Untukmu Para Ibu yang Sedang Berjuang Relaktasi
Hari ini hari terakhir World Breastfeeding Week ya. Saya sudah jarang menyimak soal dunia menyusui karena sudah berhenti menyusui sekitar 2 tahun lalu dan belum berencana menyusui lagi dalam waktu dekat, ahaha. Tapi sejak menulis ulang di blog ini tentang perjalanan saya menyusui Akas, beberapa tulisan seputar menyusui itu jadi tulisan yang paling banyak dibaca di blog ini. Saya juga beberapa kali dihubungi oleh ibu-ibu yang juga menghadapi masalah yang sama dengan yang saya hadapi dulu.
Saya bukan ibu “teladan” untuk urusan menyusui. Saya bukan ibu yang bisa pajang segala sertifikat ASI karena saya gagal ASIX. ASI saya ga banyak apalagi melimpah, anak saya minum ASI campur sufor sampai usia 9 bulan.
Saya dulu pejuang relaktasi, yang bersyukur sekali diberi kekuatan untuk terus mengusahakan ASI untuk Akas selama berbulan-bulan. Usaha yang tidak mudah. Berat. Karenanya saya jadi lebih selow sama ibu-ibu yang memilih menyusui ditambah sufor, ataupun memilih memberi sufor sepenuhnya. Saya ga akan nge-judge. Saya percaya semua ibu pasti ingin memberikan yang terbaik kok untuk anaknya. Dan keputusan mereka layak untuk dihormati, bukan di-bully.
Berhasil relaktasi bukan berarti saya bakal menyuruh para ibu yang katanya “gagal ASIX” itu untuk ikutan relaktasi. Belum tentu semua orang punya kondisi yang ideal untuk relaktasi. Tapi buat para ibu yang mau mencoba atau sedang berjuang relaktasi, tulisan kali ini untuk kalian semua. 🙂
—
Sedih ya pastinya saat kita ingiiin sekali memberikan bayi kita ASI saja, tapi kok ga bisa? Ya, sedihnya manusiawi. Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut ya. Kesedihan itu ga ada gunanya. Karena untuk menyusui, kita butuh ibu yang bahagia. Jadi, bahagiakanlah dirimu, apapun caranya.
Terkadang rasanya galau, apakah ikhtiar ini akan berhasil? Dear ibu, maaf saya ga bisa jamin apakah ikhtiar relaktasimu akan ditutup dengan happy ending. Tapi, mending hilangkan saja galaunya, yakinkan dirimu bahwa usahamu akan berhasil. Tetaplah berpikiran positif. Insya Allah ga bakal menyesal kok kalau sudah mengusahakan.
Iri ya rasanya, melihat ibu-ibu lain yang tampaknya ga perlu ada usaha apa-apa tapi ASI-nya melimpah-limpah? Lagi-lagi manusiawi sekali. Tapiii, yuk diingat saja bahwa ASI itu adalah rezeki. Dan rezeki tiap orang beda-beda kan ya? Hehe.
Pernah sampai merasa gagal jadi ibu? Pukpuk. Been there. Saat berada di titik terendah, “hanya” karena keinginan menyusui tidak sesuai harapan, langsung deh merasa gagal jadi ibu. You know what? Motherhood is not only about breastfeeding! Dunia ibu itu luaaas sekali. Kesuksesan kita menjadi ibu bukan dilihat dari apakah kita berhasil memberikan ASI eksklusif kepada anak kita. Jadi, tidak perlu menyalahkan dirimu terus-menerus.
Bahagiakan dirimu, ikhlaslah dengan keadaanmu, berdamailah dengan kondisimu.
Berjuang relaktasi sendirian itu berat, karenanya carilah sebanyak mungkin bantuan. Minta dukungan pada keluarga dan orang terdekat, komunikasikan apa keinginanmu supaya mereka benar-benar bisa mendukung dan membantumu. Carilah bantuan dari para konselor menyusui, mereka bisa membantu mencarikan solusi yang lebih spesifik terkait masalahmu. Want more? Carilah orang-orang yang pernah atau sedang menghadapi masalah yang sama denganmu, mereka lebih mudah mengerti apa yang dirimu rasakan.
