi. Wajib! Wkwk. Kenapa? Pertama, tentu untuk memeriksakan giginya, kalau ada yang perlu ditambal ya sekalian aja. Kedua, kayaknya biaya ke dokter gigi di luar negeri itu mahal, jadi ya mending beresin urusan gigi di Indonesia. Syukur kalau ada asuransi atau malah gratis, kalau ga ya piye, hehe.

Baca juga: New Chapter: Pindah ke Auckland

Pertanyaan berikutnya, ke dokter gigi mana? Setelah menyimak bahasan di grup, akhirnya saya putuskan untuk membawa Akas ke D’Gigiku Kids Dental Care.

Pengalaman Pertama ke Dokter Gigi di D’Gigiku Kids Dental Care, Bandung

Hal yang membuat saya tertarik mencoba ke D’Gigiku adalah:

  • Tempatnya sangat ramah anak. Ada playground di ruang tunggunya, sehingga anak ga bakal bosan menunggu.
  • Bisa bikin appointment sehingga meminimalisir waktu tunggu. Saya booking jadwal via telepon, disuruh datang jam sekian, dan tidak perlu menunggu lama, Akas pun sudah dipanggil. Kalau ke RS saya paling malas sama antreannya itu soalnya, fufufu.
  • Ada drg. Sp.KGA alias dokter gigi spesialis kesehatan gigi anak. Ini ga harus sih sebenarnya, tapi berhubung ada jadi saya coba aja. Soalnya melihat gelagat Akas yang ga nyaman dengan dokter gigi setelah dari daycare itu, saya pengen bawa Akas ke dokter yang ramah sama anak. Asumsi saya yang Sp.KGA mestinya lebih ramah ya meng-handle anak kecil.
Playground di D'gigiku Kids Dental Care
Playground di D’gigiku Kids Dental Care

Persiapan sebelum ke dokter gigi:

  • Sounding bahwa kita akan ke dokter gigi.
  • Persering baca buku Gigiku Sehat, terutama di bagian yang ke dokter giginya. Dijelasin berulang kali bahwa ke dokter gigi itu ga apa-apa, demi kesehatan giginya juga, dkk.

Begitu sampai di D’Gigiku, Akas masih tampak riang gembira karena ada playground-nya. Begitu dipanggil, dia mulai tampak ketakutan. Weleh. Dokternya udah ramah padahal. Akas sempat mau lari kabur ke luar, akhirnya saya gendong.

D'gigiku Kids Dental Care
Mau masuk ke ruangan dokter gigi

Di ruang dokter, Akas ga mau duduk sendiri, dokternya pun menyuruh dipangku aja. Diajak ngobrol, Akasnya masih ga mau. Mata Akas mulai tertuju ke TV, dan sepertinya kliniknya udah siap sedia dengan berbagai video kartun kesukaan anak, wkwk. Jadi ditanya mau nonton apa, Akas mau nonton Robocar Poli, diputerin deh videonya. Dokternya cari cara untuk PDKT, diajak ngobrol ga mempan, coba digelitikin eh ketawa. Mulai deh mencair suasananya.

Saya bilang ke dokternya bahwa dulu gigi Akas dibilang berlubang, cuma saya ga tahu gigi yang mana. Dokter pun cek satu per satu gigi Akas, dokternya bingung, katanya ga ada yang berlubang. Lha?

Udah dipastikan lagi, katanya memang bentuk fissure alias kawah di permukaan gigi Akas itu agak dalam, mungkin itu yang dikira lubang. Tapi gigi Akas sendiri tidak berlubang. Wah, alhamdulillah. Kalau pada gigi permanen dokternya bakal menyarankan untuk dilakukan fissure sealant, yakni menutup bagian fissure tersebut. Kenapa? Karena di situ sisa-sisa makanan bisa terjebak dan sulit dibersihkan oleh sikat gigi, sehingga bisa menyebabkan karies lalu gigi berlubang. Tapi karena masih gigi susu katanya ga perlu.

Saya kira udah, gitu aja konsultasinya. Ternyata berikutnya gigi Akas dibersihkan. Gigi Akas disikat pakai tooth mousse. Awalnya dokternya mau pakai alat yang bikin sikatnya otomatis muter sendiri, tapi Akasnya ga mau. Akhirnya disikat manual deh sama dokternya, wkwk. Setelah dibersihkan, gigi Akas dilapisi dengan fluor. Setelah dilapisi fluor ini, Akas mesti nunggu sambil gigit sesuatu biar fluor-nya tidak tertelan. Terakhir giginya dibersihkan lagi. Beres deh.

Saya disuruh untuk bawa Akas kontrol 6 bulan lagi. Wah, tentu saja tak bisa karena saya baru balik ke Indonesia tahun depan. Saya bilang aja ke dokternya mau ke luar negeri. Saya nanya dokternya apa saja yang bisa saya lakukan karena sebisa mungkin saya ga mau ke dokter gigi karena mahal, huehe. Kesimpulannya:

  • Tetap rutin sikat gigi Akas, dan selingi dengan pemakaian tooth mousse. Pakai tooth mousse itu kayak pakai odol untuk sikat gigi aja. Ga perlu tiap hari katanya, cukup selang 2-3 hari. Tooth mousse ada dijual di D’Gigiku, tapi saya cek harganya lebih mahal dibanding di toko online, jadi saya beli di toko online ajah, hihi.
  • Untuk aplikasi fluor idealnya memang rutin kalau tidak salah. Saya tanya apa bisa saya lakukan sendiri aja, soalnya kayaknya gampang tinggal oles-oles. Tapi kata dokternya ga bisa, karena fluor-nya itu ada dosisnya dan hanya bisa dilakukan oleh dokter gigi. Baiklaaah.

Pulang dari D’Gigiku tampaknya image dokter gigi udah ga seram lagi buat Akas, hehe. Dia pun senang karena giginya sudah bersih kinclong, dan dia suka banget tooth mousse rasa melon yang dipakai saat itu.

Buat yang mau ke D’Gigiku Kids Dental Care, alamatnya di Jl. Teuku Angkasa No. 31, Bandung. Untuk informasi dan pendaftaran bisa telepon ke 022-2500778 atau Whatsapp ke 081317178161.

Demikian pengalaman pertama saya membawa Akas ke dokter gigi. Besar harapan saya agar gigi Akas itu sehat seterusnya, apalagi gigi permanennya nanti. Semoga kalau saya dikasih rezeki punya anak lagi saya bisa lebih rajin merawat gigi anak, wkwk. Buibu gimana kisahnya saat pertama kali membawa anak ke dokter gigi? Share yuk!

Salam,

Reisha Humaira

6 komentar pada “Pengalaman Pertama Membawa Akas ke Dokter Gigi

  • 18 Juni 2019 pada 02:43
    Permalink

    Self reminder jg nih buat saya. Rausyan sudah genap 2 tahun blm ke drg juga hihi. Thanks Uni Reisha

    Balas
    • 1 Agustus 2019 pada 18:03
      Permalink

      Sama-sama mba. Udah jadi dibawa ke dokter gigi kah? Hehe.

      Balas
  • 19 Juni 2019 pada 02:53
    Permalink

    wah iya juga ya, dulu kalau anak mau ke dokter gigi diomongin dulu shg dia gak takut

    Balas
    • 1 Agustus 2019 pada 18:03
      Permalink

      Betul mba, biar siap mental dulu anaknya ya, hehe.

      Balas
  • 1 Agustus 2019 pada 00:27
    Permalink

    Saya selalu sedih kalau baca tentang gigi anak.

    Pertama, anak pertama saya, udah saya rawat giginya sejak bayi, eh kok bermasalah setelah giginya udah permanen hiks
    yang kedua, saya mau review buku dari dokter gigi anak dan bukunya hilang huhuhuhuhuhuhuhu

    Anak-anak memang seharusnya di bawa ke dokter gigi anak, jangan ke dokter gigi umum, sungguh beda penanganannya.
    Saya dulu musuhan ama dokter gigi, baik yang umum, abis mahal hiks

    Setelah anak saya bermasalah giginya, terpaksa ke dokter gigi anak dan memang disarankan gitu biar anak gak takut dokter, meskipun ortunya sungguh takut dompet jebol wakakakakaka

    Balas
    • 1 Agustus 2019 pada 18:07
      Permalink

      Kalau saya sedihnya sama gigi sendiri mbak, wkwk. Dulu ortu saya cuek banget. Ga dibiasain sikat gigi tiap hari dari kecil. Cuma dibilangin sesekali aja, trus yaa namanya anak-anak kan mesti dibilangin berulang-ulang ya, tapi ortu saya cape. Jadi dibiarin aja, tanggung sendiri akibatnya, mungkin gitu mikirnya. Alhasil kacaulah gigi ini sekarang, heuheu.

      Balas

Leave your comment