Perjalanan ASI Akas (6): Diskusi Relaktasi Saya di Grup Facebook AIMI

Ibu-ibu menyusui pasti kenal dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). AIMI adalah organisasi yang bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan informasi seputar menyusui. Informasi tersebut bisa didapatkan secara gratis di website AIMI ataupun di grup Facebook AIMI. Apa kaitannya dengan relaktasi saya?

Saya sebenarnya sudah tahu AIMI dari sebelum melahirkan, tapi waktu itu saya belum berminat melirik informasi di sana karena saya berpikir menyusui itu mudah. Lalu saat saya akhirnya menghadapi masalah menyusui, saya juga belum tertarik nanya-nanya karena saya merasa lebih baik saya konsultasi langsung. Di sisi lain saya juga khawatir karena di Facebook pasti ada beberapa teman/kenalan yang baca masalah saya, dan malu kalau ada yang tahu dengan kegagalan saya. Saya malu kalau dikasihani, apalagi kalau dicap sebagai ibu yang gagal. Ckckck.

Baca: Perjalanan ASI Akas (1): Saya Gagal Memberikan ASI Eksklusif

Lalu tiba-tiba saja suatu hari saya coba join grup Facebook-nya dan di-approve. Saya coba lihat-lihat sekilas diskusinya. Menarik, karena adminnya ada banyak dan rajin merespon pertanyaan, dan rata-rata adminnya adalah konselor laktasi. Ini nilai plus banget, karena yang jawab emang yang ahli, bukan sekedar sharing sesama ibu-ibu berdasarkan pengalaman aja.

Lalu saya lihat file grup, huaaa, saya merasa rugi banget baru tahu saat itu. Di sana banyak banget dokumen seputar ASI dan menyusui. Saya belum baca semua sih, nanti aja lah kalo mau punya anak lagi, wkwk.

Saya ga pernah kepikiran untuk mendiskusikan masalah saya di grup saat itu, karena saya sudah memulai program relaktasi saya dengan dr. N. Buat apa nanya lagi di dunia maya kalau udah bisa nanya langsung di dunia nyata, ya kan.

Baca: Perjalanan ASI Akas (3): Mencari Konselor Laktasi, dari Bukittinggi hingga Balikpapan

Tapi secara tidak sengaja, akhirnya saya membahas masalah relaktasi saya juga di grup, dan ternyata ada sejumlah info baru yang saya dapat. Hanya saja tidak semua bisa saya aplikasikan, heuheu.

Ini saya share di sini copy-an percakapannya di grup Facebook AIMI ya, tapi beberapa bagian yang ga relevan saya hilangkan aja. Nama orang lain juga saya samarkan. Semoga bermanfaat buat ibu-ibu lain yang mau relaktasi, sekaligus sebagai arsip buat saya. Karena kalau dicari di grup agak susah ketemunya, hehe.

Advertisement

Curhat Masalah Menyusui Akas

Awalnya saya melihat postingan admin yang isinya sebagai berikut.

Admin/KL-AIMI, 25 December 2015

Halo Ibu M, postingannya tidak bisa saya approve karena menyebutkan merk ya.. Oiya, boleh saya tahu, mengapa Ibu M ingin mengetahui apakah ada bayi lain yang diberikan formula?

Saya jadi tertarik mengomentari, karena Akas juga minum sufor.

Reisha Humaira, 25 December 2015 at 13:25

*ngacung*

Saya jadi pengen tau postingan asalnya apa 😀

Bayi saya minum ASI campur sufor dari usia 11 hari hingga sekarang (6m1w). Panjang ceritanya. Intinya mungkin keadaan ngga berpihak sama saya, udah ikhtiar macam-macam, juga udah konsultasi dengan konselor laktasi, tapi masih belum berhasil full ASI lagi. Tapi tetap diusahakan konsumsi sufor seminimal mungkin.

2 bulan terakhir berat badan bayi saya ngga naik sehingga saya disarankan tetap ngasih sufor sebagai tambahan. Sekarang udah mulai MPASI, kata dokter dilihat dulu perkembangan MPASI-nya gimana. Mungkin nanti kalo MPASI-nya udah oke saya bisa mengurangi sufornya. Moga bisa tercapai cita-cita saya untuk stop sufor. Aamiin.

