Persiapan Sebelum Pindah ke Luar Negeri

Saya merantau sejak tahun 2005 hingga saat ini. Dihitung-hitung selama itu saya tidak pernah menetap di rumah yang sama lebih dari 3 tahun. Sudah beberapa kali pindah-pindah, namun yang paling ribet rasanya buat saya adalah saat pindah dari Indonesia ke luar negeri setelah berkeluarga ini.

Baca juga: New Chapter: Pindah ke Auckland

Dulu saat pindah ke Jepang, saya masih belum menikah. Pindahnya ga ribet, tinggal angkut barang-barang yang dirasa perlu, toh yang diurusin cuma diri sendiri. Cerita pindahan lainnya masih di dalam kota yang sama, paling banter antar pulau di Indonesia. Pindahan antar pulau itu ribet di packing dan kirim barang aja sih.

Pindah ke luar negeri apalagi setelah punya anak jadi tidak sederhana lagi, hehe. Banyak juga ternyata yang mesti dipersiapkan. Dan karena semua persiapan ini butuh waktu, jadi memang sebaiknya sudah dilakukan dari jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Kali ini saya mau rangkum hal-hal apa saja yang perlu direncanakan, diurus, dan disiapkan sebelum pindah ke luar negeri.

Persiapan Administrasi

Kita jelas ga bisa langsung berangkat aja ke luar negeri, harus urus beberapa hal dulu, antara lain:

  • Paspor. Ini yang paling wajib tentunya. Kalau belum punya paspor, bikin dulu paspornya. Kalau sudah pernah punya paspor, cek lagi masa berlakunya, apakah cukup atau tidak. Kalau tidak cukup berarti perpanjang dulu.

    Baca juga: Mengganti Paspor Sebelum Masa Habis Berlaku di Kantor Imigrasi Bandung

  • Visa. Visa adalah surat izin agar kita boleh masuk ke suatu negara. Beda negara, beda pula persyaratan dan prosedur pembuatan visanya. Beda tujuan masuk ke negara itu, beda pula jenis visanya. Jadi pastikan visa yang diurus sesuai dengan negara tujuan dan izin seperti apa yang ingin didapat. Perhatikan juga berapa lama visanya berlaku.

    Baca juga: Mengurus Visa New Zealand untuk Pelajar dan Keluarga

  • Dokumen penting dan terjemahan bahasa Inggrisnya. Ini tergantung kebutuhan, tapi kalau mau bikin untuk jaga-jaga pun ok. Yang perlu diterjemahkan adalah dokumen penting yang hanya pakai bahasa Indonesia. Kalau udah bilingual ga perlu rasanya. Terjemahannya harus dari penerjemah tersumpah. Saya dan suami dulu nerjemahin akta kelahiran aja kalau ga salah, karena akta kelahiran kami masih yang jadul. Kalau akta kelahiran generasi Akas udah bilingual.

Persiapan Biaya

Ini nih, yang penting tapi juga bikin pusing buat yang bukan orang kaya, hihi. Pindah ke luar negeri butuh biaya yang tidak sedikit. Dari bikin paspor aja udah keluar biaya. Biaya visa juga lumayan, kadang butuh deposit puluhan juta rupiah pula. Tiket pesawat mahal (kecuali kalau masih di Asia Tenggara, hehe). Belum lagi kalau nanti di luar negeri pemasukan yang diterima ternyata pas-pasan atau bahkan kurang untuk biaya hidup sehari-hari.

Ini bisa didetailkan lagi nih, keluar uang untuk apa aja untuk pindah ke luar negeri. Sudah saya tulis terpisah yaa, hehe.

Baca juga: Biaya dan Strategi Pindahan Sekeluarga ke Luar Negeri

Persiapan Kesehatan

Ada baiknya sebelum pindah ke luar negeri kita cek dan urus beberapa hal terkait kesehatan. Kenapa? Pertama, tentunya untuk memastikan apakah kita sehat untuk menjalani hidup di luar negeri, apalagi kalau nanti tinggalnya di negara yang punya cuaca dan iklim yang berbeda dengan di Indonesia. Kedua, kalau ada masalah dengan kesehatan kita, baiknya diberesin dulu di Indonesia, asumsi aja biaya berobat di luar negeri itu mahal, huehe. Dari pada keluar biaya banyak nantinya.

Hal-hal yang bisa dilakukan terkait kesehatan ini seperti:

  • Medical check up. Kalau ini sih kebetulan di persyaratan visa New Zealand yang kami urus harus ada medical check up, jadi wajib kami lakukan.

    Baca juga: Medical Check Up untuk Mengurus Visa New Zealand

  • Imunisasi anak. Ini kalaupun ga pindah ke luar negeri sih tetap harus dilakukan sesuai jadwal yaa, hehe.
  • Ke dokter gigi. Ini minimal untuk scaling gigi. Kalau ada gigi yang berlubang, baiknya ditambal dulu. Toh idealnya harusnya kita tetap rutin cek kesehatan ke dokter gigi ya, hihi.

    Baca juga: Pengalaman Pertama Membawa Akas ke Dokter Gigi

  • Ke dokter kandungan. Ini kasus khusus sih, hehe. Buat yang mau program hamil, bisa konsultasi dulu sebelum pindah. Buat yang lagi hamil, sebaiknya periksa dulu sebelum berangkat. Buat yang ga berencana punya anak selama di luar negeri, silakan ber-KB, huehe.

    Baca juga: Pengalaman Bongkar Pasang IUD

  • Beli kacamata. Ini khusus buat yang pakai kacamata, sebaiknya punya kacamata lebih dari satu. Untuk cadangan kalau kacamatanya rusak. Beli di luar negeri belum tentu sama harganya dengan di Indonesia.

Persiapan Bahasa

Di luar negeri kita ga bakal pakai bahasa Indonesia, kecuali untuk ngobrol dengan sesama orang Indonesia, huehe. Jadi sebelum pindah ada baiknya kita membekali diri dengan bahasa setempat di negara tujuan.

Untuk negara yang berbahasa Inggris sih biasanya ga gitu kerasa berat ya, karena di Indonesia kita kan sudah belajar bahasa Inggris sejak sekolah. Yaa walaupun ga lancar-lancar amat, tapi insya Allah masih cukup lah untuk kebutuhan sehari-hari. Kalau mau prepare lebih, ya lebih baik lagi. Saya pribadi ga ada persiapan khusus, cuma modal sering nonton TV series Amerika aja. Ngomong masih belepotan pronunciation-nya, dengerin bule ngomong pun kadang roaming, wkwk. Tapi gapapa lah, yang penting bisa survive, haha.

Untuk negara yang non-English, butuh effort lebih tentunya, apalagi kalau di negara tersebut jarang ada yang bisa bahasa Inggris. Kalau mau les dulu silakan, mau belajar sendiri juga ok. Tapi jangan sampai terbebani, karena masih ada yang namanya bahasa Tarzan untuk bisa survive, haha.

Oia buat yang punya anak, bisa juga mulai diajarkan bahasanya ke anak sebelum berangkat. Tapi kalau anak-anak biasanya bakal lebih cepat belajar bahasa baru nantinya. Saya pribadi ga ada persiapan khusus buat Akas, pasrah aja belajarnya nanti setelah pindah, wkwk.

Persiapan Mental

Tinggal di luar negeri apalagi dengan pemasukan yang pas-pasan itu ga mudah. Jangan lihat apa yang enak-enak yang di-posting orang-orang di media sosial aja; bisa jalan-jalan ke negara baru, bisa main salju, bisa coba kuliner khasnya, dkk. Karena tinggal untuk jangka waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun itu beda dengan jalan-jalan beberapa hari.

Hal-hal yang bisa jadi pertimbangan:

  • Apakah siap untuk jauh dari keluarga? Mungkin saja kita bakal tinggal di luar negeri tanpa bisa mudik ke Indonesia tiap tahun.
  • Apakah siap untuk mengubah gaya hidup? Dengan biaya hidup yang mahal dan uang yang pas-pasan, hemat adalah salah satu cara untuk bertahan. Yang biasanya jarak deket aja pake motor atau mobil, mungkin harus lebih banyak jalan kaki. Yang biasanya ke mana-mana pakai kendaraan pribadi atau taksi, mungkin harus beralih ke kendaraan umum. Yang biasanya makan di luar mulu, mungkin harus masak tiap hari. Dan sebagainya.
  • Apakah siap bekerja apapun untuk menambah penghasilan? Yang halal donk ya tentunya. Ini strategi lain untuk bertahan juga. Tidak sedikit yang melakukan hal-hal yang tergolong pekerjaan kasar di Indonesia untuk menambah pemasukan. Tapi ini biasa aja sih di luar negeri, dan ga dianggap kerja rendahan juga kok.
  • Apakah siap mengurus segala urusan tanpa bantuan? Ini juga berlaku buat yang berkeluarga, walaupun ada suami/istri, jika salah satunya sedang sibuk banget atau lagi ada urusan ke luar kota, otomatis harus bisa urus apa-apa sendiri.
  • Apakah siap mengurus anak sendiri? Yang biasanya dibantu ngurus anak oleh keluarga, baby sitter, atau daycare, mungkin bakal harus urus anak sendiri full time.
  • Apakah siap dengan perbedaan budaya? Semua jauh berbeda dengan di Indonesia, dan tidak semua orang nyaman dengan itu.

Persiapan Wawasan

Dulu saya pindah ke Jepang itu ga punya banyak pengetahuan soal Jepang. Saya ga kepikiran browsing ataupun baca-baca dulu kehidupan di Jepang seperti apa. Mikirnya learning by doing aja, toh saya ada beberapa teman yang tinggal di asrama yang sama, jadi ga sendirian banget. Lalu belakangan saya menyesal karena ada hal-hal yang kok baru saya ketahui belakangan setelah tinggal lama di sana.

Menurut saya ada baiknya sebelum pindah kita udah punya wawasan yang cukup seputar tempat yang akan kita tinggali nantinya. Biar di awal ga blank amat, biar ga kebanyakan bingung. Hal-hal yang bisa dicari tahu dulu itu seperti:

  • Tinggal di kota apa? Kotanya seperti apa?
  • Biaya hidupnya kira-kira berapa? Cukupkah beasiswa/penghasilan yang diterima?
  • Tempat tinggalnya gimana? Rumah kah? Apartemen kah? Perabotannya gimana?
  • Belanja kebutuhan sehari-hari di mana? Yang murah di mana?
  • Apakah sulit untuk mencari makanan halal? Jika sulit, bagaimana menyiasatinya?
  • Kalau bepergian gimana? Transportasi umumnya seperti apa? Atau perlukah punya kendaraan pribadi?
  • Adakah komunitas orang Indonesia di sana?
  • Seperti apa beribadah di sana? Adakah masjid di sana? Shalat di tempat umum gimana? Puasanya berapa lama?
  • Jika punya bayi, bagaimana nanti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan serta kontrol perkembangannya di sana?
  • Jika punya anak dan butuh daycare, seperti apa sistem daycare-nya? Apakah biayanya terjangkau?
  • Jika punya anak usia sekolah, bagaimana nanti sekolahnya di sana?
  • Jika punya anak, apa saja kegiatan anak yang bisa dilakukan di sana?
  • Adakah komunitas atau kegiatan yang bisa diikuti di luar?
  • Bisa jalan-jalan ke mana aja? Apa saja tempat wisata yang bisa dikunjungi selama di sana?

Buat yang mau ke NZ, nanti insya Allah saya tulis yaa. (Promosi dulu sebelum ditulis, haha.)

Mengurus Rumah dan Barang di Indonesia

Ini kasus khusus lagi sih, terutama buat yang udah tinggal di rumah sendiri. Selama tinggal di luar negeri, rumah itu mau diapakan? Apakah mau dikontrakkan? Jika dikontrakkan, nanti siapa yang mengawasi rumah itu? Apakah masih ada cicilan? Jika belum lunas, berarti mesti pertimbangkan juga biaya untuk bayar cicilannya.

Kami sendiri sebelum pindah ke Auckland statusnya ngontrak di Bandung. Jadi ya ga pusing lagi urusan rumah. Paling pusingnya sama barang-barang. Tidak mungkin semua barang kami bawa ke luar negeri. Alhasil ada barang yang kami jual atau kami titip ke rumah keluarga di Padang. Effort-nya lumayan juga ternyata, heuheu.

Belajar Menyetir

Ini terutama untuk tinggal di NZ deh, huehe. Saya pribadi ga bisa nyetir mobil. Dulu di Jepang saya ga peduli karena ke mana-mana cukup pakai transportasi umum. Di Indonesia juga ga mikirin karena masih banyak ojek atau taksi online. Di NZ saya mulai merasa kalau di sini itu enakan punya mobil dan bisa nyetir. Di Auckland transportasi umumnya udah lumayan sebenarnya, tapi ke mana-mana jadi makan waktu lebih lama kalau pakai kendaraan umum. Nyetir di NZ itu enak padahal, jalannya lebar, kendaraannya sedikit, motor bisa dihitung dengan jari.

Jadiii, buat yang mau ke NZ dan belum bisa nyetir, saya saranin belajar nyetir dulu deh biar enak kalau mau ke mana-mana di sini. Apalagi buat yang suka jalan-jalan dan explore tempat baru, hehe. Pertimbangkan juga untuk membuat SIM internasional jika bisa dipakai di negara tujuan.

Baca juga: Membuat SIM Internasional

Persiapan Keberangkatan

Sudah siap dengan hal-hal yang dijabarkan sebelumnya? Yay, saatnya berangkat. Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum keberangkatan seperti:

  • Tiket pesawat. Kayaknya hampir semua ya ke luar negeri itu pakai pesawat, hehe. Pastikan bandara tujuannya sudah benar dan tanggal kedatangannya sesuai masa berlaku visa. Saat memilih tiket, pertimbangkan budget, maskapai, waktu penerbangan (siang/malam), lamanya waktu transit, dan durasi terbang.
  • Packing barang. Packing ini lumayan tricky juga karena kapasitas bagasi terbatas, sementara rasanya barang-barang pengen dibawa aja semuanya, wkwk.

    Baca juga: Daftar Barang yang Perlu Dibawa untuk Tinggal di Luar Negeri

  • Tukar uang ke mata uang negara tujuan. Jangan sampai tidak punya mata uang negara tujuan sama sekali.
  • Silaturahmi dengan keluarga. Mungkin kita ga bakal bisa pulang tiap tahun untuk ketemu sanak famili, jadi ada baiknya sebelum berangkat kita silaturahmi dulu. Pamit dan mohon doanya agar semua lancar.
  • Potong rambut. Penting juga ini, mengingat biaya potong rambut di luar negeri mahal, haha. Saya pribadi potong rambut sebelum berangkat, trus ga pernah potong rambut lagi selama di luar negeri, wkwk.
  • Menikmati semua yang ga bakal ditemukan di luar negeri. Yang suka makan, puas-puasin dulu aja kulineran sebelum berangkat, haha.

Wah ga nyangka banyak juga ternyata setelah di-list, hihi. Sejauh ini itu aja yang saya ingat. Ada yang mau menambahkan?

Salam,

Reisha Humaira

20 komentar pada “Persiapan Sebelum Pindah ke Luar Negeri

  • 23 Juni 2019 pada 19:37
    Permalink

    Seru ceritanya. Aku kalo traveling ke ln itu sering ga cocok dimakanannya. Kalo ga ketemu nasi berasa desperate huahahahah

    Balas
    • 25 Juni 2019 pada 09:38
      Permalink

      Haha, harus ketemu nasi ya mbak. Susah mungkin kalo ke negara bule ya. Kecuali bawa rice cooker sendiri, wkwk.

      Balas
  • 24 Juni 2019 pada 10:00
    Permalink

    Repot sih kelihatannya…. Tapi seru pastinya yaa….

    Balas
    • 25 Juni 2019 pada 09:38
      Permalink

      Hehe, iya repot mbak, tapi alhamdulillah sudah dilalui πŸ˜€

      Balas
  • 24 Juni 2019 pada 10:49
    Permalink

    Halo mba. Travelling luar negeri aja ribet buat ngurus barang2. Apalagi skalian pindahan ya. Heheh. Pengalaman yang mengesankan ya mba

    Balas
    • 25 Juni 2019 pada 09:40
      Permalink

      Halo mba. Hihi, betul mba, lebih ribet dibanding traveling karena banyak yang mau dibawa πŸ˜€

      Balas
  • 24 Juni 2019 pada 16:22
    Permalink

    Wuiiih kebayang sih rempongnya. Soalnya liburan beberapa hari aja ke luar kota kalau bareng anak, dikomen saudara udah kayak pindahan. Apalagi kalau pindah negara ya. Semoga dilancarkan semua urusannya mbak. Sehat terus di negeri orang.

    Balas
    • 25 Juni 2019 pada 09:41
      Permalink

      Aamiin. Makasih doanya mbak. Pindahannya ribet, nanti pulang ke Indonesianya lebih ribet lagi πŸ˜†

      Balas
  • 24 Juni 2019 pada 18:16
    Permalink

    Salah satu PR kalo pas mau pindah ya pertanyaan itu tadi, “trus rumahnya mau diapakan?” huhu.. Ikutan ngerasa rempongnya tapi kayaknya seru juga. Semoga lancar semua ya, Mbak..

    Balas
    • 25 Juni 2019 pada 09:43
      Permalink

      Aamiin, makasih doanya mbak. Iyah urusan rumah pusing juga. Paling enak emang rumahnya dikontrakkan, jadi tetap ada yang urus rumahnya dan ada uang masuk. Tapi ya itu, kalau ga ada yang bisa memantau dan bantu urusan sama si pengontrak, pusing juga πŸ˜†

      Balas
  • 25 Juni 2019 pada 11:04
    Permalink

    yang utama itu kyakny persiapan mental ya mbak hehe, ya gmna ya harus adaptasi lagi dan dengan budaya baru πŸ™‚
    tapi smga rumah nyabisa di kontrak aja deh hehe

    Balas
    • 5 Oktober 2019 pada 10:09
      Permalink

      Halo mbak, kalau untuk memindahkan sekolah anak yg masih sd ke luar negeri apakah ada dokumen yg perlu dipersiapkan juga, misal dari kemendikbud?

      Balas
      • 5 Oktober 2019 pada 05:53
        Permalink

        Halo mas. Anak saya masih balita jadi saya ga tahu persisnya gimana, hehe. Tapi saya tanya temen, katanya ga ada dokumen yang perlu diurus, paling siapin record kesehatannya aja (imunisasi, riwayat kesehatan, dll.) Di NZ begitu, ga tahu kalau di negara lain, bisa aja beda, hehe.

        Balas
  • 25 Juni 2019 pada 20:56
    Permalink

    Asyik banget ya bisa tinggal di banyak tempat hehehe.
    Saya cuman pindah-pindah di satu propinsi saja, itupun dulu, setelah anak masuk sekolah, udah gak bisa banyak pindah-pindah, ribet dan kasian anak sih πŸ˜€

    Jadinya mau nggak mau harus siap LDM ama pak suami deh.

    Balas
  • 27 Juni 2019 pada 15:32
    Permalink

    Kalau aku potong rambut sendiri sejak pindah ke Jpn, wkwkwk….

    Balas
  • 12 Juli 2019 pada 23:18
    Permalink

    banyak banget ya mbak persiapan yang harus dilakukan. gak kebayang gimana rempongnya. gak heran juga ada yang suaminya berangkat duluan.

    Balas
  • 18 Juli 2019 pada 23:02
    Permalink

    Memang pindah negara itu repot ya mba, tapi seru juga kalau dijalani dengan suka cita karena jadi punya pengalaman yang nantinya mempermudah kalau harus pindah-pindah lagi di hari kemudian πŸ˜€

    Balas

Leave your comment