Perbedaan Persalinan Normal dengan Induksi vs. Secara Alami

Dulu saya melahirkan anak pertama dengan dibantu induksi. Kalau ditanya, “katanya lebih sakit ya dibanding yang alami?”, dulu saya belum bisa jawab karena ga ada perbandingan. Nah saat melahirkan anak kedua, alhamdulillah prosesnya alami, jadi bisa dibandingin deh sekarang, hehe.

Saya cerita sekilas dulu ya pengalaman persalinannya.

Pengalaman Persalinan Anak Pertama dengan Induksi

Kenapa diinduksi?

Ceritanya suatu ketika saat saya USG, dokternya bilang bahwa di plasenta saya udah kelihatan putih-putih, yang artinya plasentanya sudah mulai mengalami pengapuran. Ini wajar karena plasentanya udah “tua”, tapi kata dokternya ga baik kalau si bayi kelamaan di dalam perut dengan plasenta seperti itu.

HPL saya rada ga jelas gara-gara siklus haid saya yang ga teratur. Jadi dokter pun ngasih batasan, kalau sampai tanggal sekian masih belum ada tanda-tanda persalinan, saya disuruh langsung ke RS aja untuk diinduksi.

Dokter sempat melakukan periksa dalam, katanya mulut rahim saya udah mulai melunak, tapi belum ada bukaan. Besoknya saya ngeflek. Udah ngarep nih ga lama lagi muncul tanda-tanda persalinan yang lain, eh ternyata ga ada.

Sampai lah ke batas tanggal yang ditentukan, masih ga ada tanda-tanda. Ya udah deh, mari siap-siap diinduksi aja. Di satu sisi, enak juga sih karena bisa siap-siap dan berangkat ke RS dengan damai tanpa merasakan kontraksi di perjalanan, hehe.

Saya mulai diinduksi jam 1 siang, dikasih obat yang dimasukkan lewat vagina. Kondisi saat itu belum ada bukaan, belum ada kontraksi.

Sampai sore, belum ada sakit yang berarti, masih biasa aja rasanya. Sekitar jam 18.30, dicek masih bukaan 1. Dokter pun memasukkan obat induksi lagi. Setelah obat yang kedua ini baru deh mulai kerasa kontraksinya.

Sekitar jam 21.30, katanya udah bukaan 2 menuju 3. Alhamdulillah berprogres. Saya dengar dokter nyuruh bidan untuk cek bukaan lagi sekitar jam 1 dini hari, perkiraan lahirnya besok paginya.

Saya udah pasrah kalau prosesnya masih bakal lama, secara masih jauh menuju bukaan 10. Di luar dugaan, anaknya lahir jam 23.24, dibantu bidan karena dokternya ga keburu datang. Itu katanya termasuk cepat banget untuk persalinan pertama. Saya bahkan ga tahu kapan bukaan 4, 5, 6, dst. karena terakhir dicek emang jam 21.30 itu.

Baca: Cerita Kelahiran Akas

Pengalaman Persalinan Anak Kedua Secara Alami

Beda dokter beda pendapat ya memang. Saat hamil anak kedua, saya udah pindah kota, jadi periksa ke dokter berbeda. Ketika USG saat sudah hamil tua, dokternya juga bilang ada kelihatan putih-putih di plasenta. Tapi katanya selagi ketubannya masih cukup dan kondisi bayi masih baik, ga ada masalah.

Saat hamil kedua, saya juga ga pernah merasakan kontraksi palsu. Dan jujur saya ga tahu kontraksi yang alami itu sebenarnya rasanya seperti apa.

Dokter juga melakukan periksa dalam saat kontrol. Katanya waktu itu mulut rahim saya belum melunak. Saya sempat ngeflek juga setelahnya, tapi tidak sebanyak saat hamil pertama dulu.

Lalu suatu pagi ketika bangun saya merasakan perut kencang sekali, beda dari yang sudah-sudah. Saya jadi wondering, ini kah kontraksi itu?

Saya coba amati polanya, rupanya hilang timbul secara teratur. Saya coba pakai aplikasi contraction timer, bener lah jedanya teratur dan tiap 5 menit. Fix lah ini kontraksi mau melahirkan.

Kami sampai di klinik sekitar jam 9.30. Dicek, rupanya sudah bukaan 3. Sambil menunggu, kami jalan bentar ke luar sekalian beli makanan. Jam 11.18, ketuban saya merembes dikit. Dicek lagi, udah bukaan 4.

Berikutnya kontraksi makin sering dan makin kuat. Saya ga tahu jam berapa, saat kami minta cek lagi, rupanya udah bukaan 8. Hingga akhirnya anaknya lahir jam 13.28.

Baca: Cerita Kelahiran Alin

Induksi vs. Alami, Lebih Sakit yang Mana?

