Menulis Tapi Tidak Ada yang Baca, Bagaimana Yaaa?

“Tulisan saya ga ada yang baca, hmmm.” “Tulisan saya dikit banget yang baca, hmmm.” “Buat apa saya nulis kalau ga ada yang baca?” “Buang-buang waktu aja ga sih udah cape-cape nulis tapi cuma beberapa orang yang baca?” “Gimana cara meningkatkan jumlah pembaca?”

Kalimat-kalimat seperti itu berkelebat di kepala saya saat membaca tulisan Mbak Shintaries bulan September lalu. Ga nyangka banget rasanya sekelas founder komunitas Blogger Perempuan mutusin hiatus dulu dari dunia blogging. Setelah baca seluruh isi tulisannya, saya bisa memahami keputusan beliau tersebut. Semoga situasinya segera membaik ya mbaaak.

Jadi di bagian pertama, Mbak Shintaries cerita soal traffic blog yang menurun. Namun ketika baca paragraf di bawah ini, saya tertegun sampai baca berulang kali donk.

Saya pun jadi tidak bisa menulis lagi karena tidak memiliki pengalaman nyata untuk dibagi. Bahkan sekedar menulis hal-hal travel yang lalu saja tidak punya nyali, karena saya tahu tidak ada yang membacanya. 

Well, untuk urusan traffic blog yang menurun sejak pandemi, saya bisa relate karena saya juga mengalaminya. Tulisan yang biasanya mendatangkan traffic memang terdampak situasi COVID-19, jadi lebih sedikit yang nyari, tapi memang bukan tema traveling sih.

Tentang Tulisan Traveling di Blog Ini

Untuk tema traveling sendiri, saya ga pernah cek gimana traffic-nya di blog ini sih. Kayaknya sih ga sampai 0 banget, masih ada yang baca walau dikit. Tapi dulu juga sempat bikin saya bertanya-tanya, worth ga sih saya nulis soal pengalaman traveling saya dalam situasi seperti sekarang?

Saya masih banyak list tulisan seputar road trip di New Zealand yang mau saya kelarin, tapi pasti ga banyak kan yang minat baca? Siapa coba yang cari info soal jalan-jalan di New Zealand saat ini, wong New Zealand aja masih nutup border-nya dari orang-orang asing. Mana nulisnya pake bahasa Indonesia, pangsa pasarnya cuma yang bisa bahasa Indonesia. Saat sekarang ini paling cocoknya cuma buat orang Indonesia yang ada di New Zealand, itu juga ga banyak pastinya.

Sementara nih ya, nulis cerita road trip itu buat saya effort-nya mayan gede. Ngabisin banyak waktu. Saya kudu pilih-pilih fotonya dari ratusan foto yang ada di tiap lokasi. Saya selalu pakai foto dari HP atau kamera saya soalnya. Abis dipilih-pilih, saya edit lagi fotonya, minimal crop dan resize.

Abis itu nulisnya dan nambahin caption ke foto-foto itu. Sambil nulis pun saya browsing cari info seputar tempat itu biar infonya valid dan ga asal-asalan. Masukin foto juga ga asal masukin aja, diusahain ngalir sesuai apa yang lagi diceritain. Alhasil saya jadi sering menunda-nunda nulisnya karena udah tahu bakal lama, ahaha.

Maka dari itu ga heran kan kalo pertanyaan semacam itu muncul, worth ga sih?

Setelah beberapa waktu, akhirnya terjawab juga. Soal worth atau tidaknya itu saya kembalikan lagi ke tujuan saya menulis. Saya nulis buat apa sih?

Seperti yang udah saya tulis di tulisan terdahulu (tentang kenapa saya memilih blog), untuk saat ini saya menulis untuk merekam cerita hidup saya, untuk kepuasan pribadi saya, sekaligus berbagi informasi. Nah kalau tujuannya untuk diri saya sendiri, buat apa saya peduliin orang lain? Kalau ada yang baca, alhamdulillah. Kalau ga ada juga ga masalah.

Lagi pula walau sekarang ga ada yang baca, anggap aja udah investasi di indexing-nya Mbah Google, wkwk.

