Menjelajah Auckland dengan Bersepeda (1): The Stories

Dulu waktu awal-awal datang di Auckland, saya rasanya hampir tidak pernah melihat orang bersepeda. Terasa kontras sekali dibanding pemandangan sehari-hari saat saya di Tokyo dulu.

Tapi melihat kontur Auckland yang naik turun, saya membayangkan kalau sehari-hari sepedaan di Auckland, sepertinya bakal melelahkan juga. Nanjak kan cape ya buuu. Mungkin karena itu yaa jarang yang sepedaan dan ga heran e-scooter lebih banyak dipakai di sana.

Seiring berjalannya waktu, saya jadi menyadari, dulu itu saya mainnya kurang jauh makanya jarang lihat orang sepedaan, wkwk. Ada kok yang sepedaan, tapi kalo di City Centre memang ga banyak.

Zaman ngebolang dengan sepeda itu sangat menyenangkan

Awal Mula Beli Sepeda di Auckland

Rencana awal, kami itu hanya akan tinggal di Auckland slama 1,5 tahun. Dalam 1,5 tahun itu, tak pernah sedikit pun terpikir oleh kami untuk membeli sepeda. Bahkan menyewa sepeda pun ga pernah. Cukup lah ke mana-mana dengan naik kendaraan umum ditambah jalan kaki.

Lalu kemudian kami extend tinggal di Auckland selama 6 bulan. Kondisinya suami bekerja dan jarak ke kantornya juga lumayan jauh dari apartemen. Suami pun mempertimbangkan sejumlah opsi agar commuting ke kantornya jadi lebih mudah.

Kalau punya mobil, sebenarnya ke kantornya ini cuma butuh waktu sekitar 20 menit. Tapi kalau beli mobil rasanya ga worth karena cuma dipake selama 6 bulan, belum lagi mesti nambah biaya sewa parkir mobilnya di apartemen (yeah, parkirnya ga gratis bund). Kalau naik taksi online terus, lumayan juga ongkosnya.

Sempat kepikiran untuk cari tempat tinggal yang dekat ke kantor suami, tapi saya ga nemu yang cocok. Pilihan apartemen mayoritas adanya di City Centre atau Manukau, ya tetep aja ga deket kantor. Kalau sewa rumah, banyakan unfurnished, malah repot.

Kalau ngandalin kendaraan umum, opsinya jalan kaki lalu naik kereta disambung dengan naik bus. Tapi ini bisa ngabisin waktu sampai 1,5 jam, wkwk. Lumayan yaaa.

Hingga suatu hari suami datang dengan ide untuk beli sepeda. Jadi suami akan berangkat dengan naik sepeda ke stasiun, lalu naik kereta, kemudian sepedaan lagi. Hemat ongkos, hemat waktu, sekalian olahraga katanya. Yo wes langsung eksekusi deh.

Suami pun mencoba mencari sepeda bekas dan alhamdulillah ketemu yang cocok. Emang rezeki banget waktu itu, karena yang namanya cari barang bekas kan belum tentu selalu ada yaa.

Membawa Sepeda di Kendaraan Umum di Auckland

Dari rencana suami itu saya jadi tahu ternyata kita boleh bawa sepeda ke kereta di Auckland. Di ferry juga boleh. Hanya saja untuk bus, yang diperbolehkan hanyalah sepeda lipat.

Karena itu juga, dulu suami memilih membeli sepeda lipat. Selain bisa dibawa naik bus, menyimpannya di apartemen juga lebih mudah dan ga makan tempat.

Kesannya nyaman yaa, bisa sepedaan disambung dengan naik bus. Tapi sebenarnya dibanding kota-kota lain di New Zealand, di Auckland ini tergolong outlier.

Di kota lain itu, di busnya tersedia bike rack. Pesepeda kalau naik bus, sepedanya digantung di bike rack itu. Jadi pake sepeda gede pun aman.

Bike rack ini posisinya ada di depan bus, bisa menampung 2-3 sepeda. Saya pernah lihat sendiri waktu naik bus di Christchurch. Amaze juga waktu itu karena saya baru tahu ada fitur kayak gitu di bus, hehe. Di Auckland ga ada. Sayang saya ga sempat dokumentasiin waktu itu, tapi kayak di video ini nih.

Kenapa di Auckland ga ada? Katanya sih berkaitan dengan masalah safety di halte yang ada di Auckland sekarang. Ga ngerti juga saya masalahnya di mana, karena halte bus sepengamatan saya ya gitu-gitu aja, di Christchurch pun. Yah mereka lebih paham lah ya, iya in aja lah, wkwk.

Pengalaman Ditolak Membawa Sepeda di Bus

Pernah suatu hari saya mengalami pengalaman ga enak saat mau bawa sepeda naik bus.

