Saya baca berita Indonesia dan katanya sekolah akan dibuka lagi bulan Juli nanti. Tentu saja banyak yang galau dan takut untuk melepas anaknya ke sekolah dengan kondisi COVID-19 yang masih mengkhawatirkan di Indonesia. Saya kalau di Indonesia pun juga pasti galau.
Sementara itu, di sini Akas sudah masuk sekolah lagi. Awal-awal Akas mau masuk sekolah lagi, ada perasaan khawatir juga sebenarnya. Tapi saya bisa tenang karena prosedur health and safety-nya jelas, dan saya percaya sekolahnya melaksanakan prosedur tersebut dengan baik.
Di Indonesia sendiri, saat sekolah buka nanti, tentunya harus ada prosedur yang jelas juga. Saya juga yakin saat ini pemerintah atau sekolah udah mulai menyusun prosedur new normal untuk sekolah nanti, walau dalam pelaksanaannya nanti entahlah gimana, heuheu.
Saya jadi kepikiran untuk share pengalaman dan prosedur di sekolah Akas. Barangkali bisa jadi gambaran juga buat para orang tua di Indonesia, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan di sekolah nanti. Mungkin tidak semua prosedur bisa disamakan, apalagi kondisi COVID-19 di Indonesia lebih parah dibanding di New Zealand. Tapi semoga ada yang bisa diambil ya, hehe.
Oia karena Akas di sini masih ECE (early childhood education), selevel TK, jadi ceritanya seputaran ECE ajah. Ga tahu kalau di primary atau high school aturannya gimana, hehe.
Daftar Isi Tulisan Ini
Sekolah dan 4 Level Alert System
Flashback sejenak ya. Jadi dulu sekolah Akas udah siap-siap tutup pada tanggal 23 Maret. Tanggal segitu New Zealand masih berada di alert level 3, dan sekolah Akas hanya menerima anak-anak yang orang tuanya adalah pekerja esensial.
Lalu tanggal 25 Maret New Zealand mulai lockdown (alert level 4). Selama lockdown ini semua sekolah tutup tanpa terkecuali. Lockdown ini berlangsung selama 1 bulan.
Tanggal 28 April, New Zealand turun ke alert level 3. Di alert level 3 ini masih banyak pembatasan seperti saat lockdown, bedanya bisnis dan sekolah udah bisa mulai buka tapi harus memperhatikan protokol kesehatan.
Untuk sekolah, sebagian besar masih disarankan untuk school from home, kecuali jika memang sulit atau tidak memungkinkan. Jadi belum semua sekolah kembali dibuka.
Untuk ECE sendiri, yang diperbolehkan buka lagi hanyalah yang teacher-led. ECE yang parent-led seperti Playcentre masih belum boleh buka karena di sana pasti bakal lebih banyak orang dewasa yang beinteraksi.
Nah ECE sendiri isinya anak-anak di bawah 5 tahun. Tentu sangat susah atau bahkan ga mungkin ya anak-anak itu disuruh physical distancing, dan gurunya juga ga mungkin urusin anak-anak itu sambil jaga jarak. Tentu jadi tanda tanya kenapa ECE ini boleh buka, sementara sekolah yang muridnya udah gede-gede (alias lebih bisa dibilangin dan disuruh jaga jarak) disarankan lanjut school from home. Sebagian guru ECE pun ada yang protes sama pemerintah, kok dibolehin sih.
Pemerintahnya memperbolehkan ECE buka karena dari datanya, kasus pada anak-anak balita ini rendah. Penularan dari anak-anak ke orang dewasa juga rendah. Debatable ya ini untuk kasus COVID-19 di seluruh dunia. Tapi di New Zealand sendiri emang dikiiit banget anak-anak yang kena.
Kondisi Sekolah Akas
Saya kasih gambaran dulu gedung sekolahnya seperti apa ya.
Pintu masuk sekolah Akas itu seperti ini. Keliatan kan ya ada dua lapis pintu, hehe. Kalau dulu, saya masuk pintu pertama, lalu tanda tangan kehadiran. Berikutnya masuk pintu kedua, itu udah di dalam sekolahnya.
Sekolah Akas ini merangkap daycare, jadi di sana ada anak-anak bawah 2 tahun juga. Sekolahnya berupa ruang terbuka gede kayak gini, ga ada kelas-kelas atau sekat-sekatnya. Anak-anak bisa bermain bebas ke manapun mereka suka.
Prosedur Health & Safety Sekolah Akas pada Alert Level 3
Dengan beberapa pertimbangan, kami pilih Akas masuk sekolah lagi di alert level 3 ini. Prosedur yang dikirim kepada para orang tua pun lumayan panjang.
Oia sebagai gambaran, level 3 ini menurut saya mirip dengan PSBB di Indonesia. Bedanya di New Zealand selama level 3 ini jumlah kasus COVID-19-nya udah turun. Udah di bawah 10 kasus baru per hari, bahkan sempat 0 kasus.
Sebelum masuk level 3, sekolah Akas udah japri semua orang tua murid, untuk menanyakan nanti rencananya mau masuk sekolah lagi kalau udah alert level berapa. Level 3? Level 2? Atau level 1? Setelah mendapat respon dari para orang tua, sekolahnya bahas dulu di internal mereka, untuk memutuskan apakah mau buka nanti di level 3 atau tidak.
Setelah fix diputuskan bahwa sekolah akan dibuka di level 3, kami dihubungi lagi untuk memastikan ulang apakah tetap mau masuk di level 3. Kami menjawab ya, dan kemudian kami dikirimi lagi dokumen yang berisi prosedur selama sekolah serta parent declaration yang mesti ditandatangani.
Poin-poin dari parent declaration ini di antaranya bahwa yang bersangkutan:
Sudah membaca health and safety precaution policy yang dikirim.
Paham bahwa anak tidak boleh masuk sekolah kalau dia sakit atau ga enak badan, dan kalau ada anak yang menunjukkan gejala flu di sekolah, mesti dijemput dan dibawa pulang dalam 30 menit sejak dikabari.
Paham bahwa orang tua tidak boleh mengantar anak kalau lagi sakit atau ga enak badan.
Sekeluarga tidak pernah menunjukkan gejala ataupun dites COVID-19, dan tidak pernah kontak dengan orang yang pernah dites COVID-19 dalam 30 hari terakhir.
Paham prosedur dan jaga jarak saat antar/jemput anak.
Akas mulai masuk sekolah lagi tanggal 29 April. Berikut saya rangkum poin-poin penting dari health and safety policy di sekolah Akas ya. Bagian yang ditulis miring dalam tanda kurung adalah catatan dibanding kondisi normal terdahulu.
The Bubble
Anak-anak dibagi ke dalam beberapa bubble, dan dalam satu bubble tidak boleh lebih dari 10 anak.
Tiap bubble tidak boleh campur-campur, jadi gurunya tetap, anak-anaknya tetap.
Selama level 3 itu, yang masuk sekolah lagi ga banyak juga sebenarnya. Ruangan sekolah Akas jadinya dikasih pembatas biar terpisah antara anak-anak bawah 2 tahun dengan anak 2-5 tahun. Dibikin dua bubble gitu deh.
Prosedur Antar Anak
Setibanya di sekolah, orang tua mesti telepon atau SMS ke pihak sekolah untuk memberitahu bahwa sudah datang.
Nanti bakal ada guru yang menjemput anak ke pintu masuk sekolah.
Orang tua cuma bisa antar paling jauh sampai pintu masuk. Kalau bisa anak disuruh jalan sendiri aja dari parkiran ke pintu masuk sekolah. (Kalau dulu, biasanya kami saat antar/jemput itu bisa masuk sampai ke dalam sekolahnya.)
Prosedur Jemput Anak
Seperti halnya saat mengantar, orang tua mesti telepon atau sms dulu, nanti si anak akan diantar sama gurunya keluar.
Prosedur Umum
Tidak boleh ada visitor yang masuk ke sekolah.
Tidak boleh ada anak usia sekolah (di atas 5 tahun) yang masuk ke sekolah. (Kalau dulu, misal ada ortu sama si kakak mau jemput si adik ke sekolah, si kakak masih bisa ikutan masuk ke dalam.)
Kegiatan Bermain di Kelas
Tidak boleh ada playdough, clay, atau gloop.
Tidak boleh main di pasir, sandpit ditutup.
Kalau ada kegiatan di meja, kursi antar anak mesti berjarak minimal satu kursi.
Kegiatan di halaman sekolah terjadwal.
Tidak ada ekskursi (kegiatan ke luar sekolah).
Jika guru perlu mengoleskan sunscreen ke anak, guru mesti pakai sarung tangan, dan ganti sarung tangan kalau beda anak.
Suhu di dalam ruangan minimum 18°C. (Dinaikkan dari yang dulunya 16°C.)
Ada toilet yang mesti dikhususkan buat tiap bubble, jadi tidak boleh campur pemakaian toilet antar bubble.
Cleaning & Sanitising
Sekolah mesti dibersihkan 2x sehari. Cleaning requirement juga ditambah.
Mainan yang susah dilap/dibersihkan mesti disimpan.
Kalau Ada yang Sakit
Siapapun yang suhunya lebih dari 38°C mesti pulang.
Kalau ada anak yang sakit, nanti guru akan menelepon orang tua.
Jangan banyak kontak dengan orang lain.
Kalau guru membersihkan hidung anak (misalnya ada ingus), setelahnya mesti langsung cuci tangan pakai sabun selama minimal 20 detik.
Prosedur untuk Guru dan Staf
Kalau butuh makanan (makan siang) mesti bawa dari rumah, tidak boleh makan di luar, tidak boleh sering-sering keluar dari sekolah. Tujuannya untuk meminimalkan kontak dengan orang lain.
Tiap guru dan staf mesti menyiapkan pakaian ganti di sekolah, jaga-jaga kalau sewaktu-waktu ada kejadian tak terduga menyangkut hygiene.
Pemakaian personal protective equipment (PPE) seperti masker, sesuai arahan dari Ministry of Health, tidak diperlukan. (Di New Zealand sejauh ini penggunaan masker memang tidak wajibkan, pernah saya bahas di tulisan ini ya.)
Selain hal-hal di atas, guru dan staf juga dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut.
HP mesti dilap kalau mau dipakai. Sebaiknya kurangi megang HP.
Barang yang dipakai di sekolah jangan dibawa ke rumah (misal pulpen, folder, dokumen, dkk.).
Selama di sekolah sebaiknya ada sepatu khusus, jadi sepatu yang dipakai di dalam dengan di luar sekolah itu berbeda.
Beres dari sekolah, langsung pulang ke rumah. Langsung mandi sebelum interaksi dengan keluarga. Pakaian yang dipakai tadi juga harus langsung dicuci.
Sering-sering cuci tangan. Cuci tangan. Cuci tangan. Kalau ga ada akses ke tempat untuk cuci tangan, mesti pakai hand sanitizer.
Saat Makan
Anak-anak mesti cuci tangan sambil diawasi guru tiap sebelum dan setelah makan, pakai sabun, minimal 20 detik.
Saat makan, duduknya mesti berjarak, minimal satu kursi antar anak.
Tidak ada makanan yang boleh dibawa pulang. (Makanannya disediain sama sekolah.)
Yang menyiapkan makanan mesti pakai sarung tangan.
Dot bayi mesti ada wadahnya dan diberi label nama.
Botol susu mesti ada tutupnya dan diberi label nama.
Saat Tidur
Karena merangkap daycare, bakal ada anak yang tidur siang di sekolah.
Tiap bed mesti disemprot dengan surface spray dulu dan ditunggu 10 menit sebelum dipakai.
Sprei dicuci tiap hari dengan air panas.
Anak tidur di dalam box/cot jadi jarak antar anak tetap terjaga selama tidur.
Jarak antar anak saat tidur minimal 1 meter.
Saat Ganti Popok
Ada kelompok anak di bawah 2 tahun yang umumnya masih pakai popok. Anak di atas 2 tahun juga ada sih.
Yang mengganti popok mesti pakai sarung tangan, dan ganti sarung tangan lagi kalau beda anak.
Alas ganti popok mesti didisinfeksi tiap abis dipakai.
Abis gantiin popok, mesti cuci tangan pakai sabun selama minimal 20 detik walaupun sudah pakai sarung tangan.
Delivery ke Sekolah
Mesti contactless dengan yang antar barang.
Barang yang diantar ditaruh di pintu masuk.
Barang yang diterima itu sebisa mungkin dilap dengan anti-bacterial wipes.
—
Dari 5 halaman policy yang dikirim, rasanya poin-poin pentingnya udah saya tulis semua di atas, hehe.
Tanggal 14 Mei lalu New Zealand udah turun ke level 2. Di level 2 ini aturannya udah lebih longgar lagi. Sekolah pada umumnya udah pada buka lagi, tapi juga tetap harus memperhatikan protokol kesehatan.
Di sekolah Akas sendiri, di level 2 ini anak-anak yang masuk udah lebih banyak. Prosedurnya udah ga seribet level 3 tadi. Saat antar/jemput udah ga perlu telpon/sms lagi. Kami bisa langsung masuk ke pintu pertama lalu tanda tangan. Kalau ke pintu kedua, saya belum pernah masuk lagi, tapi kata suami yang lebih sering jemput Akas, udah boleh masuk. Pilihan mainan juga udah lebih banyak. Akas udah bisa main pasir lagi katanya.
Demikian ya cerita Akas soal sekolah setelah lockdown. Semoga bermanfaat.
Alhamdulillah New Zealand udah makin membaikk yaa mbak, lebih siap juga rasanyaa menghadapi pandemi covid19. Tentunya warganya juga lebih taat aturan. Prosedurnyaa jelas dan rinci banget mbaak, makasih uda dibagi di blog jd tau bagaimana kondisi new normal di sana setelah lockdown sehat” selaluu mbak reishaa sekeluargaa
salam kenal mba reisha..dari saya pak winarso di Tegal
Halo pak winarso, salam kenal juga 🙂
Masya Allah Uni, bagusnya sekolah Akas
Btw, andai di negara +62 bisa diterapkan sistem kayak di NZ, auto waras pasti semua warganya
Semoga di Indonesia juga bagus nanti ya penerapannya
Alhamdulillah New Zealand udah makin membaikk yaa mbak, lebih siap juga rasanyaa menghadapi pandemi covid19. Tentunya warganya juga lebih taat aturan. Prosedurnyaa jelas dan rinci banget mbaak, makasih uda dibagi di blog jd tau bagaimana kondisi new normal di sana setelah lockdown sehat” selaluu mbak reishaa sekeluargaa
Sama-samaaaa. Semoga sehat selalu juga ya di sana 😉
Serius deh saya iri2 gimana gitu tiap baca cerita mba rei ttg gmna NZ menghadapi Covid19. Semoga Indonesia bisa segera begitu juga. Aamiin..
Aamiin, semoga di Indonesia segera terkendali ya wabahnya