Wisata Jateng: Melihat Keberagaman Agama di Indonesia dari Tempat-Tempat Ibadah di Semarang
Juli tahun lalu kami berkesempatan jalan-jalan ke Semarang. Saat itu suami mengadakan workshop saham di Semarang jadi saya dan Akas ngikut buat jalan-jalan, ehe. Ini adalah kali pertama kami ke Semarang. Sebelumnya kalau ke Jawa Tengah cuma sampai Solo dan Borobudur.
Kalau browsing soal wisata Semarang, sebenarnya ada banyak pilihan ya. Pantai ada, gunung ada, kulineran ada, yang instagramable juga ada. Tapi karena waktu yang terbatas dan memperhitungkan jarak antar tempat, kami mesti memilih. Untuk wisata ke pegunungan serta tempat yang ngehits dan kekinian sih kami skip, karena di Bandung juga udah banyak yang seperti itu. Pantai juga kurang minat, somehow kayaknya kalau sudah berkunjung ke Indonesia Timur standar pantai jadi meningkat, wkwk.
Baca juga: Wisata NTT: Snorkeling di Pulau Kanawa
Lalu pada akhirnya kami memilih mendatangi sejumlah landmark di Semarang aja, karena itulah yang hanya ada di Semarang dan tidak ada di tempat lain, heuheu. Dan setelah diamati, ternyata kebanyakan landmark ini adalah tempat ibadah. Jadi ketimbang menulis secara kronologis sesuai itinerary, saya gabungin aja ya yang setipe wisatanya, hehe.
Jumat, 13 Juli 2018
Kami berangkat ke Semarang dengan pesawat pagi dari Bandung. Tidak banyak agenda kami di hari itu, cuma menunggu janjian untuk makan siang. Rencana awal mau ke Pagoda Avalokitesvara karena lokasinya lumayan jauh. Tapi rencana mesti berubah, karena dirasa waktu ga cukup lagi. Akhirnya kami memilih ke yang lokasinya lebih dekat saja.
Daftar Isi Tulisan Ini
Klenteng Sam Poo Kong
Kalau browsing wisata Semarang, pasti selalu keluar nama Sam Poo Kong deh. Tempat yang juga dikenal dengan nama Gedung Batu ini dulunya adalah bekas tempat pendaratan pertama Laksamana Zheng He/Cheng Ho di tanah Jawa. Dulu di sana hanya ada gua batu, tempat Laksamana Zheng He beristirahat bersama awak kapalnya. Zheng He sangat termasyhur dan oleh masyarakat keturunan Tionghoa dianggap sebagai dewa. Karenanya di sana didirikan klenteng, walau sesungguhnya Zheng He sendiri seorang muslim.
Tiket masuk Sam Poo Kong ada dua jenis, dan tarifnya per 1 Juli 2018 sebagai berikut:
- Tiket umum (general), mencakup area patung Zheng He dan bangunan panggung. Harga tiket ini di hari kerja Rp7.000 untuk dewasa dan Rp5.000 untuk anak, sementara di hari libur Rp10.000 untuk dewasa dan Rp8.000 untuk anak.
- Tiket terusan (favourite), mencakup area patung Zheng He, bangunan panggung, seluruh area klenteng, relief, dan akar rantai. Harga tiket ini di hari kerja Rp27.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak, sementara di hari libur Rp28.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak.
Oia harga tiket di atas adalah harga untuk turis domestik ya. Untuk turis asing harganya lebih mahal tapi ga sampai 2x lipat kok. Masih terjangkau. Dan jika Anda datang untuk berdoa/sembahyang, uang tiket masuk akan dikembalikan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.
Kami memilih tiket yang murah meriah aja, yakni tiket umum. Begitu masuk, kita akan menemukan deretan stand yang menjual makanan. Jalan sedikit, kita langsung ketemu dengan bangunan panggung. Dari sini nuansanya seperti berada di Tiongkok saja, bukan di Indonesia, hihi.
Rupanya area klenteng Sam Poo Kong dibagi dua, area umum dan area klenteng dibatasi dengan pagar. Jadi yang punya tiket umum memang hanya bisa menjelajah area patung Zheng He dan bangunan panggung saja. Bangunan di area klenteng masih bisa dilihat walau hanya dari balik pagar.
Kalau dilihat di peta, ada 5 klenteng di sana, tapi yang kelihatan banget dari area umum ada 3. Ada Klenteng Dewa Bumi dan Klenteng Juru Mudi, ukurannya lebih kecil dan pagar pembatasnya pun pendek. Yang paling besar yakni Klenteng Sam Poo Tay Djien, terlihat lebih megah dan pagar pembatasnya juga lebih tinggi. Patung Zheng He letaknya persis di depan Klenteng Sam Poo Tay Djien ini.
Berikut beberapa catatan saya dari pengalaman ke Klenteng Sam Poo Kong.
- Kalau mau menjelajah semua area Sam Poo Kong, belilah tiket terusan. Walau beberapa klenteng masih terlihat dari area umum, ada beberapa bagian yang tidak terlihat seperti goa batu, relief, dan akar rantai itu.
Buat yang suka foto-foto, perhatikan deh di lantai lapangan ada beberapa titik yang ditandai dengan bulatan merah dan panah bertuliskan “Titik Spot Foto”. Ikutin deh titik itu karena angle-nya emang pas. Ini mengingatkan saya sama tanda serupa di beberapa tempat wisata di Jepang, hehe.
Baca juga: Main ke Tokyo Disney Resort
- Sam Poo Kong juga jadi tempat untuk sejumlah event etnis Tionghoa, jadi kayaknya seru ya kalau ke sana pas ada event, misal saat imlek.
- Buat yang muslim dan mau berlama-lama berkunjung ke sana ga usah khawatir dengan waktu shalat karena di sana juga ada mushala.
Ada penyewaan baju khas Tiongkok juga. Buat yang suka foto-foto oke juga nih jadi makin berasa lagi di Tiongkok, hehe.
Minggu, 15 Juli 2018
Hari Sabtunya saya ga ada agenda jalan-jalan bareng suami karena seharian suami workshop. Baru lanjut jalan-jalan bareng lagi hari Minggunya.
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Masjid Agung di mana-mana biasanya megah dan menawan ya, jadi mesti masuk list tempat yang harus dikunjungi. Dan daya tarik MAJT sendiri adalah adanya payung yang sangat mirip dengan payung di Masjid Nabawi di Madinah.
Saya sudah coba browsing cari tahu kapan payung masjid ini dibuka, tapi ga nemu jadwal yang jelas. Buat saya yang belum pernah ke Tanah Suci ini at least pengen ngerasain payung yang mirip itu dulu aja gitu #naon. Tapi ga kesampaian juga, haha.
Kami sampai di MAJT sekitar jam 11 siang. Langit cerah dan masjid terlihat indah, tapi udaranya panas banget, heu. Kawasan MAJT juga ternyata luas, jadi lumayan juga ya mesti jalan kaki di bawah teriknya matahari.
Alhamdulillah sampai juga di depan masjidnya. Area yang ada payung-payungnya itu juga luas rupanya dan dari sini sudah masuk batas suci. Untuk sampai ke bangunan utama masjid, tentulah harus jalan dengan melepas alas kaki. Dan di siang hari yang cerah itu lantainya terasa sangat panas, aaaa. Jadinya kami mesti berlari supaya kaki tidak terbakar lalu sesekali berteduh di bawah bayangan payung.
Di dalam masjid ada Al-Qur’an raksasa, ukurannya sekitar 145 cm x 95 cm. Di sudut lainnya ada bedug berukuran besar. Saya tidak banyak mengeksplor area lain di dalam masjid karena buat saya pribadi berasa aneh kalau jadi turis di dalam masjid, heuheu.
Baca juga: Wisata Kaltim: Berkunjung ke Samarinda
Berikut beberapa catatan saya dari pengalaman ke Masjid Agung Jawa Tengah.
- Kayaknya enakan ke MAJT pagi, sore, atau malam biar ga kepanasan waktu jalan di lantai keramik itu, heuheu. Lebih enak lagi kalau bisa melihat detik-detik payungnya dibuka kali ya, entah kapan waktunya, huhu.
- Di depan MAJT ada Menara Asmaul Husna dan pengunjung bisa naik ke atasnya. Menarik sebenarnya tapi kami ga mampir ke sana karena keterbatasan waktu.
- Di dekat MAJT ini uga ada kios-kios yang menjual souvenir, jadi yang mau cari oleh-oleh bisa coba lihat-lihat di sana.
Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo sebenarnya ga pernah masuk dalam rencana wisata kami di Semarang. Kenapa? Karena lokasinya jauh. Tapi pada akhirnya kami tergoda ke sana karena spot-spot yang sudah masuk plan awal rupanya bisa dirapel dalam waktu singkat. Sekalian deh melengkapi daftar tempat ibadah yang dikunjungi, hihi.
Dari MAJT, kalau lancar sebenarnya perjalanan ke Candi Gedong Songo bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam-an. Tapi di hari libur jadi macet. Kami baru sampai ke sana setelah menempuh perjalanan 2 jam lebih, huhu. Untuk transportasi ke sana kami nekat pakai taksi online karena terlalu mahal kalau harus sewa mobil, hihi. Dan kami pun menego sang driver supaya mau nungguin, jadi pulangnya tetap pakai mobil yang sama.
Saking macetnya, kami memutuskan untuk tidak naik mobil sampai ke candi. Kami turun di dekat gerbang yang bertuliskan “Candi Gedong Songo 2.5 km”. Kami lanjut dengan ojek, bukan ojek nline tentunya. Rada miskom dengan ojek yang pertama, bukannya diantar ke candi, rupanya diantar ke tempat semacam pasar. Kalau mau lanjut sampai candi diminta ongkos yang lebih mahal, huft. Kami memilih turun di sana sekalian cari makan. Lapar berat.
Berikutnya kami lebih hati-hati memilih ojek. Alhamdulillah dapat yang lebih baik. Malah kami diajak lewat rute yang lebih sepi karena jalur utama katanya macet parah. Muter lebih jauh memang, tapi kami tidak merasa rugi karena pemandangan sepanjang perjalanan bagus dan segar sekali. Baliknya juga janjian lagi sama ojek ini.
Sampai di sana, kami beli tiket masuk dari petugas yang cuma bertugas di sebuah meja. Saya bingung kok ga ada loketnya. Belakangan saya baru tahu kalau kami masuk dari semacam pintu samping, bukan loket utama, haha. Tiket masuknya Rp10.000 untuk turis domestik dan Rp75.000 untuk turis asing.
Candi Gedong Songo terletak di daerah pegunungan. Saya bahagia ketemu udara adem lagi, hihi. Sesuai namanya, songo = sembilan, jadi di sini ada 9 candi. Tapi lokasi candinya terpisah-pisah di beberapa titik dan jarak antar candi lumayan jauh. Yang terdekat adalah Candi Gedong I, di sini ramai sekali yang berfoto di candi, belum lagi yang piknik di lapangan rumput di sekitar candi.
Melihat kontur lokasinya dan jarak candi lain pun jauh, kami memutuskan untuk menyewa kuda saja. Tarif sewa kudanya tergantung mau sampai candi mana. Dan walaupun cuma sewa satu kuda, kalau yang naik berdua (misal sama anak), tarifnya tetap dihitung untuk 2 orang. Lagi-lagi karena keterbatasan waktu, kami memilih sampai Candi Gedong II saja. Dan biar hemat, kami sewa satu kuda aja dan naiknya bergantian, wkwk. Kena Rp120.000 kalau ga salah. Saya berkuda saat ke atas, suami berkuda ke bawah.
Kuda yang kami naiki bernama Dewi. Berkudanya santai aja, sambil dipegangi pemilik kudanya. Jalan ke atas sebenarnya sudah bagus untuk jalan kaki, tapi ya itu, cape, haha. Salut deh sama bapak-bapak yang mengiringi kuda, kuat jalan naik turun bukit tanpa ngos-ngosan.
Di Candi Gedong II, pengunjungnya tidak sebanyak Candi Gedong I lagi. Mungkin karena lebih jauh dan tidak semua orang mau jalan atau menyewa kuda ke sana. Sepertinya makin ke atas bakal makin sepi deh candinya.
Sepanjang perjalanan ke candi kita bisa menikmati indahnya pemandangan dan segarnya udara pegunungan. Kami senang sekali karena akhirnya memutuskan ke sini walaupun kurang puas karena diburu waktu, huhu.
Berikut beberapa catatan saya dari pengalaman ke Candi Gedong Songo.
- Kalau mau puas di sana, ada baiknya alokasikan waktu seharian. Karena selain mendatangi semua candi, di sana juga ada area outbond, piknik, dll.
Di dalam kawasan ini ada tempat wisata Ayana Gedong Songo. Ini semacam tempat wisata kekinian dan instagramable gitu deh, bisa foto pakai balon udara dll. Mengingatkan saya sama The Lodge Maribaya dan tempat lainnya di Bandung.
