Perjalanan ASI Akas (9): Seputar Memompa ASI Bagi Ibu Rumah Tangga

Sudah lumrah kalau ibu bekerja punya seperangkat alat tempur untuk memompa ASI dan menyimpan ASI perah (ASIP). Ibu bekerja yang ingin tetap menyusui bayinya tentulah harus rutin menabung ASIP untuk bayinya. Lalu bagaimana dengan ibu rumah tangga yang secara umum 24/7 terus bersama bayi dan bisa menyusui bayinya kapan saja? Tetap kah perlu pompa ASI? Masih kah butuh menyetok ASIP?

Itu beberapa pertanyaan yang pernah nangkring di kepala saya dulu, karena sebelum melahirkan, saya memutuskan untuk resign dan menjadi ibu rumah tangga. Bahasa kekiniannya sih stay at home mom atau full time mom, eaaa.

Baca: Diari Kehamilan Pertama: Akhirnya Beneran Resign

Saya bukan ibu yang punya pengalaman sukses dengan memompa ASI, apalagi menyetok ASIP, wong saya dulu pejuang relaktasi, hehe. Tapi karenanya saya jadi lumayan belajar juga sih. Kali ini saya mau merangkum apa yang saya pahami seputar memerah/memompa ASI dan menjawab pertanyaan di atas bagi para ibu rumah tangga.

Seputar Memerah dan Memompa ASI

Mengeluarkan ASI bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni diperah (dengan tangan) atau dipompa (dengan alat alias pompa ASI/breastpump). Keduanya punya kelebihan dan kekurangan.

Perah dengan tangan lebih simpel dan murah, ga perlu keluar uang untuk beli seperangkat pompa ASI. Ga butuh listrik atau baterai. Memompa ASI lebih praktis, apalagi kalau pakai yang elektrik, ga bikin tangan pegal. Tapi perlu keluar dana lebih.

Jadi mending mana, perah atau pompa ASI? Kata video ini, memerah pake tangan hasilnya bisa lebih maksimal dibanding memompa pake pompa ASI, karena tangan otomatis sekalian memberikan pijatan alami pada payudara. AIMI juga lebih merekomendasikan untuk memerah ASI. Caranya, bisa googling tentang teknik/metode marmet.

Baca: Perjalanan ASI Akas (6): Diskusi Relaktasi Saya di Grup Facebook AIMI

Hanya saja, tidak semua orang bisa memerah ASI dengan tangan, termasuk saya, haha. Yaa mungkin tekniknya belum tepat, atau emang terasa lebih ribet aja. Tapi ya ujung-ujungnya cocok-cocokan sih ya. Kalau ternyata pakai pompa ASI hasilnya lebih baik, ya ga ada salahnya juga sebagian orang lebih memilih memakai pompa ASI. Tinggal disesuaikan dengan kondisi masing-masing.

Advertisement

Memerah/Memompa ASI dan Kaitannya dengan Produksi ASI

Dulu saya pernah nulis bahwa memerah/memompa ASI itu adalah salah satu ikhtiar untuk meningkatkan produksi ASI. Kenapa? Karena pada prinsipnya, semakin sering ASI dikeluarkan, semakin sering pula ASI diproduksi. Sering dikeluarkan, jangan pernah takut ASI-nya bakal habis. Payudara akan terus memproduksi ASI dan baru berhenti kalau sudah disapih.

Baca: Perjalanan ASI Akas (2): Ikhtiar untuk Meningkatkan Produksi ASI

Jadi buat ibu-ibu yang ingin memperbanyak ASI-nya, bisa coba rutin diperah/dipompa juga di samping menyusui langsung. Ada juga metode yang namanya power pumping, silakan googling, hehe.

Pertanyaannya Para Ibu Rumah Tangga

Emm, mari bahas hal ini ala-ala FAQ, hehe.

Kapan Ibu Rumah Tangga Perlu Memerah/Memompa ASI?

Ada sejumlah kondisi di mana ibu-ibu yang mestinya bisa menyusui kapan saja ini tetap perlu untuk memerah/memompa ASI, seperti:

  • Bayi belum bisa menyusu langsung setelah dilahirkan, misal karena bayi lahir prematur, bayi terlahir dengan bibir sumbing, bayi perlu dirawat di NICU, dll. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya ibu memerah/memompa ASI-nya sehingga tetap bisa diberikan pada bayi.
  • Produksi ASI terlalu banyak sehingga payudara terasa padat dan nyeri, padahal bayi belum waktunya menyusu. Kalau ASI tidak dikeluarkan bisa tambah sakit, bikin ibu demam, hingga mastitis.
  • Produksi ASI kurang sehingga ibu ingin meningkatkan produksi ASI-nya.
  • Ibu merasa perlu untuk menyetok ASIP.

Nah poin terakhir di atas pasti memancing ke pertanyaan berikutnya.

Apakah Ibu Rumah Tangga Perlu Menyetok ASIP?

Dulu saya berpikir, ibu rumah tangga itu kan bisa menyusui kapan aja, selalu sama bayi, jadi buat apa menyetok ASIP. Apa ga mubazir ntar kalau ASIP-nya ga keminum dan berujung dibuang?

Tapi seiring berjalannya waktu, pemikiran saya berubah. Menurut saya, ibu rumah tangga tetap perlu untuk menyimpan ASIP, tapi tidak perlu sebanyak ibu bekerja. Tujuannya lebih untuk cadangan, kalau-kalau ada kondisi yang membuat ibu tidak bisa menyusui langsung, seperti:

  • Ibu harus pergi sementara dan tidak mungkin membawa bayinya.
  • Ibu sakit atau dirawat.
  • Payudara ibu sedang bermasalah (puting luka, dsb.) sehingga ibu tidak kuat untuk menyusui langsung.
  • Ibu ingin istirahat karena sudah terlalu lelah, sehingga bisa minta tolong ke suami atau keluarga untuk ngasih ASIP ke bayi.
  • Ibu puasa Ramadhan. Ehm, pas banget nih besok puasa. Sebenarnya busui ada keringanan sih untuk tidak berpuasa, tapi ada juga yang ingin tetap berpuasa. Saat berpuasa, sebagian ibu menurun produksi ASI-nya. Jadi busui bisa menyiasati dengan menyetok ASI sebelum berpuasa untuk menambah asupan ASI untuk bayinya.

Perlu digarisbawahi juga bahwa menyetok ASIP untuk cadangan ini tidak perlu dilakukan sejak awal-awal kelahiran. Hari-hari awal setelah bayi lahir sebaiknya dilakukan untuk memantapkan proses menyusui, karena menyusu dan menyusui itu butuh waktu untuk belajar. Ga perlu terburu-buru untuk menyetok ASIP. Trus kalau rasanya memang ga bisa untuk menyetok ASIP ya ga usah dipaksakan, hehe.

Perlu diingat juga saat ibu tidak bisa menyusui langsung apalagi dalam jangka waktu yang cukup lama, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan, agar proses laktasi tidak terhenti. Kalau ibu sempat berhenti menyusui, produksi ASI bisa menurun atau habis, sehingga nanti ibu harus melakukan relaktasi.

Advertisement

Perlukah Ibu Rumah Tangga Membeli Pompa ASI?

Kembali ke bahasan sebelumnya, bahwa untuk mengeluarkan ASI bisa dengan tangan, bisa juga dengan pompa ASI. Kalau bisa perah pakai tangan, sebenarnya ga perlu beli pompa ASI. Tapi kalau ga bisa marmet dan ada dananya, sebaiknya tetap beli pompa ASI.

Dulu sebelum melahirkan saya putuskan untuk tidak membeli pompa ASI. Saya merasa belum terlalu butuh, khawatir mubazir juga kalo nanti malah ga kepake. Tapi setelah melahirkan dan ngobrol sama teman, akhirnya saya ikutan beli pompa ASI. Dan waktu itu akhirnya kepake juga, saat Akas fototerapi.

Baca: Saat Akas Kuning (2): Fototerapi

Lebih Bagus Mana, Pompa ASI yang Manual atau Elektrik?

Saya ga pernah serius cari info dan review soal pompa ASI, jadi dulu belinya ikutan temen aja, heu. Pertama kali saya beli pompa manual, karena harganya lebih murah dibanding pompa elektrik. Sayang aja rasanya beli pompa elektrik karena mahal sementara rasanya ga bakal rutin mompa juga.

Selama pakai pompa manual, minus paling utama adalah bikin tangan pegel. Mending ya kalo pegel tapi hasil pumping-nya banyak. Lha saya, pegel tapi hasilnya sedikit, jado dobel capenya, heu. Plusnya ga butuh listrik sehingga ga ketergantungan dengan colokan atau baterai.

Baca: Perjalanan ASI Akas (4): Kenapa ASI Saya Kurang?

Sekitar 2.5 bulan saya bertahan dengan pompa manual, sampai akhirnya saya kepikiran: pompa ASI kan cocok-cocokan ya, kali aja selama ini hasil pompanya ga banyak karena pompanya kurang cocok buat saya? Mau beli pompa elektrik masih ga yakin. Harganya mahal dan bakal rugi banget kalo ternyata ga cocok juga. Baru deh kepikiran lagi, kayaknya ada deh jasa rental pompa ASI. Trus akhirnya saya rental deh pompa elektrik.

Make pompa elektrik, tangan udah ga pegal lagi. Trus juga enaknya komponen pompa yang perlu dicuci steril jauh lebih sedikit (tapi ini sih kayaknya tergantung merk juga ya). Pompanya saya rental selama 2 bulan. Setelah itu saya akhirnya ngajuin proposal ke suami untuk beli pompa elektrik dan alhamdulillah dikabulkan. Ujung-ujungnya beli juga, kenapa ga dari awal aja ya, haha.

Jadi kesimpulannya bagusan mana? Kesimpulannya tergantung cocoknya yang mana dan budget-nya berapa, hehe. Ya gitu deh kalo barang cocok-cocokan. Ada yang bilang pake pompa elektrik lebih banyak hasilnya, tapi ada juga yang bilang dirinya lebih cocok pake pompa manual.

Saya Mau Sewa Pompa ASI, Ada Rekomendasi?

Di atas saya nyebut-nyebut soal rental pompa ASI. Dipikir-pikir sewa pompa ASI ini juga solusi buat ibu-ibu yang mau coba-coba dulu sebelum beli, apalagi pompa elektrik.

Tapiii, belakangan baru saya ketahui, bahwa menyewa/meminjam alias memakai pompa ASI yang pernah dipakai orang lain itu tidak boleh dilakukan. Alasannya, karena ASI itu cairan hidup, kita tidak tahu siapa yang pakai pompa ASI itu sebelumnya, kali aja di dalam ASI-nya ada virus berbahaya, ada potensi penularan penyakit jadinya.

Bukankah pompa ASI bisa disterilkan dulu? Iya sih, tapi katanya sterilisasi di rumah itu ga cukup untuk itu. Pompa ASI yang bisa dipake rame-rame hanyalah pompa ASI hospital grade, yang mana bagian yang kena ASI harus diganti tiap kali digunakan oleh orang yang berbeda.

Dipikir-pikir bisa aja sewa pompa ASI ini disiasati, yakni dengan beli sendiri komponen pompanya yang bakal terkena ASI, seperti corong dan botolnya, jadi mesin pompanya aja yang dipakai. Tapi yaa harganya pun lumayan. Mending beli pompa ASI yang murah aja mungkin, heuheu.

Tempat saya rental pompa ASI dulu sebenarnya pelayanannya bagus. Namun karena perkara sewa pompa ini sebenarnya tidak baik, jadi ga usah saya sebut di sini ya tempatnya, hehe.

Advertisement

Hasil Pumping Saya Sedikit, Kenapa Ya?

Perkara ASIP yang dihasilkan, penting diingat bahwa hasil perah/pompa tidaklah menggambarkan stok ASI yang tersedia dalam payudara. Yakinlah bahwa jumlah ASI yang dihisap bayi lebih banyak daripada yang dipompa/diperah. Hisapan bayi pada payudara ibu adalah “pompa” terbaik.

Kalau hasil pumping sedikit, ada beberapa kemungkinan:

  • Belum rutin pumping. Pola pumping sangat mempengaruhi hasil pumping. Kalau belum pumping secara teratur, hasilnya biasanya sedikit. Jadi kalau baru mencoba pumping dan tidak rutin jadwal pumping-nya lalu hasilnya sedikit, bukan berarti ASI di payudara juga sedikit.
  • Pompa tidak cocok. Sudah dibahas di atas, hehe.
  • Stres. Stres menghambat kerja hormon oksitosin dalam mengeluarkan ASI. Jadi kalau ibu stres, ASI yang dikeluarkan akan lebih sedikit dari biasanya.
  • Bayi menggunakan dot. Ini kaitannya ke produksi ASI sih. Penggunaan dot bisa menurunkan produksi ASI. Kalau ASI yang diproduksi berkurang, maka hasil pumping juga bakal sedikit.

Sekian dulu ya. Waa udah part 9 aja tulisan saya berdasarkan pengalaman menyusui Akas. Part 10 insya Allah yang terakhir, perihal menyapih Akas. Buibu ada pengalaman berkesan selama menyusui? Share yuk. 😀

Salam,

Reisha Humaira

3 komentar pada “Perjalanan ASI Akas (9): Seputar Memompa ASI Bagi Ibu Rumah Tangga

  • 5 Januari 2020 pada 15:49
    Permalink

    Salam kenal bunda reisha. Bund, kan penggunaan dot pd bayi mempengaruhi produksi asi lalu bgmna cara meminumkan asip pd bayi ya bund? Mohon penjelasannya, saya calon ibu in syaa allah

    Balas
    • 6 Januari 2020 pada 21:48
      Permalink

      Halo bund, salam kenal juga. Untuk meminumkan ASIP pada bayi, masih banyak alternatif media lain selain dot. Bisa pakai sendok, cup feeder, pipet, spuit, atau gelas sloki. Bisa baca-baca di https://aimi-asi.org/layanan/lihat/tips-melatih-bayi-minum-asip-tanpa-dot

      Untuk calon ibu, saya rekomendasikan gabung grup FB AIMI deh, biar dapat banyak wawasan terkait ASI dan menyusui 🙂

      Balas
  • 19 Agustus 2022 pada 01:43
    Permalink

    Halo bun, ketemu blog nya bunda reisha setelah galau krn asi saya turun sejak anak sering pilek hingga masuk RS pas di usia 4-5.5 bulan kmrn. Sampai anak usia 6 bulan 21 hari mau naikkin supply asi susahnya setengah mati…krn anak udah sering2 nyusu. Dulu asi saya banyak sambil hampir mastitis. Cm krn dulu malas pumping, dan dulu ibu saya jg ga bolehin pumping, katanya keseringan di pumping bikin asi habis. Eh saya nurut aja, padahal PD udah hampir mastitis dulu…asi pun drop. Hiks…yaudahlah skrg kejar dengan MPASI aja. Makasih bunda sharingnya bkin saya punya semangat lagi..m

    Balas

Leave your comment