Berhati-hatilah dalam menggunakan media sosial. Media sosial di masa-masa rentan galau itu ibarat pisau bermata dua. Di tengah gempuran foto sertifikat sukses ASIX serta foto ASIP sekulkas penuh, pilihannya cuma dua: jadi makin semangat dan yakin bisa memperjuangkan ASI, atau jadi makin down dan sedih melihat kesuksesan orang lain. Dengarkan suara hatimu, jika memang efeknya buruk, tidak ada salahnya meninggalkan media sosial untuk sementara waktu, hehe.
Bahagiakan dirimu, ikhlaslah dengan keadaanmu, berdamailah dengan kondisimu.
Tiap ibu punya perjuangannya masing-masing. Ibu-ibu yang ASI-nya melimpah ruah itu pasti punya tantangan juga. Kita yang ASI-nya sedikit juga masih punya banyak hal lain yang bisa disyukuri. Kalau belum kelihatan sekarang, nanti waktu yang akan membantu memperlihatkan.
Tetaplah berjuang. Tetaplah berpikir positif. Sabar. Jangan galau, jangan terbebani. Berapapun ASI yang bisa diberikan, tidak apa-apa. Sugesti terus dirimu bahwa ikhtiarmu itu tidak pernah sia-sia.
Yuk susui lagi bayimu. Tatap wajah mungilnya. Baginya, dirimu adalah seluruh dunia dengan segala isinya. Dia butuh ibu yang bahagia supaya dunianya lebih berwarna.
World Breastfeeding Week buat sebagian orang mungkin waktu untuk merayakan keberhasilannya dalam menyusui. Ikut rayakan juga yuk! Rayakan bahwa kita adalah pejuang yang tangguh!
Peluk hangat dari Auckland yang dingin.
Sudah lewat tengah malam tapi di Indonesia masih tanggal 7 Agustus 2019 kan? 😉
Tulisan saya seputar perjalanan relaktasi dan menyusui Akas bisa dibaca di:
- IMD Abal-Abal
- Perjalanan ASI Akas (1): Saya Gagal Memberikan ASI Eksklusif
- Perjalanan ASI Akas (2): Ikhtiar untuk Meningkatkan Produksi ASI
- Perjalanan ASI Akas (3): Mencari Konselor Laktasi, dari Bukittinggi hingga Balikpapan
- Perjalanan ASI Akas (4): Kenapa ASI Saya Sedikit?
- Perjalanan ASI Akas (5): Pengalaman Memulai Perjuangan Relaktasi
- Perjalanan ASI Akas (6): Diskusi Relaktasi Saya di Grup Facebook AIMI
- Perjalanan ASI Akas (7): Akhirnya Berhasil Relaktasi, Bye Bye Sufor!
- Perjalanan ASI Akas (8): Seputar Relaktasi dan Tips Agar Relaktasi Berhasil
- Perjalanan ASI Akas (9): Seputar Memompa ASI Bagi Ibu Rumah Tangga
- Perjalanan ASI Akas (10): Menyapih Tanpa Membohongi
Salam,
Bu, boleh tau biaya konsultasi laktasi tiap pertemuannya kalau di Balikpapan? Hanya ingin tau untuk jaga jaga persiapan sebelum memulai dan bisa nabung hehe
Halo mbak. Saya lupa persisnya berapa. Kalau ga salah untuk ke klinik laktasi di Siloam Hospital itu dulu tahun 2015 sekitar 275rb. Tapi bisa aja konsultasi langsung ke DSA-nya karena konselor laktasinya juga DSA. Kalau ke DSA lebih murah biayanya drpd ke klinik laktasi, hehe. Tapi kalau mau lebih jelas, bisa coba telepon ke RS-nya langsung mbak.