Baca juga: Wisata Jabar: Ke The Lodge Maribaya di Saat Ramai? Sebaiknya Jangan…
- Keliling candi tanpa cape memang opsinya dengan berkuda, tapi ya itu, siapkan dananya, hehe. Kecuali kalau mau sekalian hiking, seru juga mungkin, hihi.
Senin, 16 Juli 2018
Hari terakhir di Semarang, kami marathon ke beberapa spot di Semarang sebelum balik lagi ke Bandung dengan pesawat sore.
Gereja Blenduk
Salah satu landmark lainnya di Semarang adalah Gereja Blenduk. Nama resminya G.P.I.B. Immanuel tapi lebih dikenal dengan nama Gereja Blenduk. Bentuk kubahnya yang bulat dalam bahasa Jawa disebut “mblenduk”, sehingga namanya begitu.
Gereja Blenduk terletak di kawasan Kota Lama. Daya tariknya adalah arsitekturnya yang unik. Saat ke sana, tempatnya sepi, mungkin karena hari Senin, hehe.
Berikut beberapa catatan saya dari pengalaman ke Gereja Blenduk.
- Di samping Gereja Blenduk ini ada Taman Srigunting. Paling enak menikmati view gereja dan Kota Lama dari taman ini karena terasa adem banget di tengah panasnya Semarang.
- Interior dalamnya katanya bagus. Untuk masuk ke dalam gereja ada yang bilang mesti bayar Rp10.000, kecuali kalau mau ibadah kali ya.
Klenteng Tay Kak Sie
Ini klenteng lain yang kami kunjungi saat di Semarang. Waktu itu sekalian didatangi karena lokasinya tidak jauh dari Gereja Blenduk. Cukup jalan kaki 10 menit aja, tapi karena udara panas jadinya lumayan juga, heuheu.
Sampai di sana, saya melihat bangunan dengan atap seperti klenteng, saya kira itu klentengnya. Kok biasa banget ya?
Rupanya bukan itu klentengnya, tapi yang di sampingnya, haha. Dibanding klenteng di Sam Poo Kong, klenteng di sini lebih kecil. Tidak banyak yang bisa saya tulis tentang Klenteng Tay Kak Sie ini karena di sana bentar banget dan udah ga fokus karena kepanasan.
—
Demikian perjalanan kami menyusuri berbagai tempat ibadah di Semarang. Ke Pagoda Avalokitesvara akhirnya ga kesampaian, padahal kayaknya bagus, berasa di luar negeri juga gitu, huhu.
Melihat tempat-tempat ini, saya merasa bahwa sesungguhnya masyarakat kita bisa hidup dengan damai dan toleransi walaupun agamanya berbeda-beda. Jadi marilah kita jaga perdamaian di negeri ini.
Ada rekomendasi tempat wisata lain di Semarang? Share yuk.
Salam,
selamat datang di kota kelahiran saya, mbak. hihihi
waaah. saya kangen soto semarang nih. 😆
Waaah belum pernah berkunjung semuaa saya mbaak, pengen maiin ke semarang hehehe makasih sharingnyaa mbak ya, bookmark dulu wkwkw
hihi, ntar kalau mau ke Semarang mampir ke blog saya lagi ya, wkwk
Salam kenal Mbak Reisha,
Wah seneng liat destinasi pilihan Mbak sekeluarga. Saya pernah ke Semarang (seringnya dulu waktu kecil) tapi ga pernah kesini. Ko bisa akhirnya Mbak, kepikiran jalan-jalan ke berbagai tempat ibadah dengan berbeda agama? Kagum banget saya ama Mbak sekeluarga, karena emang suka sedih kalau ada pertikaian yang terkait perbedaan.
Halo Fiola, salam kenal juga.
Hehe, sebenarnya ga sengaja juga sih kok milihnya ke tempat-tempat ibadah gini. Jadi kalau mau berkunjung ke tempat baru, pasti saya googling dulu di sana apa aja tempat wisatanya. Pas googling “wisata Semarang”, pasti selalu keluar Sam Poo Kong sama Gereja Blenduk. Trus saya keinget kayaknya di Semarang juga ada Masjid Agung. Jadi mikir, banyak tempat ibadah gini ya yang jadi tujuan wisata. Saya bercanda bilang ke suami “wisata religi aja yuk kita di Semarang”, wkwk. Candi Gedong Songo ga kepikiran sebelumnya, tapi akhirnya tergoda ke sana, sekalian deh dilengkapi, hihi.
Pingback: Nominasi Tulisan Pilihan Minggu #9 - 1 Minggu 1 Cerita