Dan soal traveling ini juga sedikit banyak ada penyesalan masa lalu sih #halah. Jadi dulu saat tinggal di Jepang, saya lumayan sering traveling. Cukup banyak lah tempat-tempat yang saya kunjungi, membentang dari Hokkaido hingga Hiroshima. Tapi yang berbekas jadi tulisan bisa dihitung dengan jari.

Nah saya itu kadang suka nostalgia, dan itu beda banget rasanya antara lihat-lihat foto doank dengan baca tulisan. Memang, a picture is worth a thousand words, tapi tetap ada memori-memori lain yang ga bisa direkam oleh foto, dan itu bisa direkam lewat tulisan. 

Saya merasa ga mau mengulangi penyesalan itu lagi makanya saya sejauh ini masih kekeuh mau nulisin, walau yang ditulis itu masih cerita lebih dari 1 tahun yang lalu. Ini mirip-mirip lah dengan alasan kenapa saya akhirnya mau lari padahal dulu ga suka banget lari, hihi.

Manfaat Tetap Menulis Walau Tidak Ada yang Baca

Memang sih ya alasan tiap orang menulis itu beda-beda. Jadi saya ga bisa maksa orang lain untuk cuek aja apakah tulisannya ada yang baca atau tidak. Dan kalau memang yakin itu bener-bener ga worth, ga nulis juga ga apa-apa lho.

Namun buat yang masih suka dan masih pengen nulis tapi juga galau apakah itu ga sia-sia, percaya aja deh kalau menulis itu tetap ada manfaatnya, seperti untuk hal-hal berikut.

Sarana Latihan Menulis

Kalau kata peribahasa, “lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut”. Dalam hal apapun, berlatih dan mengulang-ulang adalah sarana agar kita makin lancar dan menguasai suatu hal. Termasuk menulis. Mau lancar menulis, berarti mesti sering-sering menulis. 

Karenanya, ketika kita memang suka menulis, dan ternyata ga ada yang baca, nikmati dulu aja prosesnya. Anggap aja lagi latihan menulis. Toh penulis hebat juga ga ada kan yang langsung hebat gitu aja? Pasti butuh latihan dan jam terbang yang banyak.

Progress-nya juga lagi-lagi jangan dinilai dari seberapa banyak yang baca. Kalau dulu misalnya untuk beresin satu tulisan butuh waktu 4 jam, lalu setelah berlatih bisa beres dalam 1 jam saja, itu juga progress lho.

Demi Kepuasan Pribadi

Buat yang suka menulis, pasti ada semacam kepuasan pribadi gitu ga sih ketika bisa menyelesaikan sebuah tulisan? Berasa senang karena ada yang dituntaskan. Berasa senang karena akhirnya ide yang ada di dalam kepala itu tertuang juga dalam bentuk tulisan.

Menulis juga bisa jadi sarana untuk menyalurkan pikiran dan uneg-uneg, jadi setelah menulis serasa ada beban yang lepas dari pundak. 

Belajar Legowo

Ketika kita menulis dan mengharapkan apresiasi itu datang dari komentar dan like dari orang-orang yang baca, sepertinya kita terlalu bergantung pada faktor eksternal ya. Padahal kalau kita melakukan sesuatu yang kita suka, mestinya kita tidak perlu terlalu memikirkan hal itu.

Terkadang juga, ketika yang baca tulisan saya ga sebanding jumlahnya dengan effort yang udah saya keluarin, saya anggap aja itu latihan untuk bisa lebih legowo. Toh dalam hidup ini semua yang kita inginkan memang tidak akan selalu kita dapatkan kan? #tsaaah

Hobi Menulis dan Ingin Banyak yang Baca, Bisa Coba Cara Ini

Balik lagi, ga semua orang bisa tetap bertahan menulis “hanya” dengan manfaat di atas. Saya juga paham sekali ada yang mencoba mencari rezeki dari menulis. Bahkan ada yang menggantungkan hidupnya dari menulis; kalau yang baca sedikit, artinya pemasukannya juga menurun.

Nah lalu bagaimana caranya biar tulisan itu banyak yang baca? Saya ada kepikiran beberapa cara nih untuk meningkatkan jumlah pembaca, walau saya juga belum sukses sih nerapinnya, hahaha.

Pilih Platform yang Sesuai

Kalau mau ada banyak yang baca tulisan kita, berarti tulisan itu harus terpublikasi di ruang publik. Zaman sekarang, banyak sekali pilihan tempat atau platform untuk menulis, apalagi yang online. Blog, media sosial, berbagai website dan aplikasi online, ada buanyak banget.

Sebelum mempublikasikan tulisan, pilihlah terlebih dahulu platform tulisan yang sesuai. Bisa disesuaikan dengan selera, dengan yang berpotensi ramai, dengan yang mudah digunakan, dll. Kalau mau coba berbagai platform juga boleh, nanti bakal kerasa mana yang cocok banget dikembangkan untuk meningkatkan jumlah pembaca.

Pelajari (Calon) Audience/Pembaca Tulisanmu

Selain platform, pelajari juga tulisan yang dibikin itu target pembacanya seperti apa. Ini juga berkaitan erat dink dengan pilihan platform. Misal sukanya nulis cerpen, mungkin bakal lebih cepat cari banyak pembaca dari grup-grup menulis di Facebook ketimbang di blog.

Atau bisa juga pakai pendekatan sebaliknya. Saat ini audience itu lebih banyak cari tulisan seperti apa sih? Kita tinggal tulis hal-hal terkait topik yang banyak dicari tersebut.

Lakukan Promosi dan Optimasi Tulisan

Dipikir-pikir nulis itu mirip-mirip dengan jualan. Kalau mau banyak yang baca, berarti kudu dipromosikan. Misal memilih menulis di blog, jangan harap ada yang tiba-tiba datang membaca kalau ga ada yang tahu blog itu.

Mempromosikan bisa dimulai dengan membagikan link tulisan kita itu di media sosial yang kita miliki. Jangan langsung berharap banyak biar ga kecewa, huehe. Ada 1 atau 2 orang dulu aja yang baca juga udah ok. Nanti seiring berjalannya waktu, insya Allah bakal makin banyak yang ngeh. Apalagi kalau diiringi dengan tulisan yang berkualitas dan promosi yang menarik. Oia pertimbangkan situasi dan timing juga yaa. 

Selain promosi, lakukan juga optimasi. Kalau untuk blog, paling jelas itu dengan menerapkan teknik-teknik SEO. Dengan menerapkan SEO, berarti kita meningkatkan peluang tulisan kita muncul di hasil pencarian teratas Google, sehingga juga meningkatkan peluang tulisan kita dibaca oleh orang-orang. 

Bangun Networking dan Berkomunitas

Promosi cuma di lingkungan sekitar kita tidaklah cukup kalau target kita besar. Oleh karena itu membangun networking, mencari circle baru, dan berkomunitas dirasa penting. Sederhananya, kita ga bakal bisa ngetop sendirian, butuh jaringan dan teman sebanyak-banyaknya.

Selain berpeluang meningkatkan jumlah pembaca, lewat komunitas atau lingkungan pertemanan baru itu kita juga bisa menambah ilmu dan pengetahuan baru, belajar bersama-sama. Dan dengan itu lama-lama kualitas tulisan kita pun bisa meningkat.

Begitu deh hasil pemikiran beberapa waktu lalu, ke-trigger dari satu paragraf di tulisan Mbak Shintaries. Mau menulis dan kejar pembaca sebanyak-banyaknya, mau nulis santai tanpa mikirin ada yang baca atau tidak, atau tidak mau menulis sama sekali; silakan dikembalikan ke diri masing-masing. Pilihan kita akan menentukan strategi apa yang perlu kita ambil.

Kamu nulis buat apa? Kalau mau banyak yang baca, bagaimana cara meningkatkan jumlah pembaca tulisanmu? Share yuk!

Salam,

Reisha Humaira

8 komentar pada “Menulis Tapi Tidak Ada yang Baca, Bagaimana Yaaa?

  • 1 November 2020 pada 19:40
    Permalink

    Baca tulisan kak Rei, aku jadi semangat lagi nulis niih…
    kemarin aku sempet menghapus beberapa draft loo…padahal uda bikin foto, dan lain sebagainya.
    Asa kepikiran gini “Nanti gak ada yang baca…”
    heuehuu~

    Coba yaa..belajar ikhlas, legowo dan tetap optimasi.
    Haturnuhun atas insight nya.

    Yoossh~

    Balas
  • 1 November 2020 pada 19:49
    Permalink

    wah iya, aku pun heran kenapa mbak Shintaries hiatus, tapi setelah baca aku jadi tahu…

    aku nulis biar dapat badge KLIP lho, hahaha..

    Becanda,

    nulis biar nggak tumpul otakku, dan makin bagus skill nulisku…

    biar banyak yg baca biasanya share di sosmed dan ikutan blogwalking mbak

    Balas
  • 2 November 2020 pada 02:30
    Permalink

    Setiap tulisan akan menemukan pembacanya sendiri. Saya percaya akan hal itu. Maka dari itu saya insha allah akan terus menulis

    Balas
  • 2 November 2020 pada 20:36
    Permalink

    Dulu juga saya sempet hengkang dari dunia pernulisan karena alasan yang sama :”” tapi pertengahan tahun ini karena saya kangen balik lagi deh sama gabung2 komunitas blogger

    Balas
  • 2 November 2020 pada 22:08
    Permalink

    Dr awal aku membuat blog ini beneran hanya utk nulisin pengalaman supaya ga sampe lupa, Krn aku pelupa. Jd jujur aja awalnya ga terlalu peduli akan pembaca mba. Cuma , Krn aku suka BW , dan itu mempengaruhi bangettttt pembaca lain balik datang ke blog ku dan meninggalkan komen juga, jadinya ya rame :D. BW hrs aku akuin sangat mempengaruhi jumlah orang2 yg membaca dan meninggalkan traffic di blog ku :).

    Selama pandemi aku g yakin sbnrnya traffic bakal naik, apalagi blogku berniche kuliner dan traveling. Agak dihindari orang saat pandemi kan :).

    Cm ya itu mba, Krn aku masih rutin setiap HR BW, traffic yg masuk kembali ke aku jd tetep rame. Kdg mereka komen, tulisan2 itu bisa berguna saat mereka nantinya bisa jalan2 lagi. Ya gpp, ptg baca dan preparenya dari sekarang :). Aku ttp suka baca tulisan2 mba reisha yg ttg campervan. Krn aku memang ada plan kesana setelah pandemi. Makanya baca dr skr, walo kdg aku ga ninggalin komen, ttp aku baca :). Dan pasti bakal aku baca ulang kalo memang ada kepastian kapan akan berangkat ke NZ 😀

    Balas
  • 5 November 2020 pada 10:51
    Permalink

    uni, its so relate dengan aku sekarang sampai pengen hiatus juga padahal baru aktif ngeblog lagi dua tahun, hiks. tapi memang kadang ada masanya lelah walu udah mencapai prestasi atau lelah kareba gak dapet dapet prestasi mulu, hihihi. akhirnya hiatus bisa jadi REST AREA sebelum maju lagi.

    thanks for sharing walau kalimat itu klise kalo dipakai komen di blog, wkwkwkw. but its truly honest lho from my deepest , makasih ya uni

    Balas
  • 18 Desember 2020 pada 08:16
    Permalink

    Udah bertahun2 ane gak bw.. sekarang umur sudah 40 tahun hahaha.. ngebaca tulisan ini jadi punya niat buat nulis blog lagi.. btw.. cobain soto betawi ane ye.. bir pletok nya juga boleh.. nanti ane balik lagi kalo blog anak ane udah jadi.. hehehe

    Balas
  • 22 Desember 2020 pada 01:20
    Permalink

    Membaca tulisan ini saya ingat tulisan Matt, pencipta WordPress, di blognya (alamatnya: ma dot tt) dia bilang tulislah blog untuk 2 orang (1) diri sendiri di masa kini dan di masa depan dan (2) seseorang yang dalam bayangan anda sempurna untuk membacanya (meski belum tentu dia akan membacanya) dan seseorang yang pasti akan membacanya karena hubungan yang dimiliki (ibu, istri/suami, anak dan lain-lain). Tentu ini hanyalah perspektif lain selain tentunya blog untuk mengembangkan bisnis.

    Balas

Leave your comment