Persiapan Pernikahan E♡R: Souvenir Pernikahan

Souvenir pernikahan merupakan tanda terima kasih atau kenang-kenangan yang diberikan oleh mempelai atas kesediaan para tamu menghadiri pesta pernikahannya. Banyak sekali benda yang bisa dijadikan souvenir, apalagi di kota besar pilihannya jauh lebih banyak, mulai dari gantungan kunci, magnet, pajangan keramik, kipas, alat makan, gelas, shopping bag, hingga tanaman kaktus mini atau bibit pohon. Berita terakhir, ada yang ngasih souvenir iPod, haha *horangkayah*.

Kartu Ucapan Terima Kasih

Pada souvenir yang diberikan kepada tamu biasanya juga terdapat kartu kecil yang berisi ucapan terima kasih. Seperti orang kebanyakan, kami memilih mencetak kartu ucapan ini bersamaan dengan mencetak undangan.

Karena desain undangan dibuat sendiri, desain kartu ucapan ini pun dibuat sendiri. Warnanya disesuaikan dengan undangan masing-masing. Saya buat desainnya di kertas A4 bolak-balik, landscape 5 kolom x 4 baris, jadi dari selembar kertas A4 dapat 20 lembar kartu. Desain selembar kartu bagian depan dan belakang seperti berikut.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Undangan Versi Cetak (1), Design

Bagian depan saya isi dengan ucapan terima kasih serta nama kedua keluarga. Bagian belakang saya isi dengan doa Nabi Muhammad SAW pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib, yang biasanya ditaruh orang-orang pada undangan, hehe.

Tadinya kartu ini mau dicetak pada kertas Artpaper 230 gr seperti undangan, tapi kemudian Pak Yayat menyarankan untuk pakai kertas Jasmine. Ya sudah saya ngikut aja karena harganya ga nambah. 😀 Dari percetakan, saya mendapatkan kartu yang sudah dipotong-potong, jadi bukan berupa lembaran A4 lagi.

Souvenir Resepsi Baso

Dulu sebelum cetak undangan, mama saya udah bilang ke saya untuk bikin undangan yang murah aja karena prefer untuk mengalokasikan dana lebih di souvenir. Souvenir pengennya juga yang bermanfaat. Buat mama saya big NO untuk ngasih souvenir seperti yang biasa beliau dapatkan karena kebanyakan ujung-ujungnya ga kepake.

Baca juga: Persiapan Pernikahan E♡R: Undangan Versi Cetak (2), Printing

Mama saya sedari awal udah berpikir untuk menjadikan jilbab paris sebagai souvenir. Saya sempat nanya, “kalau tamunya laki-laki gimana? masa dikasih jilbab?”. Mama saya membalas “ya kan ntar bisa dia kasih ke ibunya, istrinya, adiknya, atau siapanya gitu”. Ya sudah lah ya.

Namun di awal mama saya sempat ragu juga karena harga jilbab paris lumayan juga kalau dikali sekian ratus. Tapi begitu dapet nawar dengan harga yang dirasa murah, yakni Rp148.000/kodi, mama saya mantap memborong jilbab paris. Warnanya dibeda-bedain.

Pertama borong jilbab, mama saya beli 20 kodi jilbab, alias 400 helai. Padahal banyaknya souvenir pernikahan biasanya disesuaikan dengan banyaknya undangan yang disebar. Saya cetak undangan 750 lembar, masa iya souvenir cuma 400. Adik saya aja udah protes ke mama ga bakal cukup lah segitu, tapi mama saya masih kekeuh kalau tamunya ga mungkin datang semuanya juga. Hadeh. Ya sudah akhirnya saya tambahin 10 kodi lagi. Jadi total ada 600 souvenir nanti. Still better lah daripada cuma 400, mau nyediain 750 juga dah ga ada lagi budgetnya. Jadi tiba saatnya nanti souvenirnya habis ya sudah. 😀

Yang pertama kali pergi belanja jilbab 20 kodi itu mama saya dan adik saya. Yang jual pun mpe nanya “jualan jilbab di mana dek?”. Ahaha. Trus pas beli yang 10 kodi lagi, di toko yang berbeda tapi ternyata pemiliknya sama dengan toko sebelumnya, adik saya ditanyai lagi, “yang waktu itu udah abis?”. Wkwkwk. Tapi kalau liat penampakan jilbabnya ditumpuk di rumah sih emang dah kayak orang mau jualan.

image

Itu baru jilbabnya. Perlu bungkusnya tentunya. Dari awal dah mikir mau pakai kemasan yang dari kain tile sih. Mama saya tampaknya ga ada gambaran kalau di Bukittinggi beli di mana, jadi saya beli di Bandung aja. Saya beli di toko yang menjual aneka souvenir di seberang Pasar Baru Bandung. Tadinya saya kira mesti pesen, ternyata mereka punya ready stock. Pilihan warnanya terbatas memang jadinya, tapi karena saya pengen cepet jadi saya ambil aja warna yang ada. Warna-warni tidak mengapa karena nanti bakal dipadukan juga dengan jilbab yang warna-warni.

image

Setelah saya pulang kampung, kami mulai gotong royong membungkus souvenirnya. Tadinya kartu ucapannya mau saya ikatkan ke pita kain tile, tapi ternyata bentuknya ga oke. Akhirnya kartu ucapannya dimasukin ke dalam bareng jilbab aja. Dan jadinya mengurangi effort untuk melubangi kartu ucapan kalau jadi diikat, hoho.

Saya kira gotong royongnya bakal butuh berhari-hari soalnya di rumah pun waktu itu belum banyak orang. Tapi ternyata dalam 2 hari selesai. Yang ngerjain pun cuma 3-4 orang, hehe. Berikut hasil akhirnya.

image

Di hari H, 600 souvenir itu memang ga cukup, secara yang datang buanyak banget. Saya pernah bilang ke mama gimana kalo tambah souvenir lain aja yang lebih murah. Tapi mama saya bilang ga usah. Jadi ya sudah lah yaa. 😛

Souvenir Resepsi Padang

Untuk resepsi Padang, Evan menyerahkan pada adiknya di Padang (Litha dan Mira). Mereka memilih cermin kecil dan magnet kulkas. Beli borongan dan udah dibungkus plastik. Waktu saya ke Padang tanggal 21 Desember 2013, saya sempat bareng mereka meng-staples kartu ucapan ke bungkus souvenir. Waktu ngerjain magnet kulkas yang berupa buah-buahan, kami jadi kayak main tebak-tebak buah karena beberapa bentuknya geje gitu, hihihi. Sayang saya ga moto souvenirnya waktu itu jadi ga ada foto yang bisa diposting di sini, hiks.

Saya baru sadar kalau di souvenir pernikahan kami ga ada tertulis nama ataupun inisial nama kami selain di kartu ucapan. Souvenirnya keduanya memang ga ada yang dipesan, melainkan dibeli langsung. Seorang teman pernah bilang “berarti ga ada kenang-kenangan nama kalian donk di souvenirnya?”. Iya sih. Tapi ga masalah kok. Doa dari para tamu lebih berharga buat kami. 🙂

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment