NZ Road Trip: Kunjungan Singkat di Kota Dunedin
Senin, 1 Juli 2019
Berkunjung ke kota Dunedin sudah masuk ke dalam agenda kami berhubung kami sudah menyusuri sisi selatan hingga tenggara South Island, New Zealand. Dunedin adalah salah satu kota besar di South Island, ibukota regional Otago.
Awalnya kami mengagendakan satu hari penuh untuk berkeliling di Dunedin. Hanya saja waktunya jadi tidak full seharian karena paginya kami masih mengunjungi Nugget Point Lighthouse. Berhubung waktunya jadi singkat, kami hanya mampir di beberapa tempat saja. Kalau mau lebih puas, memanglah sehari itu tidak cukup untuk menjelajah kota Dunedin ini.
Daftar Isi Tulisan Ini
Mampir di Lake Waihola
Kami baru meninggalkan Nugget Point Lighthouse sekitar jam 10.30, sementara perjalanan ke Dunedin membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Di tengah perjalanan, kami butuh cari dump station untuk mengosongkan limbah di campervan.
Baca: Seri Campervan: 15 Hal Yang Harus Diketahui Seputar Campervan di New Zealand
Lalu pak suami mulai kepikiran, kalau kami langsung ke Dunedin, sepertinya bakal sulit cari tempat untuk makan siang. Kami butuh parkir rada lama untuk masak dan makan siang. Dari pengalaman sebelumnya, kalau udah di dalam kota itu bakal lebih susah cari parkiran, apalagi untuk campervan. Sementara kalau di luar kota tidaklah sulit, dan parkirnya pun gratis.
Beres dari dump station, kami memutuskan berhenti dulu di sekitar sana untuk makan siang. Ternyata tempatnya dekat danau bernama Lake Waihola. Lumayan lah pemandangannya dibanding berhenti di pinggir jalan biasa, hehe. Kebetulan juga di sana ada playground-nya, jadi Akas bisa main dulu sembari saya nyiapin makanan.
Beres makan kami pun foto-foto sebentar di pinggir danau. Waktu sudah menunjukkan jam 14.00. Kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Dunedin.
Kami baru sampai di Dunedin sekitar jam 14.30. Makin pendek aja waktu yang kami punya di sana, soalnya jam 17.05 itu udah Maghrib dan kami mesti lanjut ke campground berikutnya di luar Dunedin. Sengaja ga cari campground di Dunedin karena besoknya kami mau cepat sampai di Queenstown. Karena waktu yang singkat sekali, kami pun cuma mampir ke landmark kota yang menurut kami wajib dikunjungi kalau ke Dunedin, yang bisa jadi bukti yang cukup gitu deh bahwa udah pernah ke Dunedin, wkwk.
Dunedin Railway Station, Bangunan Paling Banyak Difoto di New Zealand
Landmark pertama yang kami datangi adalah Dunedin Railway Station. Katanya stasiun ini adalah the most photographed building in New Zealand. Tidak hanya itu, Dunedin Railway Station ini katanya juga the second-most photographed building in the Southern Hemisphere (setelah Sydney Opera House). Ada ya predikat beginian, hehe.
Arsitektur stasiun ini memang cantik, jadi ga heran banyak yang motoin. Tapi ketika melihat stasiun ini, saya jadi teringat sama Tokyo Station. Beda banget sih, tapi asa ada yang mirip. Atau mungkin perasaan saya aja, wkwk.
Baca: Kuliah S2 di Jepang dengan Beasiswa Monbukagakusho (MEXT)
Di depan bangunan stasiun ini ada taman bunga. Alhamdulillah waktu itu masih banyak bunga-bunga yang bermekaran, padahal tadinya udah mengira winter gitu ga ada bunga-bunga. Selama ini buat saya musim dingin itu identik dengan pohon-pohon tak berdaun, daun aja tak ada apalagi bunga kan. Jadiii melihat bunga-bunga ini serasa menyegarkan mata.
Selain bunga-bunga juga ada tanaman yang ditanam dengan formasi khusus, ga tahu deh itu logo, icon, atau apaan, hehe. Tadinya kirain labirin tapi ternyata bukan. Dan di pinggir tanaman ini dikelilingi dengan ubin bertuliskan nama-nama orang. Saya ga tahu juga itu nama-nama apa. Ada yang tahu?
Duduk santai di taman stasiun ini kayaknya asyik juga, tapi karena waktu mepet ya kami buru-buru aja, wkwk. Kami coba masuk ke dalam stasiun, lewat doank, lalu keluar di pintu belakang yang ternyata dekat platform keretanya. Sepi, waktu itu hanya ada satu kereta yang lewat, dan ga ada orang sama sekali yang nunggu kereta di sana. Heran juga kok sepi, hihi.
Tak jauh dari Dunedin Railway Station ini tampak ada bangunan dengan logo Cadbury. Katanya itu water tower-nya pabrik coklat Cadbury. Saya waktu itu ga cari info sih dan ga minat ke sana juga, jadi cuma moto dari jauh. Dan saya baru tahu ternyata di sana itu dulunya ada Cadbury World, bisa tour seputar coklat di dalamnya. Tapi ternyata sejak tahun 2018 tempat itu ditutup, dijual ke Kemenkes New Zealand, mau dijadiin rumah sakit. Berarti waktu kami ke Dunedin itu udah tutup juga ya, tapi tower ungu khas Cadbury-nya masih ada. Entahlah kalau sekarang, hehe.
Baca: Itinerary dan Biaya Road Trip dengan Campervan di South Island, Winter 2019
Baldwin Street, Jalan Paling Curam di Dunia
Kami lanjut ke destinasi berikutnya, yakni Baldwin Street. Seperti yang tertulis di plang namanya, Baldwin Street ini adalah the steepest street in the world. Udah rekor level dunia pemirsah, bukan New Zealand ajah.
Kami memarkirkan campervan di pinggir jalan tak jauh dari sana, lalu jalan kaki hingga ke ujung atasnya.
Kalau jalan kaki, di satu sisi ada yang dibikin tangga, sementara di sisi satunya lagi polos kayak trotoar biasa. Syukur banget ada tangga, horor juga kalau jalan di sisi satunya. Dan kalau lihat ke bawah saya merasa ngeriii, maklum takut ketinggian, wkwk. Sungguh jalannya miring parah. Katanya dulu yang merancang jalan di sana ga cek kontur kotanya, ga ngeh di situ bukit, jadi pas dibikin jalan hasilnya miring banget.
Saat itu kami juga papasan sama beberapa anak yang sepertinya baru pulang sekolah. Duh ga kebayang gimana rasanya kalau tinggal di sana. Lelah ga sih tiap hari harus naik turun di jalan semiring itu, hehe. Melihat mobil lewat juga kayaknya perjuangan banget melewati jalan itu. Ga semua mobil bisa mendaki jalan ini. Campervan apalagi, jangan coba-coba nanjak di sana pake campervan, huehe.
Kalau berfoto di Baldwin Street, biasanya ada dua style nih. Pertama foto kayak gini, kelihatan banget kan jalannya miring.
Kedua foto kayak gini, manfaatin ilusi optik. Kesannya kita yang berdiri miring dan rumahnya dibangun miring begitu. Padahal aslinya bagian atas rumahnya itu datar, hihi. Rumah ini kayaknya paling sering jadi latar foto sih, soalnya rumah-rumah lain atapnya kayak rumah kebanyakan aja. Keganggu ga ya kira-kira penghuni rumahnya karena banyak turis foto-foto di situ? Hehe.
Perkara predikat “the steepest street in the world” ini ada ceritanya juga sejak kami ke sana hingga sekarang. Beberapa hari setelah kami ke sana, saya baca berita bahwa Baldwin Street kehilangan predikat tersebut, digantikan oleh Ffordd Pen Llech di Harlech, Wales. Waktu itu kepikirannya: yaaah, jadi ga bisa lagi nulis “udah pernah ke jalan paling curam di dunia”, wkwk. Receh sekali.
Waktu berlalu dan saya masih aja belum nulis tentang Dunedin ini. Lalu bulan April 2020 ada berita lagi, bahwa predikat itu kembali ke tangan Baldwin Street, wow. Katanya ada orang yang bela-belain ke Wales sana untuk ngukur lagi dan ngitung lagi dengan seksama buat bandingin mana sih yang lebih miring. Luar biasa niat yaaa.
Saya pernah lihat video Ffordd Pen Llech itu, kepo, beda sih memang bentuk jalannya. Kalo si Baldwin Street ini jalannya lurus, kemiringannya jelas banget, dan makin ke atas makin miring. Sementara Ffordd Pen Llech ini jalannya berbelok dan ada satu belokannya yang memang lebih curam. Tapi entah gimana rumus itung-itungannya ya, kesimpulan akhirnya overall Baldwin Street ini yang lebih miring.