Lalu ada ibu lain, sebut saja ibu A yang juga berkomentar senada dengan saya. Kondisi kami serupa, bayi kami minum sufor, udah coba segala cara masih belum berhasil lepas sufor. Bu admin pun menanggapi komentar kami berdua.

Baca: Perjalanan ASI Akas (2): Ikhtiar untuk Meningkatkan Produksi ASI

Admin/KL-AIMI, 30 December 2015 at 09:33

Hai Ibu Reisha Humaira dan Bu A.

Sedih dan lelah karena ternyata memberikan ASI itu tidak mudah yaa? Pertanyaan yang sama untuk Ibu berdua, Media pemberian ASIP sebelumnya atau pemberian formula dengan media apa? 🙂

Dan sudah kemana kemana, Sudah berbagai cara dicoba tapi tetap tidak bisa memberikan ASI ya?
Wah, memberikan ASI memang sungguh penuh perjuangan ya?
Itu Kenapa ada Ibu Ibu yang menyebut diri mereka pejuang ASI.
Karena memberikan ASI dan menyusui jaman sekarang itu tidak mudah.
Yang sudah punya teori pun, di lapangan tidak mudah,
Karena memberikan ASI tidak mudah, itu sebabnya angka bayi yang diberikan ASI jumlahnya kecil sekali, Di Indonesia hanya sekitar 40%,
Kalau semua Ibu mudah melalui proses menyusui, pasti angka bayi yang diberikan ASI tidak akan serendah itu.

Kalau Ibu Ibu Founder AIMI dan pejuang ASI lainnya tidak mengalami kesulitan dalam proses menyusui, tidak akan ada AIMI loh.. 😉 Jadi, semua Ibu pasti perlu perjuangan untuk memberikan ASI.
Jadi Ibu berdua tidak sendiri.Sudah kemana mana tapi tidak berhasil?
Tahukah Ibu, Bahwa konseling dengan konselor bersertifikat International sekalipun tidak menjamin relaktasi bisa sukses.

Kenapa?
Karena kunci relaktasi ada di tangan Ibu. Bukan di tangan konselor, bukan di tangan nenek, bukan di tangan dokter anak, bukan di tangan AIMI, bukan di booster ASI apalagi di tangan acupuncturist, 😉

Keberhasilan proses menyusui Semua tergantung pada mindset, komitmen dan kemauan sang Ibu.
Konseling ke dokter Utami Roesli sekalipun kalau Ibunya berfikir sulit, ya akan sulit beneran.

Karena semua keputusan, ada di tangan Ibu. Bayi hanya menerima dan menanggung resiko. 🙂

Waktu baca komentar ini, jujur saya agak kesal, karena kesannya ikhtiar relaktasi saya selama ini belum berhasil karena saya berpikir sulit atau tidak mungkin berhasil. Ibu A pun membalas kalau dia sudah merasa sangat bersalah, dia tahu dia salah. Nah kan, jadi kami berdua sama-sama merasa di-judge. Ibu A ga merespon apa-apa lagi setelah itu.

Baca: Perjalanan ASI Akas (4): Kenapa ASI Saya Kurang?

Sebaliknya, walau agak kesal, saya berpikir untuk sekalian aja coba curhat, kali-kali dikasih pencerahan baru. Mulai deh saya curhat panjang lebar. Ini versi singkat dari perjalanan relaktasi Akas. Kalau udah baca tulisan-tulisan saya sebelumnya, skip aja bagian ini, hehe. Kalau belum silakan dibaca dulu. 😄

Reisha Humaira, 30 December 2015 at 10:39

Ibu Admin, terima kasih atas perhatiannya. Tentang media pemberian ASIP/sufor, saya cerita berdasarkan kronologisnya aja ya.

Bayi saya lahir ga dapat IMD, dan baru bisa saya susui belasan jam setelah lahir. Setelah itu saya selalu menyusui bayi saya. Di usia 11 hari, bayi saya kuning dan mesti fototerapi. Kadar bilirubinnya sampai 33,9 mg/dl. Beratnya saat itu turun jadi 2,97 kg dari berat lahir 3,35 kg. Saat fototerapi, saya ngga bisa nyetok ASIP yang cukup, jadinya bayi saya mulai dikasih sufor saat saya ngga bisa menyusui langsung (misalnya malam saat ruang perinatologi tutup). Saat itu dikasih menggunakan dot.

Bayi saya di RS sampai 13 hari. Pulang dari RS, kadar bilirubinnya masih 13an mg/dl. Saya masih khawatir kalo nanti ASI saja dan ternyata kurang lagi, kuningnya bisa nambah lagi. Akhirnya di rumah masih dikasih sufor kalo bayinya udah nangis kejer dan ngga mau disusui lagi. Ditambah lagi saat itu saya masih tinggal sama keluarga, saya sering disuruh bahkan sampai dimarahi kalo masih belum bikinin sufor saat bayi saya nangis2. Media pemberian masih dot, karena saat itu saya merasa bayi saya ngga bingung puting, masih mau nyusu sama saya.

Di usia sekitar 2,5 bulan saya baru tau kalau pemakaian dot itu menurunkan daya hisap bayi. Saya ganti ngasih sufornya pake sendok. Alhamdulillah mau.

Di usia 3 bulan 10 hari, saya baru kembali ke kota domisili dan akhirnya bisa konsultasi langsung dengan dokter yang juga konselor laktasi. (Di kota tempat orang tua saya berada ngga ada konselor laktasi). Sama dokternya saya diajari ngasih sufornya dengan suplementasi (pakai NGT yang ditempel ke payudara). Saya juga diresepi domperidone.

Seminggu setelah pakai NGT ini, saya sudah stop menggunakan sendok untuk memberikan ASIP. Dot sudah stop total dari awal pakai NGT.

Kata dokternya, idealnya porsi sufornya dikurangi perlahan hingga nanti bayinya bisa full ASI lagi. Saya udah mencoba pelan2 ngurangin, tapi di usia 5 bulan, BB bayi saya ngga naik dari bulan sebelumnya.

Di usia 5 bulan itu, saya sempat disarankan MPASI dini untuk ngejar kenaikan BB, tapi saya ngga mau ambil risiko MPASI dini, toh beratnya juga masih dalam pita hijau KMS (6,4 kg). Opsi lain, naikin dosis sufornya. Saya juga ga mau. Saya ambil jalan tengah, dosis sufornya tetap aja, ngga usah coba dikurangi dulu. Dosisnya saat itu rata2 300 mL/hari.

Di usia 6 bulan, BB nya ternyata masih ngga naik. Saya tanya dokter, apakah saya bisa ngurangin dosis sufor lagi berhubung sudah mulai MPASI. Katanya jangan dulu, karena belum tentu di awal MPASI bayinya bisa langsung lahap makan.

Sekarang bayi saya udah 2 minggu MPASI. Sufornya sehari saya naikin dikit dari biasa, rata2 330 mL/hari. Media pemberiannya sejak usia 3,5 bulan hingga 6,5 bulan sekarang selalu dengan NGT tsb. Saya lebih suka cara ini daripada media lain karena saya tetap menyusui dan bayi tetap menghisap payudara saya.

Saya juga bingung kok belum berhasil juga buat full ASI lagi. Saya mau dan komit untuk terus menyusui bayi saya. Atau mungkin mindset saya ada yang salah? Mungkin Ibu Admin ada saran?

Maaf cerita saya panjang banget. Hehe.

Curhatan saya pun ditanggapi.

Admin/KL-AIMI, 30 December 2015 at 18:07

Wah, memang edukasi tentang menyusui sejak sebelum kelahiran itu ternyata penting supaya dukungan dari keluarga bisa di dapat kan ya?

Ibu tidak sendiri kok, ada banyak Ibu yang berjuang diluar sana. Dan pemberian formula memang akan mengurangi demand pada produksi ASI.

Tapi sudah bagus karena kurva KMS berada di garis hijau.
Jadi Ibu Tinggal memperbaiki asupan MPASI si kecil.
Dan boleh tahu bagaimana asupan MPASInya selama 2minggu ini?

Sudah pake ASI tapi BB masih seret ya?
Pertama, seperti dugaan saya, kondisi ini akibat penggunaan dot,
Meski sudah dilepas, dampak penggunaan dot jangka panjang, bayi sulit melekat dengan baik.
Jadi produksi ASI tetap begitu begitu saja sementara suplementasi tidak dikurangi kan?

Karena bayi masih berumur 6Bulan, Jika Ibu mau, Ibu masih bisa loh meningkatkan produksi ASI secara bertahap terlebih dulu, 🙂

Oiya, Ibu Sudah cek kondisi lidah bayi Ibu? Apakah ada salah satu kondisi di gambar berikut?

Langsung saya balas deh.

Reisha Humaira, 30 December 2015 at 18:28

Betul sekali bu, edukASI memang penting banget. Saya sadar dulu saya juga kurang ilmu, tapi karena pengalaman ini saya jadi banyak belajar.

MPASI-nya 2 minggu ini alhamdulillah lancar. Saya ikut panduan WHO yang ada di grup HHBF. Saya jadi optimis setelah ini bisa pelan2 mengurangi sufornya. 🙂

Lidah bayi sudah dicek dokter dan katanya normal bu. Nanti saya lihat lagi. Dulu dokter juga sempat ngecek cara bayi saya menghisap dengan memasukkan jarinya ke mulut bayi, katanya memang masih ada sisa2 kebiasaan ngedot.

Kira2 apalagi ya bu yg bisa saya lakukan utk meningkatkan produksi ASI saya? Saya masih pengen memperjuangkan cita2 full ASI.

Dibalas lagi.

Admin/KL-AIMI, 30 December 2015 at 19:04

Boleh diceritakan bagaimana asupan dan menu MPASI nya Bu? Ibu pernah memerah ASI? Jadi, memang masih bingung laten makanya hisapan tidak maksimal ya?

Lumayan cepat balasan adminnya saat itu, jadi saya juga segera balas.

Reisha Humaira, 30 December 2015 at 19:22

MPASI-nya 2 minggu ini masih menu tunggal, 2x sehari, pagi dan sore. Menunya ganti-ganti tiap pagi-sore setiap hari, saya kenalkan semua dari karbohidrat, protein nabati, protein hewani, sayur, dan buah. Nanti mulai tanggal 1 Januari rencananya mulai menu lengkap 2x sehari plus 1x camilan.

Saya ngga bisa memerah ASI pake tangan, jadi biasanya pake pompa ASI. Saya memompa ASI memang ngga rutin, sesempatnya aja karena saya IRT dan lebih memilih menyusui langsung. Paling sempatnya saya pompa 1x sekitar jam 12 malam saat bayi tidur, dapatnya cuma sekitar 30 mL, sudah dari kedua payudara.

Komentar saya baru dibalas esok paginya.

Admin/KL-AIMI, 31 December 2015 at 06:01

Nah, Kalau Ibu Reisha mau mempraktekkan, sebenarnya ada metode meningkatkan produksi ASI dengan meningkatkan demand.

Jika Ibu mau, kuncinya konsisten melakukannya, jika Ibu di rumah saja, biasanya hasilnya dalam 2minggu sudah cukup terlihat Meski awal awal hasilnya cuma diketawain pantat botol penampung ASI. 😀

Wah mulai menarik nih bahasannya. Saya penasaran.

Reisha Humaira, 31 December 2015 at 06:27

Seperti apa bu caranya? Power pumping kah? Saya pernah baca tapi beda2 caranya. Yang tepat seperti apa?

Advertisement

Tips untuk Meningkatkan Produksi ASI

Pertanyaan terakhir saya itu ga dibalas lagi. 10 hari saya diamkan aja, pasrah mungkin emang ga bakal dibalas lagi. Lalu saya iseng meng-up thread itu, bilang kalau saya masih menanti jawaban. Keesokan harinya dibalas.

Baca: Perjalanan ASI Akas (5): Memulai Perjuangan Relaktasi

Admin/KL-AIMI, 10 January 2016 at 03:19

Halo Bu Reisha Humaira, 🙂

Cara meningkatkan produksi ASI yang pertama adalah;

#1 sudah Cek kondisi lidah bayi Ibu? Apakah ketika menangis ada jaringan ikat seperti salah satu gambar yang saya lampirkan?

#2 mengurangi asupan formula, (bukan malah ditingkatkan), semakin banyak porsi formula, semakin sedikit porsi ASI yang dihisap bayi karena sudah kenyang formula. Bahkan karena sudah MPASI, 330 ml formula itu sudah terlalu banyak, perbanyak saja asupan gizi seimbang dari MPASI.Nah, Ibu siap tidak mengurangi asupan formulanya? 330ml dalam sehari untuk bayi sehat itu sudah banyak loh..

#3 Menyusui langsung dengan selalu memperbaiki posisi pelekatan bayi, Jika menolak, lakukan skin to skin kontak. Proses ini membantu bekerjanya hormon oksitosin, tinggal Ibu yg mengusahakan bagaimana hisapan bayi bisa efektif untuk meningkatkan hormon prolaktin. Gunakan galagtogog (booster) apapun yang membuat Ibu percaya diri.

#4 Menyusui langsung dan setelahnya di perah, Misal; menyusu di payudara kanan (boleh kanan/kiri), selesai, perah, kalau menggunakan tangan 20-25x pencet, perah dgn alat +/- 10menit. Lalu perah payudara kiri, saat sesi menyusui berikutnya, berikan payudara kiri yang diperah terakhir tadi. Ulangi proses memerah setelah menyusui ini secara konsisten.

Hasilnya tidak ada? Iya. Memang akan.begitu awalnya. Kuncinya, konsisten memerah kapanpun setelah sesi memperbaiki pelekatan, 🙂

Saya balas singkat aja, hal yang kurang saya pahami.

Reisha Humaira, 10 January 2016 at 06:26

Terima kasih bu atas infonya. Untuk nomor #4, saat satu sesi menyusui apakah gunakan satu payudara aja, atau boleh keduanya?

Dibalas lagi.

Admin/KL-AIMI, 10 January 2016 at 08:56

Dalam satu sesi menyusui perah keduanya Bu.
Misal Ibu menyusui di payudara kanan, selesai menyusui perah. Lalu perah payudara kiri sampai terasa lembek.

Ketika bayi meminta menyusu, berikan payudara kiri lebih dulu, setelah selesai, perah payudara kiri, lalu payudara kanan juga diperah. Sesi menyusui berikutnya, berikan payudara kanan.

Nah, jika Ibu dapat mengurangi asupan formulanya, metode ini dapat dilihat Hasilnya dalam 2minggu. Jika bertahap, biasanya membutuhkan waktu lebih lama.

Akan lebih efektif jika Ibu melakukan secara rutin di jam yg sama.

Sulit mencari waktu di jam yg sama karena kesibukan di rumah?
Komunikasikan keinginan Ibu dan kemungkinan kemungkinan dengan suami.
Masih ada waktu -/+ 18bulan untuk bayi Ibu mendapatkan ASI.
Everything is possible.
Prioritas ada di tangan Ibu.
Relaktasi dan fokus meningkatkan produksi atau rumah rapi dan pekerjaan rumah beres tapi relaktasi setengah setengah? 🙂

Setelah itu percakapan kami tidak berlanjut lagi. Saya udah cape, adminnya mungkin juga lelah, wkwk.

Advertisement

Sudah dikasih saran sebanyak itu, apakah semuanya saya praktikkan dengan baik? Sayangnya tidak. Saya ga bisa mempraktikkan tips memerah/memompa ASI tiap selesai menyusui. Bayi umur 6 bulan itu udah mulai aktif, mesti selalu diawasi, jadi saya tidak bisa memompa dengan tenang tiap selesai menyusui. Saya juga masih harus menyiapkan MPASI. Bingung saya mengatur waktu untuk relaktasi ini. Kalau saat itu Akas masih di bawah 3 bulan mungkin masih bisa saya lakukan.

Setelah curhatan itu, saya jadi lumayan sering baca diskusi di grup. Saya jadi tahu bahwa banyak sekali masalah yang dihadapi para busui, dan masalahnya pun beraneka ragam sekali. Catatan yang bisa saya ambil:

  • Saya merekomendasikan ibu-ibu yang akan ataupun sedang menyusui untuk gabung grup AIMI dan banyak baca dari sana. Ikut kelas edukasinya juga lebih bagus lagi.
  • Ada slogan sharing is caring, dan makin lama saya merasa itu benar adanya. Sharing itu bermanfaat sekali buat para ibu-ibu, tapi pilih-pilih juga mau sharing di mana. Lebih baik sharing di tempat yang terpercaya.
  • Kalau ada masalah dengan menyusui dan belum bisa ketemu langsung dengan konselor laktasi, coba deh tanya-tanya di grup AIMI. Ga perlu malu kok. Masalah menyusui bisa dihadapi oleh siapa saja, tidak memandang level ekonomi ataupun pendidikan. Saya menyesal dulu kok malu buat curhat, padahal kalau curhat sedari awal mungkin saya bisa memperbaiki kesalahan saya lebih cepat.

Ibu-ibu ada yang merasa produksi ASI-nya menurun atau sedang relaktasi? Ingin meningkatkan produksi ASI? Coba deh tipsnya. Kalau berhasil kabari saya ya, hehe.

Salam,

Reisha Humaira

5 komentar pada “Perjalanan ASI Akas (6): Diskusi Relaktasi Saya di Grup Facebook AIMI

  • 3 Mei 2018 pada 20:19
    Permalink

    aku juga gagal memberi asi ekslusif buat anak pertama. mudah2an kalo dapet rejeki lagi, si adek nasibnya ga kaya si kakak..

    Balas
    • 22 Mei 2018 pada 10:09
      Permalink

      Aamiin, saya juga berdoa yang sama mbak, kalau punya bayi lagi pengen bisa ASI eksklusif

      Balas
  • 4 Mei 2018 pada 23:09
    Permalink

    Baca ini saya jadi bersyukur banget akhirnya menang melawan tantangan dalam mengASIhi.
    Anak pertama saya juga pakai sufor, dan setelah anak kedua lahir ternyata zamannya udah beda, petugas di RS galak banget kalau mengenai ASI, bayi saya sampai menguning dan nyaris dehidrasi pun dibilang gapapa, gak boleh bantu sufor.
    Untuk mengatasinya, kami gak diperbolehkan minta air panas, takut buat bikinin sufor hahaha.

    Sayapun juga gak dikasih IMD, bayi lahir gak langsung nangis, emaknya malah yang nangis karena kedinginan di ruang operasi hahaha.
    Dan bayi bisa ketemu ASI saya setelah lebih 24 jam huhuhu..

    Namun Alhamdulillah, setelah drama ketakutan liat mata si bayi menguning, waktu di RS pipisnya udah jarang banget, serius saya stres takut bayi kenapa-kenapa.

    Alhamdulillaaahh, akhirnya ASI keluar di hari ketiga dengan bantuan ASI booster dan pastinya rasa percaya diri kalau saya bisa kasih ASI.

    emang ASI penuh dramaaaa bangeett hehehe..
    Dan dramanya gak cuman di awal-awal, sepanjang masa mengASIhi juga selalu ketemu tantangan.

    Semoga semua ibu bisa semangat mengASIhi ya, aamiin 🙂

    Balas
    • 22 Mei 2018 pada 10:10
      Permalink

      Alhamdulillah ya mbak. Menyusui memang perlu perjuangan ya mbak, dan tiap orang tantangannya beda-beda. 🙂

      Balas
  • 6 Juni 2021 pada 10:53
    Permalink

    Mba Reisha, makasih buat sharingnya, saya tau aimi malah dari Mba…ngalamin hal yg smaa lagi relaktasi…dot baru distop, masih pakai sns belum ada hasilnya, naik bb masih seret..semoga bs lepas sufor huhu sama seperti Mba

    Balas

Leave your comment