Biasanya kalau ngomongin induksi, yang dibahas itu soal rasa sakitnya. Dari denger dan baca cerita orang, serta setelah mengalami sendiri, jawabannya beda-beda, hehe. Kesimpulan saya, ga ada patokan yang mana yang pasti lebih sakit.

Buat saya pribadi, keduanya rasanya mirip-mirip aja. Ketika diinduksi dan mulai merasakan kontraksi, sakitnya bertahap aja munculnya, bukan yang tiba-tiba jadi sakit banget. Dan alhamdulillah prosesnya juga cepat banget.

Makanya kalau ada yang nanya ke saya,  saya ga akan pernah bilang induksi itu pasti lebih sakit, hehe.

Lagi pula soal rasa sakit itu kan banyak faktor yang mempengaruhi ya. Ambang batas rasa sakit tiap orang berbeda, kondisi kehamilan dan persalinannya beda, metode induksinya beda, respon tubuhnya terhadap obat/infus induksi juga beda. Makanya cerita orang juga beda-beda.

Tips Menghadapi Induksi

Buat yang akan menjalani persalinan normal, kita kan ga pernah tahu ya akan menghadapi proses apa aja hingga si bayi lahir. Bagaimana jika nanti ternyata harus diinduksi, sementara selama ini udah takut duluan karena dengar cerita orang?

Ini beberapa tips dari saya biar ga merasa horor duluan dengan induksi persalinan.

  • Siapkan fisik dan mental dari jauh-jauh hari, siap dengan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Fisik bisa disiapkan dengan olahraga, perbanyak jalan kaki, yoga, atau senam hamil. Mental bisa disiapkan  dengan mengatur pikiran, hypnobirthing, dll.
  • Saat kontrol, coba tanyakan kepada dokter, jika harus induksi, prosesnya bakal seperti apa. Ketika proses persalinan ternyata dokter memutuskan harus induksi, tanyakan alasannya, sehingga kita pun yakin bahwa induksi itu proses yang mesti dilalui demi kebaikan bersama.
  • Yakinkan diri sendiri dengan pikiran positif bahwa proses induksi itu bakal mempercepat proses persalinan, insya Allah lancar. Tapi tetap siap juga dengan kemungkinan kalau ternyata ujung-ujungnya mesti caesar juga. Insya Allah ga sia-sia.
  • Berdoa dan minta didoakan supaya dilancarkan dan dimudahkan proses persalinannya.

Atur Pernapasan itu Sangat Penting

Satu lagi, dalam persalinan normal, mau yang alami atau dengan bantuan induksi, percayalah bahwa mengatur pernapasan itu sangat penting. Jadi sebelum lahiran wajib deh rasanya belajar cara pernapasan  ini.

Tapi jangan belajar sendirian ya. Justru yang lebih penting untuk belajar itu adalah orang yang akan menemani saat persalinan nanti, entah itu suami atau anggota keluarga yang lain.

Percaya deh saat akan melahirkan itu, buyar lah semua teori yang pernah dipelajari. Blassss lupaaaa. Di situ perannya yang mendampingi untuk mengarahkan cara pernapasannya. Ga bisa lah kita berharap sama bidan atau perawat karena mereka juga ga terus-terusan menemani kita.

Belajar pernapasannya bisa dari Youtube aja kok, banyak nakes yang kasih tutorial. Saya udah pernah share di tulisan sebelumnya terkait life hack untuk ibu yang akan melahirkan. Cuss baca ya, hehe.

Demikian pengalaman saya soal persalinan. Semoga bisa jadi penyeimbang cerita yang kebanyakan bilang induksi itu pasti lebih sakit, hehe. Semoga bermanfaat ya. Ada yang pernah mengalami keduanya juga? Share yuk di komen!

Salam,

Reisha Humaira

One thought on “Perbedaan Persalinan Normal dengan Induksi vs. Secara Alami

  • 25 Maret 2023 pada 15:14
    Permalink

    Alhamdulillah, prosesnya cepat yaa. Sama teeh, saya juga pernah sekali lahiran normal dgn kontraksi alami dan sekali lagi dgn induksi. Menurut saya, pakai induksi rasa sakitnya mirip kontraksi alami yg bertahap. Waktu itu metode induksinya pakai cairan infus (bukan disuntikkan ke infus). Sepertinya, beda metode dan respon tubuh, hasilnya bisa beda-beda ya.

    Mama saya dulu pakai induksi, katanya sakiit banget pas cairan induksinya diinjeksikan. Kalau efek induksinya hilang, sakit kontraksinya juga hilang. Beberapa teman juga ada yg pakai induksi, ngerasain sakit tapi nggak ngefek nambah bukaan. Alhamdulillah, kita dulu sama-sama dapat kelancaran selama induksi ya

    Balas

Leave your comment