Sepeda lipat kami yang saya bawa ke dalam bus

Ceritanya saya mau sepedaan di North Shore, jadi saya mesti naik bus dulu karena sepeda ga bisa nyeberang Auckland Harbour Bridge. Saya nunggu bus di halte pertama rute bus tersebut. Sepeda sudah dilipat. Jadi ketika bus datang, saya harusnya tinggal naik.

Saya sendirian di halte bus saat itu. Bus pun tentunya kosong. Ketika saya mau naik, driver bus menyetop saya dan bilang saya ga bisa bawa sepeda itu. Menurut dia, sepeda tidak diperbolehkan dibawa naik bus.

Bingung donk saya. Biasanya aman-aman aja, sekarang kok ditolak. Apakah ada perubahan aturan? Atau sebenarnya memang ga boleh tapi selama ini driver bus lain berbaik hati mengizinkan saya naik bus?

Karena saya pun ragu, saya malas bertanya lebih lanjut apalagi mendebat driver tersebut. Busnya pun berangkat tanpa penumpang.

Setelah itu saya coba browsing. Dan saya bener kok, berdasarkan info di web Auckland Transport (AT) sepeda lipat boleh dibawa naik bus. Tidak ada perubahan aturan.

For safety of the passengers on board of buses only compact folding bikes and scooters are permitted on board, and must be folded down before boarding. Full size bicycles and non-collapsible scooters (including electric)  cannot be brought on board the bus.

Ya sudah. Saya tunggu bus berikutnya. Saya sudah bersiap dengan web AT jika saya ditolak lagi naik bus. Bener aja, driver bus berikutnya sempat seperti akan menolak saya, saya tunjukin aja webnya, dan saya pun diperbolehkan naik. Alhamdulillah.

Dugaan saya driver busnya ga familiar aja dengan aturan membawa sepeda ini. Selama saya naik bus di Auckland, saya memang ga pernah melihat orang lain bawa sepeda lipat.

Sepeda lipat pun masih terbilang jarang di Auckland saat itu, padahal di Indonesia lagi booming, hehe. Orang New Zealand lebih banyak memakai road bike atau mountain bike.

Namun demikian, saya tetap melaporkan kejadian tersebut ke pihak AT. Saya isi contact form di web AT-nya kalau ga salah. Intinya saya cuma mau memastikan apakah aturannya sesuai web atau tidak. Dan katanya memang benar.

Saya ditanyai kejadiannya di bus apa dan jam berapa. Katanya driver-nya bakal ditegur. Saya ga tahu kelanjutannya gimana, semoga cuma sekadar teguran yaa.

Aturan Bersepeda di Auckland

Kalau ditanya aturan bersepeda, sebenarnya saya ga paham juga sih, ahaha. Soalnya saya tuh ga berani sepedaan di jalan raya. Ga berani sejalur dengan mobil apalagi truk. Jadi saya hanya sepedaan di trotoar atau di cycleway, wkwk.

Selama sepedaan, paling saya selalu pake helm sepeda. Itu aja sih, haha.

Kalau kayak suami yang berani sepedaan di jalan raya, ya paling mesti paham ya kode yang digunakan di jalan ketika mau belok atau berhenti.

Mending baca-baca langsung aja ya di web NZTA ini, hihi.

Cerita Tidak Menyenangkan Lainnya Terkait Sepeda di Auckland

Wahaha, kenapa cerita tidak menyenangkan lagi yang ditulis. Yah ga papa lah ya, judul tulisannya aja the stories. Baru bagian 1. Nanti cerita menyenangkannya di bagian 2, hehe.

Dari artikel yang saya baca, ternyata membawa sepeda naik kereta atau ferry juga tidak selalu menyenangkan. Kalau udah penuh alias ga ada space untuk sepedanya, ya berarti ga bisa naik.

Saya ga tahu juga ferry atau kereta dari mana itu yang penuh, soalnya suami ga pernah ngalamin. Alhamdulillah dia lancar-lancar aja tiap hari bawa sepeda naik kereta.

Hal lain yang juga dikeluhkan adalah minimnya tempat untuk parkir sepeda, terutama untuk yang commute dengan sepeda plus kendaraan umum. Ini mungkin kerasa buat yang kerja di City Centre misalnya. Kalau kantor suami saya sih bukan di pusat kota dan lahan kantornya luas banget, jadi ga ribet mikirin parkir di mana.

Kami juga pernah dengar cerita dari teman suami yang kehilangan sepedanya. Kemungkinan sih dicuri orang. Jadi tetap mesti waspada ya kalau naruh sepeda, tetap dikunci. Auckland itu banyak pendatang soalnya, jadi karakter manusianya juga beragam, heuheu.

Segitu dulu cerita soal persepedaan di Auckland. Next saya cerita rute bersepeda yang pernah saya coba yaa.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment