Trip Malaysia: Keliling Melaka

Minggu, 16 November 2014

Agenda kami hari itu adalah mengelilingi spot-spot wisata di Melaka, lalu sorenya berangkat ke Kuala Lumpur. Setelah sarapan di hotel, kami check out lalu pergi ke Melaka Sentral dulu untuk menitipkan koper di luggage storage. Di bus menuju Melaka Sentral, kami ketemu orang baik lagi. Jadi waktu itu kami ga punya uang ringgit pecahan kecil, dan sopir bus ga nerima duit gede. Sempat mau turun dulu aja lalu jajan biar sekalian nuker duit, tiba-tiba ada salah satu penumpang yang minjamin kami duit untuk bayar ongkos. Nanti diganti di Melaka Sentral aja katanya. Alhamdulillah.

Selain menitipkan koper, kami juga langsung beli tiket bus untuk ke Kuala Lumpur. Karena hari sebelumnya udah kemahalan beli tiket bus, kali ini kami cari bus yang harga tiketnya paling murah, haha. Dapatlah bus Delima dengan tiket RM10/orang.

Dutch Square (Red Square)

Dari Melaka Sentral, kami naik bus yang sama dengan hari sebelumnya. Tujuan pertama kami adalah ke Dutch Square. Tempat ini gampang banget dikenali karena banyak bangunan bercat merah. Lagipula mayoritas turis yang naik bus turun di situ. Di sana antara lain ada Christ Church, Clock Tower, Queen Victoria Fountain, dan Stadthuys yang semuanya bercat merah. Di sana juga banyak becak berhias yang sebagian muter lagu Indonesia.

Cari aja bangunan yang catnya merah seperti ini
Ini Clock Tower
Clock Tower-nya di pinggir jalan, jadi gampang dicari
Berfoto dengan Queen Victoria Fountain dan Clock Tower
Berfoto dengan Christ Church Melaka
Suasana di kawasan Red Square
Bangunan Stadthuys

Mencari Es Cendol Durian

Dari Dutch Square, kami berjalan menyeberangi sungai ke arah Jonker Street. Tujuan utama kali ini adalah mencicipi es cendol durian yang terkenal di sana. Saya ga suka durian, jadi saya pesan es cendol biasa aja. Rasanya masih lebih enak es cendol di Indonesia deh, hihi.

Berjalan mencari es cendol durian
Ini dia es cendolnya

Jonker Street di siang hari ga seramai malam hari. Stand jualan ga ada, yang jualan hanya yang punya toko. Lagi pula jalannya dipakai untuk kendaraan, beda dengan malam hari.

Baca juga: Trip Malaysia: Itinerary Plan dan Perjalanan ke Malaysia

Jonker Street di siang hari
Wah ada kapal

Muzium Samudera & Menara Taming Sari

Dari Jonker Street, kami kembali ke area dekat Dutch Square sambil diskusi selanjutnya ambil jalan ke arah mana biar ga muter-muter, kaki udah mulai pegel soalnya. Akhirnya kami ambil jalan di pinggir sungai dulu, ke arah Muzium Samudera. Sebelumnya sempat mampir foto-foto dekat Kincir Air Kesultanan Melayu Melaka.

Muzium Samudera berupa sebuah kapal besar. Kami baru tau ternyata untuk masuk ke sana mesti bayar, hehe. Kami pun ga jadi masuk ke dalam, foto-foto dari luar aja. Di sini udah kerasa gempor karena kebanyakan jalan.

Gerbang masuk Muzium Samudera
Museumnya berbentuk kapal

Kami lanjut jalan ke Menara Taming Sari. Menara ini memiliki platform pengunjung yang dapat berputar 360 derajat. Platform-nya pun naik turun tiap menaik-turunkan pengunjung. Menarik sebenarnya, tapi kami ga naik menaranya karena ga mau keluar duit untuk beli tiketnya, hihi. Jadi kami cuma foto-foto dari luar saja.

Kawasan Menara Taming Sari
Platform yang bisa dinaiki pengunjung
Platform-nya naik turun sambil berputar
Berfoto dengan Menara Taming Sari

A’Famosa Fort

Setelah istirahat sebentar, kami terus berjalan menuju A’Famosa Fort. A’Famosa Fort adalah bangunan sisa reruntuhan benteng Portugis di Melaka. Sebelumnya dalam bayangan saya bangunannya besar, tapi ternyata kecil aja. Kecil banget malah dari bayangan saya.

Bangunannya lebih kecil dari bayangan saya
Sisi belakang bangunan
Berfoto dengan A’Famosa Port

Istana Kesultanan Melaka

Dari A’Famosa Fort, kami bisa melihat ada gerbang ke Istana Kesultanan Melaka. Sebelumnya ini ga masuk checklist kami sih. Ngintip sebentar dari gerbang, ternyata mesti beli tiket. Karena tiket masuknya cuma RM2/orang, suami bilang masuk aja, nanggung katanya. Ya sudah :D.

Menuju Istana Kesultanan Melaka
Bangunan Istana Kesultanan Melaka

Istana Kesultanan Melaka merupakan sebuah museum, replika dari Istana Kesultanan Melayu Melaka tempo dulu. Di dalamnya terdapat banyak artifak, cetakan, gambar, dan lukisan yang mewakili sejarah dan budaya Kesultanan Melayu Melaka serta masyarakat yang menetap di Melaka saat itu.

Masuk ke dalam istana
Di dalamnya semacam galeri
Patung Delegasi Gujarat
Balairung Seri (Audience Hall)

Banyak sebenarnya yang bisa dilihat di sana, tapi karena kami buru-buru, kami ga berlama-lama di sana.

St. Paul’s Church

Dari Istana Kesultanan Melaka, kami pun mencari St. Paul’s Church, satu spot yang belum dikunjungi dalam checklist kami. Ternyata St. Paul’s Church berada di Bukit St. Paul dekat situ, jadi mesti naik tangga ke sana. Kaki udah gempor, kudu naik tangga pula, huhu. Butuh perjuangan banget sampai ke atas situ. Bangunan ini adalah salah satu gereja bersejarah di Melaka. Dari sana, kita bisa melihat pemandangan Selat Malaka.

Bangunan St. Paul Church
Patung St. Paul kayaknya
Bagian dalam gereja
Selat Malaka dan Menara Taming Sari dilihat dari St. Paul’s Church

Beres dari St. Paul, kami pun segera mencari makan siang. Udah laper dari tadi sebenarnya, tapi ditahan dulu aja karena nanggung dikit lagi muterin spot wisatanya. Dan nyari makan siangnya pun benar-benar perjuangan, muter-muter lama nyari restoran yang akhirnya tetap ga ketemu, huhu. Setelah dapet makan dan rehat sejenak, kami pun segera naik bus menuju Melaka Sentral. Kecepetan sih waktu itu sebenarnya, tapi gpp lah, dari pada telat trus ketinggalan bus ke Kuala Lumpur.

Overall, Melaka oke, dan tempat wisatanya ternyata ga gitu luas, jadi bisa jalan kaki aja untuk keliling-keliling, tapi siapkan stamina dan sepatu yang nyaman, heuheu. Sebelumnya dalam bayangan saya tempatnya bakal luas banget sampai perlu beberapa kali naik bus, hehe.

Ada yang kenal lirik lagu jadul “Di selat Malaka di ujung Sumatra, dua hati kita satu dalam cinta”? Haha, jadul banget, tapi teringat lirik ini pas di Melaka.

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment