Yuk, Terapkan Lagu “Aku Anak Sehat” untuk Menuju Indonesia Sehat

Ada yang tahu lagu “Aku Anak Sehat”? Sepertinya sebagian besar orang sudah tahu lagu ini ya, lagunya sudah ada dari lama soalnya, hehe. Kalau belum tahu, boleh dengar dari video Youtube ini dulu.

Dulu waktu masih kecil, kalau mendengar lagu ini, buat saya ya tidak ada bedanya dengan lagu anak-anak lainnya. Tapi begitu sudah jadi ibu dan berulang kali memperdengarkan lagu ini kepada anak saya, saya jadi berpikir bahwa sesungguhnya lagu ini lebih tepat dibilang lagu edukasi untuk para ibu ketimbang sekadar lagu anak. Kenapa begitu? Coba kita perhatikan lagi ya lirik lagunya.

Aku anak sehat, tubuhku kuat
Karena ibuku rajin dan cermat
Semasa aku bayi, selalu diberi ASI
Makanan bergizi dan imunisasi

Berat badanku ditimbang selalu
Posyandu menunggu setiap waktu
Bila aku diare, ibu selalu waspada
Pertolongan oralit selalu siap sedia

Penasaran dengan lagu ini dan saya coba googling dan tampaknya benar deh dugaan saya, hehe. Ada yang menyebutkan bahwa lagu yang diciptakan oleh A. T. Mahmud ini dibuat dalam rangka meningkatkan kesadaran orang tua tentang kesehatan gizi dan tumbuh kembang anak mereka serta memperkenalkan pelayanan Posyandu kepada masyarakat. Harapannya tentu saja agar anak-anak Indonesia bisa tumbuh dengan sehat dan optimal.

Sejak tahun 2016, pemerintah terus menggaungkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dan dari berbagai masalah kesehatan yang kita hadapi, tahun ini pemerintah fokus pada tiga prioritas utama berikut.

  1. Eliminasi tuberkulosis (TBC).
  2. Pencegahan dan intervensi stunting.
  3. Peningkatan mutu serta capaian imunisasi.

Dari tiga hal tersebut, TBC dan imunisasi sudah jelas sekali ya. Lalu bagaimana dengan stunting? Sebagian besar masyarakat mungkin belum familiar dengan stunting ini. Kenapa sampai jadi fokus utama?

Menkes pada acara WNPG XI Tahun 2018 (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Mengenal Stunting dan Bahayanya

Apa Itu Stunting?

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi (malnutrisi) yang kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Lalu, apakah semua anak yang pendek itu stunting? Tentu tidak, karena perawakan anak juga tergantung pada tinggi orang tuanya, alias faktor genetik. Anak yang stunting tidak hanya berperawakan pendek atau kerdil, berat badannya juga kurang, daya tahan tubuhnya buruk sehingga jadi mudah terserang penyakit.

Otak berkembang dengan sangat pesat pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni sejak masih dalam kandungan hingga umur 2 tahun. Malnutrisi pada periode emas ini sangat berbahaya pada perkembangan otak anak. Anak yang stunting juga mengalami gangguan fungsi kognitif, perkembangan otaknya tidak baik, akibatnya kecerdasannya di bawah rata-rata. Dan kondisi ini bisa bersifat permanen.

Apa Penyebab Stunting?

Ada banyak faktor yang menyebabkan stunting, yang kalau ditelusuri bisa jadi karena masalah berkelanjutkan yang dimulai sejak ibu hamil. Faktor-faktor tersebut di antaranya:

  • Faktor ibu yang kurang nutrisi di masa remajanya, masa kehamilan, dan masa menyusui. Ibu yang kekurangan berat badan atau anemia selama masa kehamilan lebih mungkin memiliki anak stunting, bahkan berisiko menjadi kondisi stunting yang akan terjadi secara turun-temurun.
  • Faktor perilaku dan praktik pemberian makan yang buruk kepada anak. Contohnya buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani serta rendahnya asupan vitamin dan mineral. Faktor ini tidak hanya terjadi pada kelompok keluarga miskin yang sulit mendapatkan pangan bergizi lho, tapi juga pada kelompok yang lebih baik kondisi ekonominya. Mau miskin ataupun kaya, kalau asupan gizinya salah, maka anak tetap berpotensi stunting.
  • Faktor sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai. Sanitasi yang buruk berkaitan dengan terjadinya penyakit diare dan cacingan secara berulang-ulang pada anak. Kedua penyakit tersebut telah terbukti ikut berperan menyebabkan anak kerdil.
  • Faktor lainnya, seperti infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.

Stunting di Indonesia

Bagaimana dengan kasus stunting di Indonesia? Ternyata angkanya tinggi. Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20%. Sementara itu berdasarkan Pemantauan Status Gizi 2017, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34 provinsi, hanya ada 2 provinsi yang berada di bawah batasan WHO tersebut, yakni Yogyakarta dan Bali. Sementara di 13 provinsi prevalensinya berada di kisaran 20%-29%, 17 provinsi 30%-39%, dan dua provinsi bahkan sangat tinggi (lebih dari 40%) yakni NTT dan Sulawesi Barat.1

Dalam acara Kampanye Pencegahan Stunting Itu Penting, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menegaskan bahwa Indonesia harus bebas dari generasi stunting2, sehingga pencegahan stunting itu menjadi upaya yang sangat penting.

Acara Kampanye Nasional Pencegahan Stunting (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Kenapa masalah anak stunting jadi sepenting itu? Bicara stunting sebenarnya tidak bicara dampak hari ini saja, tapi soal masa depan bangsa puluhan tahun yang akan datang. Seperti yang disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2018, anak yang stunting itu perkembangan otaknya tidak baik, kecerdasannya rendah, padahal mereka adalah generasi penerus bangsa.

Bayangkan apa jadinya bangsa kita kalau 20-30 tahun lagi banyak dari penduduk kita yang produktivitas dan daya saingnya rendah. Ekonomi negara juga akan rusak. Karena itulah pencegahan stunting menjadi salah satu fokus utama pemerintah di tahun ini.

Lagu “Aku Anak Sehat” dan Kaitannya dengan Pencegahan Stunting

Kembali ke lagu “Aku Anak Sehat”, hehe. Sebelumnya sudah dijelaskan stunting itu apa dan penyebabnya apa saja. Lalu bagaimana cara mencegahnya?

Pencegahan stunting secara umum berkaitan dengan tiga hal, yakni pola makan, pola asuh, dan sanitasi (akses air bersih)3. Nah kalau diperhatikan sekali lagi, sejak dulu sebenarnya lagu “Aku Anak Sehat” ini sudah mengajarkan apa saja yang harus dilakukan orang tua agar anaknya tumbuh sehat dan terhindar dari stunting.

Pemberian ASI

Sejak bayi lahir, bayi harus mendapatkan asupan yang baik. Dan nutrisi yang terbaik buat bayi usia 0-6 bulan tentu saja hanya ASI. Untuk mencegah stunting, tentunya pemberian ASI juga harus tepat dan ada frekuensi menyusui yang perlu dicapai ibu selama memberikan ASI eksklusif. Susui bayi sesuai kebutuhan, minimal 8x sehari. Selama periode ASI eksklusif, jangan pernah memberikan makanan/minuman selain ASI kepada bayi.

Setelah bayi berusia 6 bulan, menyusui sebaiknya diteruskan. ASI tetap merupakan asupan penting sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6-12 bulan, asupan utama bayi masih ASI, yakni hingga 70%. Sementara pada usia di atas 12 bulan, ASI masih memenuhi 20-30% kebutuhan gizi bayi.

Dalam sambutannya pada Puncak Peringatan Pekan ASI Sedunia tahun 2018 di Kementerian Kesehatan, Menkes Nila F. Moeloek juga menyatakan bahwa menyusui adalah investasi4. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, juga pernah menyatakan bahwa 2-3% anak dengan stunting akan mempengaruhi ratusan triliun pendapatan negara. Namun, satu orang anak Indonesia yang cerdas mampu mengangkat nilai enonomi negara hingga 48 kali lipat.

Pemberian Makanan Bergizi

Stunting sudah jelas disebabkan oleh malnutrisi, oleh karena itu perbaikan pola makan penting sekali dilakukan untuk mencegah stunting.

Makanan bergizi sudah bisa diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Pada usia 6 bulan itu, ASI saja sudah tidak cukup lagi sehingga bayi perlu mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI). MPASI yang baik adalah yang kaya energi, protein, dan mikro nutrien, mudah dimakan anak, disukai anak, berasal dari bahan makanan lokal dan utama di tempat kita tinggal, terjangkau, dan mudah disiapkan.

MPASI sebenarnya bisa jadi momentum untuk perbaikan pola makan seluruh anggota keluarga lho. MPASI bisa disiapkan dari menu keluarga, jadi tidak harus masak terpisah khusus untuk bayi. Bayi makan MPASI yang bergizi seimbang, anggota keluarga lainnya pun juga mendapatkan asupan yang sehat.

Dan makanan yang sehat itu tidak harus mahal. Misal nih, ikan salmon sering dicitrakan sebagai ikan yang bergizi tinggi, tapi nyatanya kandungan gizi ikan kembung lebih unggul. Harganya? Jelas jauh lebih murah ikan kembung. Yang ekonomi pas-pasan pun juga insya Allah tetap bisa terpenuhi gizinya dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang murah meriah.

Imunisasi

Setelah ASI dan makanan bergizi, anak sehat juga diberi apa? Yup, imunisasi. Sekilas sepertinya tidak ada hubungan langsung ya antara imunisasi dengan pencegahan stunting pada anak balita.

Tapi dipikir-pikir lagi, ada kaitannya lho. Begini. Dengan imunisasi, anak tidak mudah terserang penyakit yang berbahaya, sehingga anak lebih sehat. Dengan tubuh yang sehat, asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi terserap dengan baik. Nutrisi yang terserap oleh tubuh dimanfaatkan untuk pertumbuhannya sehingga menghasilkan status gizi yang baik.

Yaa kalau pun tidak berhubungan, nyatanya perlindungan imunisasi juga jadi fokus utama pemerintah berbarengan dengan pencegahan stunting, hehe. Imunisasi juga merupakan salah satu bentuk intervensi gizi sensitif yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi stunting.

Rutin ke Posyandu

Anak yang stunting itu biasanya tubuhnya terlihat lebih kecil dan berat badannya lebih rendah untuk usianya. Karena itu penting sekali untuk rutin memantau berat badan anak sejak dia lahir. Sebenarnya tidak hanya berat badan, tapi juga panjang/tinggi badan dan lingkar kepala. Mungkin kepanjangan lagunya nanti kalau disebutkan semua, hihi.

Di Posyandu biasanya ada berbagai macam kegiatan. Kegiatan rutinnya antara lain penimbangan balita untuk memantau pertumbuhannya, pemberian vitamin A pada bayi berusia di atas 6 bulan, imunisasi, hingga penyuluhan.

Apakah harus Posyandu? Memang sebagian orang sudah rutin memantau tumbuh kembang anaknya sejak bayi ke dokter spesialis anak, yang mana jauh lebih memuaskan dibanding Posyandu. Tapi pastinya tidak semua orang bisa sering-sering ke dokter spesialis anak. Mahal.

Sementara Posyandu bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Posyandu mampu membantu mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat5. Sekalian kan di Posyandu bisa ketemu sama tetangga sekitar, menjaga silaturahmi, hehe. Cuma memang sih ada baiknya Posyandu ini ditingkatkan lagi perannya oleh pemerintah.

Waspada Diare

Diare turun berperan dalam menyebabkan stunting. Eh gimana? Tentu tidak semua diare dapat menyebabkan stunting. Namun, diare yang terjadi berulang-ulang dan diare kronis yang terjadi dalam waktu lama pada anak-anak memungkinkan terjadinya stunting. Pada saat diare, ada banyak cairan dan mikro nutrien yang terbuang dari dalam tubuh. Jika ini berlangsung terlalu sering, pertumbuhan bisa terhambat dan berujung stunting.

Oleh karena itu, kita perlu waspada agar anak tidak diare. Jangan pernah anggap remeh diare. Kalau sudah diare, seperti dibilang di lagu, “pertolongan oralit selalu siap sedia”. Tidak hanya oralit, tapi juga harus diiringi dengan menjaga asupan cairan, hindari makanan pedas dan asam, dan segera ke dokter atau iGD jika sudah ada tanda dehidrasi.

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, bukan? Caranya? Lakukan perilaku hidup sehat dan bersih. Rajin cuci tangan, jaga kebersihan rumah dan lingkungan, serta pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi terjaga kebersihannya. Dengan mencegah diare, kita juga sekalian menghindari stunting.

Ibu Sebagai Garda Terdepan Pencegahan Stunting

Sebelum melakukan hal-hal di atas, apa hayo poin penting yang terlewatkan?

Karena ibuku rajin dan cermat

Peran ibu memang sangat penting untuk menjaga gaya hidup sehat dan menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam keluarga. Pun untuk pencegahan stunting, ibu yang cermat itu diperlukan bahkan sejak sebelum ia hamil.

Pada upacara peringatan Hari Kartini 2018, Menkes menyampaikan harapannya agar peran dan kontribusi kaum perempuan bisa ditingkatkan dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dihadapi sebagai wujud nyata pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK)6.

Menkes pada peringatan Hari Kartini 2018 (Sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Apa saja yang bisa dilakukan ibu yang rajin dan cermat untuk mencegah hadirnya stunting?

  • Perempuan harus memperhatikan asupan gizinya. Investasikan gizi sejak remaja, karena remaja perempuan sudah mengalami siklus menstruasi dan dalam siklus itu rentan kekurangan darah (anemia). Kondisi anemia ini berbahaya jika masih dialami saat hamil.
  • Ibu yang sedang hamil wajib memperhatikan asupan gizi dan kondisi kesehatannya. Asupan janin tergantung pada makanan ibunya, jadi ibu mesti mengoptimalkan nutrisi yang dikonsumsinya. Anemia harus ditanggulangi karena membuat asupan oksigen ke janin berkurang. Ini cikal bakal berat bayi lahir rendah dan stunting.
  • Setelah bayi lahir, ibu harus menyusui bayinya. Selanjutnya ibu cermat memantau tumbuh kembang anak dan memperhatikan asupan gizi keluarga. Untuk mencatat perkembangan anak, manfaatkanlah semaksimal mungkin buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) itu. Isinya sudah lengkap, mulai dari catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai anak usia 6 tahun), serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
  • Ibu yang rajin terus mengedukasi dirinya karena pengetahuan itu terus berkembang. Menjadi ibu adalah proses belajar seumur hidup.

Oleh karena itu, ayo para ibu Indonesia, jadilah yang terdepan dalam mengawal kesehatan bagi diri kita, bagi keluarga kita, bagi lingkungan kita, dan pada akhirnya para ibu menjadi sosok pengawal kesehatan bangsa.Menkes Nila F. Moeloek

Sampai penjelasan di atas, terasa ngga kalau lagu “Aku Anak Sehat” itu mendidik sekali? A. T. Mahmud itu luar biasa yaa. Dengan lirik yang sederhana dan mudah diingat, kita jadi tahu apa saja yang mesti dilakukan oleh seorang ibu agar anaknya sehat dan kuat.

Walau lagu lama, lagu yang pernah menjadi lagu tema iklan Posyandu di televisi dan radio ini nyatanya masih relevan untuk diterapkan hingga saat ini dan nanti. Dengan menghindarkan anak sendiri dari stunting, kita juga sudah turut berperan untuk mencapai Indonesia Sehat.

Sudah hafal kan lagunya? Yuk kita terapkan! 😉

REFERENSI

  1. Sosialisasi Germas Atasi Masalah Kesehatan
  2. Menkes Nila Moeloek: Generasi Indonesia Jangan Stunting
  3. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh, dan Sanitasi
  4. Menkes: Menyusui Adalah Investasi Cerdaskan Generasi
  5. Menkes: Posyandu Bantu Dekatkan Kesehatan pada Masyarakat
  6. Hari Kartini 2018, Menkes Harapkan Peran Perempuan Selesaikan Masalah Kesehatan

CREDIT

  1. Infografis dibuat sendiri menggunakan Canva.com
  2. Sebagian gambar dalam infografis menggunakan vector dari Freepik.com
Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Media Sosial 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI

Salam,

Reisha Humaira

6 komentar pada “Yuk, Terapkan Lagu “Aku Anak Sehat” untuk Menuju Indonesia Sehat

  • 28 September 2018 pada 14:51
    Permalink

    Baca judulnya saya langsung nyanyi lho, Teh. Jadi ingat tadi pagi baca post tentang korban gempa di lombok yang kekurangan air bersih. Lihat anak-anaknya jadi miris. Semoga keadaan segera membaik…

    Balas
  • 28 September 2018 pada 19:10
    Permalink

    Padat sekali informasinya, Teh. Aku jadi banyak bahan belajar nih sbg calon ibu. Memang penting banget peran ibu dlm pencegahan stunting. Btw infografisnya juga jempol. Good luck ya…

    Balas
  • 28 September 2018 pada 22:36
    Permalink

    Ya alloh kemana aja aku baru tahu istilah stunting… Makasih sharingnya ya

    Balas
  • 1 Oktober 2018 pada 07:20
    Permalink

    Di zaman serba modern ini masih ada aja anak kurang gizi, oleh karena itu kita harus pandai 2 bersyukur yaa

    Balas
  • 6 Oktober 2018 pada 20:54
    Permalink

    infografisnya bikin mupeng banget mbak. keren! terima kasih sudah menginspirasi 🙂

    Balas

Leave your comment