Rencana Lebaran di Ibukota New Zealand

Lebaran di mana tahun ini? Aih mayan panjang ini ceritanya #halah.

Eh iya, sebelumnya udah tahu ibukota New Zealand itu apa? Huehe. Walau Auckland ini kota terbesar dan teramai di New Zealand, tapi Auckland bukanlah ibukota. Zaman dulu sih sempat jadi ibukota, tapi sejak tahun 1865 ibukotanya pindah ke Wellington.

Tahun lalu kami merayakan Idul Fitri di Auckland. Kami mengikuti shalat Ied yang diadakan oleh HUMIA (Himpunan Umat Muslim Indonesia di Auckland), lalu suami lanjut kuliah, sementara saya dan Akas mampir ke Eden Park Stadium, tempat acara Idul Fitri umat muslim dari negara lain di Auckland.

Baca juga: Idul Fitri 1440 H (2019) di Auckland

Waktu itu saya membayangkan, tahun ini apakah mau ikut shalat Ied HUMIA lagi, atau coba ganti suasana ke acara Lebaran umat muslim non-Indonesia ya? Kalau mudik Lebaran ke Indonesia sih emang ga pernah masuk opsi, hehe.

Lalu suatu ketika suami mengusulkan, bagaimana kalau kita Lebaran di KBRI Wellington aja? Kan belum pernah ke Wellington juga, jadi sekalian jalan-jalan.

Wah, menarik juga nih idenya. 

Dulu saat tinggal di Tokyo, kalau ada hari besar begini, pasti saya ikut acara yang diadakan KBRI Tokyo, karena lokasi KBRI-nya emang masih dekat. Dan rasanya beda aja acara yang diadain KBRI itu. Ga ada salahnya juga nih nyobain kayak apa acara di KBRI Wellington. Tapi waktu itu kami masih menunggu, karena tergantung jadwal kuliah suami.

Bulan Februari lalu jadwal kuliah suami sudah jelas, dan dari segi jadwal memungkinkan untuk kami mampir barang 3-4 hari di Wellington. Kami pun mulai memantau tiket pesawat, karena prefer ke sana pakai pesawat ajah. Kalau lewat darat, dari ke Auckland langsung ke Wellington itu makan waktu sekitar 8 jam.

Seiring dengan wabah COVID-19 di China, sejumlah maskapai memberikan promo tiket pesawat berhubung bisnisnya menurun. Pas cek webnya JetStar, ada tiket murah ke Wellington, langsung deh kami booking. Bayangannya wabahnya ga bakal sampai lah ke New Zealand. Atau paling ntar Lebaran juga udah reda.

Lalu untuk tiket balik, kami pun mencoba cek di web Air New Zealand. Setahu saya maskapai yang melayani penerbangan domestik di New Zealand ini cuma JetStar dan Air New Zealand. Penasaran juga pengen coba maskapai yang satu ini, tapi biasanya harga tiketnya lebih mahal dibanding JetStar. Alhamdulillah ada tiket yang harganya terjangkau, jadi langsung kami booking juga.

Tiket sudah di tangan, siapa sangka COVID-19 berubah jadi pandemi dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, huhu. New Zealand pun turut kebagian penularan. Kami masih membiarkan si tiket, ga buru-buru batalin karena harapannya wabahnya cepat berlalu toh.

Semua berubah ketika pemerintah New Zealand memutuskan untuk melakukan lockdown alias alert level 4. Lockdown dimulai pada akhir Maret selama satu bulan, dan selama lockdown itu tidak boleh ada yang traveling. Hmm hmm.

Baca juga: Penerapan Physical Distancing Saat Pandemi COVID-19 di New Zealand

Lalu suatu hari kami mendapatkan email dari pihak JetStar bahwa mereka membatalkan penerbangan kami ke Wellington itu. Wah wah. Rada heran juga waktu itu karena Mei kan masih lama. Penerbangan dibatalkan, tapi ga dikasih refund. Diganti dengan voucher, heuu. Yo wes lah, semoga bisa kepake lagi sewaktu-waktu. Sementara itu dari Air New Zealand ga ada kabar apa-apa, jadi asumsi kami penerbangannya ga dibatalin.

Pemerintah New Zealand mengumumkan turun ke alert level 3 di awal Ramadhan, saya udah pesimis dengan Lebaran di Wellington ini. Alert level 3 itu minimal berlangsung selama 2 minggu sebelum turun ke alert level 2, lalu minimal 2 minggu lagi sebelum turun ke alert level 1.

Anggaplah kalau alert level 3-nya memang cuma 2 minggu, maka saat Lebaran itu New Zealand bakal masih berada di alert level 2. Dan di berita yang saya baca saat itu, traveling antar wilayah di New Zealand baru memungkinkan ketika udah alert level 1.

Udahlah pasrah aja.

Ketika pemerintah mengumumkan turun ke alert level 2, ternyata aturannya berubah. Domestic traveling diperbolehkan tapi tetap harus mengikuti protokol kesehatan. Sepertinya aturan terkait traveling ini berubah karena pertimbangan ekonomi juga. Sektor pariwisata kan terdampak sekali karena lockdown, apalagi buat daerah yang mengandalkan pariwisata banget seperti Queenstown.

Baca juga: Road Trip NZ: Perjalanan dari Auckland ke Queenstown Hingga Te Anau

Dengan aturan baru ini, kami pun insya Allah tetap mengeksekusi rencana ke Wellington. Bedanya, kami ga gitu mengharapkan acara Lebaran di KBRI Wellington lagi, karena ga yakin juga apakah di sana ada acara atau tidak.

Di alert level 2 ini, acara gathering diperbolehkan tapi maksimal cuma 10 orang. Sebegitu hati-hatinya negara ini menghadapi COVID-19, bahkan ketika jumlah kasus barunya udah di bawah 10 selama 2 minggu lebih, bahkan beberapa hari sempat 0 kasus baru, mereka masih membatasi banget buat kumpul-kumpul.

Lalu ada kabar juga bahwa dari FIANZ (The Federation of Islamic Associations of New Zealand) katanya ga ada shalat Ied juga di New Zealand tahun ini, karena aturannya tetap sama, kalau mau ngadain shalat berjamaah maksimal cuma 10 orang. Tapi wallahualam sih ini karena saya belum lihat pengumuman resmi dari FIANZ-nya.

Jadi, ada ataupun tidak shalat Ied dan Lebaran di KBRI Wellington, kami tetap ke Wellington di libur Lebaran ini, sekalian mencoret salah satu bucket list selama sisa waktu di sini. Semoga lancar yaa, aamiin.

Oia, bagaimana dengan tiketnya? Kami dapat kabar dari Air New Zealand bahwa penerbangan kami ditunda. Ditunda 1 jam aja untungnya, hehe. Selama ini kami ga pernah pakai masker kalau ke luar, tapi untuk penerbangan itu ntar mau pakai masker ajah buat jaga-jaga.

Baca juga: Masker Saat Pandemi COVID-19, di New Zealand Belum Wajib

Untuk berangkat, kami cek lagi di web JetStar, eh ternyata mereka baru buka penerbangan lagi tanggal 1 Juli, heuheu. Ya syudah kami ganti rencana. Kami sewa mobil aja dari Auckland, driving ke Wellington. Nanti mobilnya dikembalikan di Wellington, dan kami lanjut pulang naik pesawat. Tadinya kalau PP pakai pesawat, berarti sewa mobilnya di Wellington ajah.

Begitulah rencana Lebaran kami di tengah pandemi COVID-19 ini. 

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment