Cerita Kelahiran Alin

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dear Alin,

Saat ibu menulis ini, Alin sudah berusia 9 bulan lebih. Alhamdulillah sejauh ini Alin tumbuh dengan baik, sehat, dan ceria. Ibu mau cerita tentang proses kelahiran Alin, dulu ibu juga pernah tulis untuk Bang Akas soalnya.

Ok, mulai dari mana ya? Oh dari kontrol kandungan terakhir ke bu dokter aja.

Ibu kontrol terakhir itu hari Rabu. Sebelum pulang, ibu dikasih tahu bahwa bu dokter bakal cuti hari Senin-Rabu depannya, jadi kalau ibu lahiran saat bu dokter cuti, ibu bakal dibantu sama bu dokter yang lain. Tapi kalau ibu maunya sama bu dokter yang biasa, mungkin ibu bisa coba induksi dulu sebelum bu dokter cuti.

Ibu bingung. Pengennya memang sama bu dokter, tapi masa iya induksi hanya karena memilih dokter. Setelah dipikir matang-matang dan berdoa sama Allah, ibu memutuskan untuk menunggu aja. Kalaupun nanti lahirannya bukan sama beliau, ya udah ga apa-apa. Ibu juga ngomong ke Alin, yuk lahiran yuk, wkwk.

Besoknya, alias hari Kamis, ibu jalan pagi sama nenek. Kali ini ibu coba jalan agak cepat dari biasanya, berharap ibu bisa segera merasakan tanda-tanda persalinan. Nyatanya tetap ga ada.

Hari Jumat ibu di rumah aja. Mungkin karena sebelumnya terlalu lelah jalan, hari itu badan ibu pegal-pegal semua, haha. Pengen rebahan aja jadinya di rumah. Ibu berencana Sabtu mau jalan pagi lagi.

Apakah Ini yang Namanya Kontraksi?

Ibu ga tahu persisnya kontraksi yang alami itu rasanya seperti apa. Dulu waktu melahirkan Bang Akas, ibu diinduksi saat belum ada kontraksi sama sekali.

Sabtu pagi ibu terbangun karena merasa perut ibu kencang sekali. Rasanya berbeda dan lebih lama, hilang lalu terulang lagi. Sebelumnya ibu juga pernah merasakan perut kencang, tapi sebentar aja, lalu hilang, dan rasanya ga gini amat. Kontraksikah ini?

Ibu segera bertanya pada nenek, apakah perut ibu ini kontraksi? Kata nenek, sepertinya begitu. Ibu langsung coba cek pakai aplikasi contraction timer untuk mencari tahu jedanya berapa lama. Eh kok jedanya 5 menitan? Dan setelah teratur beberapa kali, si aplikasi pun bilang untuk segera ke rumah sakit. Walah…

Ibu bilang sama ayah, sebaiknya kita siap-siap aja. Mandi, makan, dan sebagainya. Jam 9 pagi ibu telepon ke kontak VK BWCC Bintaro, ibu bilang udah kerasa kontraksi, dan nanya apakah ibu bisa langsung ke sana. Ibu pun disuruh langsung datang aja ke lantai 3.

Barang udah masuk semua ke mobil, ayah dan ibu pun segera berangkat. Ibu pamit dan minta doain sama antan dan nenek. Kami juga pamit sama Bang Akas karena bakal ditinggal dulu. Kontraksi masih muncul saat di perjalanan, tapi ga begitu sakit, jadi ayah tetap bisa menyetir dengan tenang.

Pemeriksaan Awal di Klinik

Karena dekat, sekitar jam 9.30 kami udah sampai di klinik, dan langsung ke lantai 3. Kami pun diminta untuk memilih kamar, ada dua pilihan, yang besar dan yang kecil. Kami pilih yang kecil aja, toh kami cuma berdua, ga akan ada yang besuk juga karena masih pandemi. Kamarnya itu kamar yang sama dengan kamar saat ibu CTG di kontrol terakhir.

Di kamar, ibu diminta untuk CTG lagi oleh bidan. Kerasa memang ada perbedaan yang ibu rasakan dibanding CTG sebelumnya. Katanya hasil CTG-nya aman, detak jantung bayi bagus. Ibu juga diukur tensinya, alhamdulillah normal juga.

Selanjutnya bu bidan melakukan periksa dalam. Ternyata sudah bukaan 3. Alhamdulillah berarti sudah dimulai prosesnya, bismillah semoga dimudahkan dan dilancarkan.

Bu bidan bilang, sambil menunggu, kami boleh jalan-jalan di sekitar sini, tidak harus menunggu di kamar aja. Ayah dan ibu pun memutuskan untuk ke luar, beli makanan dan snack karena memang belum ada.

Kami beli burger di seberang BWCC serta sejumlah snack dan minuman di Indomaret. Saat belanja ibu sempat merasakan kontraksi juga. Setelah itu kami langsung kembali ke kamar. Ayah menyuruh ibu langsung makan aja, khawatir nanti ga sempat lagi saat kontraksinya terasa makin intens. Baru juga makan sebentar, lalu…

Ketuban Tiba-Tiba Merembes

Ya, fix deh itu ketuban yang merembes karena keluar begitu saja ga bisa ditahan. Ibu cek jam, jam 11.18. Ga banyak sih, tapi cukup membuat ibu berpikir mulai saat itu sebaiknya ibu rebahan aja di kasur, ga usah jalan-jalan lagi.

Kami panggil lagi bidannya, diperiksa dalam lagi, dan katanya sudah bukaan 4. Kata bu bidan juga, bu dokternya lagi ada acara di Bekasi, nanti beliau bakal usahain secepatnya ke BWCC, tapi jika ga keburu, nanti lahirannya sama bu dokter yang lain. Ah sudahlah, ibu pasrah. Belum jadwal cutinya padahal, eh ternyata ada acara, jauh pula.

Selanjutnya ada petugas lab yang masuk. Ibu di-swab antigen dan PCR. Swab dobel karena harusnya itu ada hasil PCR, tapi karena nunggu hasil PCR lama, di-antigen dulu juga untuk tahu hasil yang lebih cepat. Kirain tadi bakal di-swab ketika baru datang, eh ternyata ga. Selain di-swab, ibu juga diambil darahnya.

Kontraksi Semakin Intens

Setelah ketuban rembes, ibu rebahan aja di tempat tidur dengan posisi miring ke kiri, seingat ibu begitu posisi yang dianjurkan. Setelah ambil darah, kami berdua aja di dalam kamar.

Oh iya hasil swab antigen ibu negatif, alhamdulillah, berarti nanti abis lahiran ga perlu dipisahkan sama Alin.

Kontraksinya terasa makin kuat, alhamdulillah ada ayah yang siap sedia mengarahkan ibu untuk mengatur napas. Makin kuat gini, kira-kira harus merasakan sampai kapan?

Tiba-tiba ada perawat yang masuk, katanya mau pasang infus. Ibu bingung, kok mesti pasang infus segala? Kan ibu masih baik-baik aja. Dulu waktu lahiran Bang Akas juga ga ada pake infus. Ternyata katanya ini buat jaga-jaga aja, kita kan ga tahu ya ke depannya kondisinya bakal gimana, kalau ternyata nanti misalnya terjadi sesuatu sehingga ibu harus diinfus, jadi ga ribet masangnya nanti. Ah, baiklah kalau begitu.

Masang infus ini ternyata lama juga. Yang pertama masang sepertinya kurang ahli, jadi setelah jarumnya masuk, katanya ada yang patah di dalam. Hadeh. Jadi mesti diulang lagi. Untungnya orang kedua masangnya lebih cepat.

Ibu masih lanjut menghadapi kontraksi yang hilang timbul. Lalu kemudian ada lagi yang masuk, katanya mau tes alergi obat. Weleh. Di saat itu ibu nanya, ini bakal dicek bukaan lagi kapan? Katanya biasanya cek bukaan tiap 4 jam. Astaghfirullah, kok rasanya ga akan kuat ibu nungguin beberapa jam lagi.

Dorongan Mulai Terasa

Rasa yang ibu rasakan pun mulai berubah. Kali ini sepertinya Alin udah mulai mendorong-dorong untuk keluar. Ibu ga tahu nanti jadwal dicek bukaannya jam berapa, tapi ibu bilang ke ayah, panggil aja deh bidannya untuk cek.

Ibu masih ingat dulu waktu mau melahirkan Bang Akas, waktu ibu udah merasakan seperti ini, bidannya cuek aja, karena saat itu memang baru sekitar 3 jam aja dari ibu bukaan 2-3. Bidannya baru cek ketika ibu mulai teriak dan ternyata udah mau lahir.

Kali ini ibu ga mau merasa kecolongan lagi. Minta cek aja lah. Bidan pun datang dan ketika dicek ternyata sudah bukaan 8. Nah bener kan feeling ibu. Waaaa.

Bidannya pun segera bersiap  manggil dokter. Fix lah katanya ga akan dibantu bu dokter yang biasanya, ga keburu datang dari Bekasi. Iya ya sudahlah, yang penting segera lahir aja ini aaaaa.

Ibu masih harus menunggu dokternya datang. Lama rasanya menunggu sambil menahan Alin yang dorong-dorong mau keluar. Napas ibu udah makin heboh.

Alhamdulillah, Halo Alin!

Ada perasaan lega ketika dokter akhirnya datang. Berarti insya Allah ga akan lama lagi ibu menahan sakitnya kontraksi dan segera ketemu Alin. Bu dokter cek bukaan, katanya udah lengkap.

Ibu disuruh atur posisi badan dan kaki, lalu katanya bisa mulai mengejan. Pertama mencoba, ibu masih salah caranya karena napas masih dikeluarkan dari mulut. Yah, maklumlah karena napasnya seperti itu dari tadi saat nahan kontraksi.

Bu dokter bilang, coba bayangin saat mau BAB tapi rasanya keras sekali, kudu ngeden. Ahaha, ya ya, ibu tahu rasanya.

Bu dokter nyuruh coba ngejan lagi. Tapi saat itu kontraksinya sedang hilang, jadi ibu bilang tunggu dulu. Lalu ketika kontraksi itu datang lagi, ibu pun mengejan sekuat tenaga. Setelahnya ibu lihat Alin sudah berada di kasur dalam posisi meringkuk seperti saat dalam perut, diam, lalu sekejap kemudian menangis. Allahuakbar, alhamdulillah.

Dokter bilang bayinya perempuan. Alhamdulillah, berarti benar selama ini apa yang dibilang bu dokter saat USG.

Setelah itu dokternya minta izin mau langsung potong tali pusar. Eh ibu kira bakal ditunda, ah sudahlah. Dokternya tampaknya buru-buru karena masih praktek.

Selanjutnya semuanya terasa lebih cepat. Plasenta keluar dengan lancar. Abis itu bu dokter perlu menjahit, dan kali ini ibu pastiin diberi bius lokal karena ga mau lagi tersiksa kayak dulu.

Oia ibu kira Alin bakal langsung ditaruh di dada ibu, ternyata Alin dibawa dokter anak dulu ke ruang bayi untuk diperiksa. Untungnya ga lama, ruang bayinya pun dekat dari kamar. Setelah itu Alin langsung dibawa ke kamar lagi dan ditaruh di dada ibu.

Allahuakbar, alhamdulillah. Masih ga percaya rasanya semua berlangsung dengan cepat dan lancar. Ibu masuk klinik sekitar jam 9.30, Alin lahir jam 13.28. Alin lahir dengan berat 3.34 kg, beda tipis dengan berat Bang Akas dulu.

Kanan atas: saat baru datang di klinik, kiri: foto pertama kita bertiga

Alhamdulillah. Selamat datang putri ibu dan ayah, Arumila Sadira Evans. Ayah dan ibu sayang Alin.

Bintaro, 6 Januari 2023
With love,
Ibu

Salam,

Reisha Humaira

Leave your comment