Pentingnya Periksa Mata Anak Sejak Usia Dini
Kalau bukan karena ikut B4 School Check di Auckland ketika Akas berusia 4 tahun, rasanya saya ga akan kepikiran untuk periksa mata anak di usia segitu. Karena pemeriksaan di B4 School Check, saya diarahkan untuk mengecek lebih lanjut ke dokter mata. Dan hasilnya, sejak itu Akas perlu berkacamata.
Saya dulu mulai pakai kacamata saat SMA. Diperiksa karena saya udah mulai merasa kurang jelas melihat tulisan di papan tulis. Suami malah lebih cepat, pakai kacamata sejak beres SD.
Jadi dulu saya kira kalau anak lahir dengan kondisi mata yang normal dan tampak tidak ada kelainan, berarti matanya baik-baik aja. Paling baru nanti ketika dia udah sekolah dan mengeluhkan pandangannya buram, baru deh dicek matanya.
Daftar Isi Tulisan Ini
Kapan Sebaiknya Memeriksakan Mata Anak?
Setelah merasakan sendiri mata anak diperiksa sejak dini, dipikir-pikir kalau baru memeriksakan mata anak setelah dia mengeluhkan penglihatannya, kemungkinan sudah terlambat. Ternyata mata anak itu sudah bisa diperiksa sejak usia 6 bulan.
Selanjutnya disarankan lagi untuk periksa mata ketika anak berusia 3 tahun. Berikutnya di usia pra sekolah, sekitar usia 5-6 tahun.
Di New Zealand, pemeriksaan mata anak sebelum si anak bersekolah itu tergolong wajib. Ga cuma penglihatan, pendengarannya pun juga dicek. Dan enaknya itu bisa dilakukan lewat program B4 School Check yang gratis! Ga selengkap pemeriksaan di dokter mata sih, tapi minimal sudah ada deteksi awal. Kalau dirasa perlu baru disuruh periksa ke dokter mata.
Di Indonesia sejauh ini memang ga ada program semacam itu, jadi yaa tergantung orang tua masing-masing aja. Idealnya tentu dicek rutin sejak bayi yaa. Tapi kalau terasa berat, minimal banget menurut saya periksakanlah mata anak sebelum si anak mulai bersekolah.
Kenapa Periksa Mata Anak Penting Sejak Dini?
Pemeriksaan mata sejak dini sangat penting untuk memastikan mata anak sehat dan tidak memiliki masalah penglihatan. Jika ternyata ada masalah, semakin cepat pula masalah itu bisa ditangani.
Dengan memeriksakan kesehatan mata anak sebelum ia bersekolah, kita bisa membantunya untuk menjalani sekolahnya dengan menyenangkan.
Di sekolah, urusan visual sangat penting. Anak belajar hal baru, membaca, menulis, bereksplorasi, dan sebagainya; membutuhkan kondisi mata yang prima. Kalau matanya bermasalah, anak juga bakal mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak kecil apalagi balita mungkin ga akan pernah mengeluh pada orang tuanya bahwa pandangan matanya buram. Yah kalau masih kecil mana bisa bedain kan penglihatan yang jelas dan yang buram itu seperti apa. Dia tahunya cuma apa yang bisa dia lihat selama ini.
Sementara zaman sekarang juga makin banyak kondisi yang menurunkan kesehatan mata anak, misalnya saja:
- Penggunaan gadget setiap hari. Sekarang mah dari bayi pun udah ada yang dikasih nonton pakai gadget.
- Kurangnya aktivitas anak di luar rumah. Apalagi sejak zaman pandemi ini kan, banyakan di rumah, lalu di rumah pakai gadget pula, heuheu.
- Kedua orang tua berkacamata. Katanya kondisi mata anak itu juga dipengaruhi faktor keturunan, jadi kalau orang tuanya pada berkacamata, kemungkinan anaknya bakal butuh juga.
Di Mana Sebaiknya Memeriksakan Mata Anak?
Kita yang orang dewasa biasanya periksa mata langsung di optik ya. Lumayan periksa gratis dan cepat, serta sekalian bisa beli kacamatanya di sana.
Namun untuk memeriksakan mata anak, apalagi balita, sebaiknya dilakukan di klinik mata atau dengan dokter spesialis mata. Kalau perlu yang memang punya fasilitas untuk memeriksa mata anak.
Periksa mata anak ternyata prosesnya lebih kompleks. Ga bisa cuma ngandalin pemeriksaan ala optik. Kalau Akas dulu di klinik optometri Auckland diukur macam-macam, dicek pupilnya, diperiksa fokusnya, difoto retinanya, dan sebagainya. Nanti saya tulis terpisah tentang pengalaman Akas periksa mata ya.
Tanda-Tanda Ada Masalah pada Mata Anak
Abis Akas periksa mata, saya dapat sebuah brosur keluaran New Zealand Association of Optometrists (NZAO) yang berisi info seputar Children’s Vision Care. Di situ ada daftar gejala yang mungkin berkaitan dengan mata anak. Dan jika kita menemukan lebih dari satu gejala saja pada anak, disarankan untuk segera memeriksakannya.
Ini dia gejala-gejalanya.
- Sering sakit kepala.
- Mengeluh tidak bisa melihat dengan jelas.
- Sering menggosok-gosok mata.
- Mata terasa gatal atau panas.
- Menutup sebelah matanya ketika membaca.
- Memiringkan kepalanya pada sudut tertentu ketika membaca.
- Memegang buku dengan jarak sangat dekat ke mata ketika membaca.
- Menggeleng-gelengkan kepalanya ketika membaca.
- Duduk terlalu dekat dengan TV ketika menonton.
- Melewatkan tulisan berukuran kecil ketika membaca.
- Memiliki konsentrasi yang rendah.
- Menyalin tulisan dari papan tulis dengan tidak tepat.
- Kesulitan menyalin dari material tertulis lainnya.
- Menghindari aktivitas yang butuh penglihatan jarak jauh.
- Menghindari aktivitas yang butuh fokus pada penglihatan jarak dekat (close work).
- Merasa kelelahan setelah melakukan close work.
- Lebih sering berkedip ketika melihat jarak dekat, tapi tidak sebaliknya.
- Harus menyipitkan mata untuk melihat sesuatu lebih jelas.
- Terbalik membaca angka atau huruf.
- Tulisannya mendaki atau menurun, dengan ukuran huruf dan jarak huruf yang tidak teratur.
- Mata terlalu sensitif pada cahaya dan/atau sering keluar air mata yang banyak.
- Mata terasa perih karena melihat layar komputer atau tablet.
- Ada keluarga yang juga punya masalah pada mata, terutama kakak atau adik.
- Di foto, terdapat titik putih (white reflex) pada mata anak.
Banyak ternyata ya, hanya saja kita biasanya kurang aware karena merasa anaknya baik-baik saja. Saya pun baru ngeh ada lebih dari satu gejala yang saya temukan pada Akas setelah dia berkacamata, heuheu.
makasih sharingnya